Sejujurnya, saya mengakui pernah mengutil di pesawat. Waktu itu, penumpang dibagikan earphone kecil yang berwarna cerah dalam plastik kecil. Karena saya tidak gunakan selama di pesawat dan saya pikir selain ukurannya kecil, lumayan untuk menggantikan earphone saya yang rusak, akhirnya saya bawa pulang. Pas cerita ke suami, saya dimarahi, meskipun sudah saya jelaskan bahwa pramugari pesawat tidak meminta earphone tersebut kembali seperti di maskapai-maskapai lain pada umumnya. Ya, saya juga tidak menanyakan pada pramugarinya sih boleh atau tidak mengambil earphone manis itu. Cukup sekali itu saja saya mengutil, meskipun saat menumpang salah satu pesawat di negeri down under sana, saya sempat tergiur dengan headphone-nya dan ingin membawa pulang satu, hihihi...siapa sangka, ternyata saya punya bakat ngutil juga ya :D
Kembali ke keraguan saya tentang adanya orang iseng yang mengambil peralatan keselamatan di pesawat, minggu lalu ketika kami pergi menumpang maskapai berlogo harimau, ketidakpercayaan saya mendapatkan jawabannya. Sewaktu kami meminta sabuk pengaman bayi, pramugarinya meminta boarding pass David dan menegaskan sebanyak DUA kali agar sabuk pengaman dan jaket pelampungnya dikembalikan setelah kami mendarat di Singapura. Sebelum penumpang turun dari pesawat, pramugari yang sama menghampiri kursi kami dan meminta kembali sabuk pengaman beserta jaket pelampungnya. Padahal waktu Lebaran tahun lalu kami mudik ke Jakarta dengan maskapai yang sama, tidak terjadi hal serupa. Dalam perjalanan pulang, pramugaranya juga melakukan hal yang sama, menahan boarding pass David selama sabuk pengaman dan jaket pelampung kami gunakan dan menyerahkan kembali boarding pass begitu kedua barang tersebut kami kembalikan.
Dari sini, pasti bisa ditebak kenapa pramugari/a maskapai ini menahan boarding pass David dan memastikan bahwa kami mengembalikan kedua barang penting untuk keselamatan di pesawat tersebut? Jawabannya, karena adanya oknum-oknum penumpang yang pernah mengambil barang-barang tersebut tanpa ijin alias mencuri alias mengutil. Pihak maskapai tentunya tidak mau mengambil risiko dan awak pesawat yang memberikan kedua barang tersebut bertanggung jawab untuk memperoleh kedua barang keselamatan itu kembali. Sama halnya jika bassinet rusak karena berat bayi melebihi batas yang diijinkan, maka awak pesawat yang memberikanlah yang bertanggung jawab atas kerusakan bassinet tersebut. Pas mengalami ini, saya langsung teringat cerita Noni tentang temannya itu. Ini baru saya alami satu kali saja dengan si maskapai harimau, karena dengan maskapai lain yang kami gunakan dari Singapura ke Medan, tidak terjadi hal serupa.
Setelah pengalaman itu, pertanyaan saya pada bapak/ibu yang mengambil, sabuk pengaman bayi dan jaket pelampung itu mau dipakai kemana coba? atau mungkin hanya sekedar souvenir sebagai kenangan perjalanan? Entahlah, hanya mereka dan Tuhan yang tahu :)
aduh mba setuju tuh, pertanyaan yg saya juga pikirkan buat apa sih ngutil jaket pelampung. Apa orang2 itu gak mikir bahayanya kalo pesawat ngalamin kecelakaan dan ada 1 orng yg jd korban krna pelampungnya gak ada?
ReplyDelete@Faiz Paralayang: sepertinya si pengutil nggak mikir sampe situ deh, yang ada cuma keinginan punya jaket pelampung gratisan :D
Delete