Friday 20 May 2016

TravelXpose edisi Mei: Meriahnya Hari Pasar di Loches, Perancis

Kota kecil yang menjadi kampung halaman kedua saya sejak enam tahun lalu kini mendapat gilirannya tampil di majalah TravelXpose edisi Mei 2016. Apa yang menarik dari Hari Pasar di Loches? Ayo, segera beli majalahnya :)




Selamat membaca!

Thursday 19 May 2016

Sleep Training 2.0

Gambar dari Pinterest

Menemukan gambar ini di salah satu postingan teman di Facebook, jadinya tertawa-tawa sendiri. Yang pernah punya bayi pasti tahu kalau sebenarnya tidur bayi tidaklah seindah impian. Karena siklus tidur bayi, apalagi bayi yang baru lahir, lebih pendek dibandingkan orang dewasa, maka tidak heran kalau kalau bayi bisa terbangun beberapa kali dalam 24 jam.

Perkenalan kami dengan ilmu "latihan tidur" ini dimulai empat tahun lalu sejak si sulung lahir, bisa dibaca disini dan disini. Dari usia dua tahun hingga sekarang, tidur David selalu stabil, hanya membutuhkan 1-2 hari penyesuaian untuk kembali tidur sendiri jika kami kembali dari bepergian, sesekali bangun tengah malam untuk menyelipkan tubuh mungilnya di antara kami dan setelah itu kembali tertidur nyenyak, atau terbangun karena ingin pipis dan setelah itu ia tertidur kembali sampai pagi. Sejak usia 3 tahun, bisa dibilang ia mulai "menolak" tidur siang karena ingin main. Daripada memaksanya tidur, akhirnya kami membuat kesepakatan kalau ia tidak mau tidur siang, artinya ia harus bersikap manis sepanjang waktu sampai tiba saatnya waktu tidur malam. Bersikap manis disini termasuk tidak menangis, mau berbagi mainan, tidak rewel, dan mengerjakan apa yang diminta bapak/ibu. Sampai sejauh ini, semua berjalan sesuai harapan, dan kalau melihat ke belakang, kami merasa diuntungkan dengan hasil latihan yang berbuah pada teraturnya jadwal tidur David, termasuk segala macam ritualnya.

Sedikit berbeda dengan kakaknya, Sophie termasuk bayi yang suka tidur. Di hari ketiga kelahirannya, malam pertama kami tidur di rumah sepulang dari rumah sakit, ia tidur selama 7 jam! Bayangkan, biasanya bayi baru lahir sering terbangun karena lapar atau popoknya basah. Dengan Sophie, untuk disusui saja, membangunkannya setengah mati. Dibanding menyusu dia lebih suka tidur. Maka tidak heran, jika dua minggu pertama, Sophie mengalami penurunan berat badan sebanyak 400 gram, padahal ASI saya terbilang cukup. Akhirnya, setelah bertemu konselor laktasi di rumah sakit tempat saya melahirkan Sophie, ternyata isapannya yang kurang kuat dan posisi yang kurang tepat juga membuat ia tidak mendapat cukup asupan untuk menaikkan berat badannya. Meski begitu, tidurnya tetap lelap dan tetap susah dibangunkan malam hari untuk menyusu...bingung kan? Solusinya, setiap malam, ia dibangunkan dengan cara dibuka bedongnya kemudian dikelitiki badan dan telapak kakinya. Setelah ia benar-benar bangun, baru disusui..namun biasanya tidak lama, dia akan berhenti mengisap dan kembali tertidur. Lalu ia akan dipindahkan di bouncer untuk diberi minum dengan sendok. Cara ini lumayan berhasil karena ia nyaris selalu terjaga kalau didudukkan di bouncer. Alhamdulillah, perlahan berat badannya naik meski tetap hobi tidur. Di awal-awal kelahirannya, Sophie juga hampir tidak pernah terjaga sepanjang malam, sementara waktu David baru lahir, ada malam-malam dimana ia terbangun dan tidak mau tidur, kalau diletakkan di boks ia menangis, sudah disusui tidur sebentar terus bangun lagi, hingga akhirnya kami bergantian menimangnya sampai ia tertidur lelap menjelang subuh, dan kami...knocked out :p

Dulu, saya selalu bersikap skeptis jika mendengar cerita bayi baru lahir sudah pintar tidur sepanjang malam. Kok bisa? Eh, ternyata malah mengalami dengan anak sendiri. Di usia 2 bulan, Sophie sudah tidur sepanjang malam dari pukul 21.30 (terakhir menyusu) hingga pukul 05.30 keesokan paginya, tanpa sleep training. Kalau ditanya apa rahasianya, saya juga tidak bisa menjawab karena tidak tahu. Menurut dokter anak langganan kami, ada sekitar 5% bayi muda (infant) yang sudah bisa tidur sepanjang malam, dan mungkin Sophie termasuk diantaranya. Tidur siangnya juga terbilang mudah, tinggal disimpan di tempat tidur sambil dikelilingi "teman-temannya", dia akan mengobrol lalu tertidur sendiri, terkadang bangun sebentar terus tidur lagi, selama 3-4 jam. Kalau tidak, setelah disusui, ia akan jatuh tertidur dan dengan mudah diletakkan di boksnya. Seringnya ia tidak akan bangun, tetapi jika bangun, tinggal ditimang 5-10 menit, diletakkan kembali, ditunggu 1-2 menit, dan saya bisa keluar kamar. Alhamdulillah, saya bisa merasakan nikmatnya tidur malam 6-7 jam tanpa harus terbangun, suatu kemewahan untuk seorang yang memiliki 1 balita dan 1 bayi. Kalau bicara tentang tidur, menurut pendapat kami pribadi sebagai orangtuanya, secara umum Sophie adalah bayi ideal :).

Menjelang usia 14 bulan, kami baru merasa perlu menerapkan sleep training pada Sophie supaya ayahnya bisa ikut menidurkan dia dan Sophie tidak tergantung pada kegiatan menyusu untuk membuatnya tidur. Apalagi di usia tersebut, waktu yang dibutuhkan untuk menidurkan Sophie bertambah lama, dari yang biasanya 5-10 menit menjadi 20-45 menit. Ia tidak langsung tertidur begitu selesai menyusu, sehingga membuat kakaknya harus menunggu lebih lama sebelum saya bisa datang ke kamarnya dan melakukan ritual tidur bersama.

Sleep training untuk Sophie dimulai dengan mengganti tempat pelaksanaan ritual sebelum tidur yang dulunya di kamar dengan pindah ke ruang duduk. Setelah itu Sophie akan diserahkan pada ayahnya untuk dininabobokan dan ditidurkan. Kurang lebih seminggu proses ditidurkan oleh bapak berlangsung, tentunya diwarnai dengan tangisan yang semakin hari semakin berkurang intensitasnya. Setelah itu, giliran saya menidurkannya dan prosesnya sedikit lebih lama, mungkin sekitar seminggu lebih. Sekarang, Sophie sudah bisa ditidurkan oleh salah satu dari kami tanpa ada drama berarti dan cukup 5-10 menit ditemani di kamar setelah itu kami bisa keluar. Kadang-kadang ia menangis masih ingin ditemani, cukup didatangi dan ditemani beberapa saat, antara 1-5 menit, tidak lama ia akan tertidur dengan sendirinya.

Lalu, apakah tidurnya Sophie sesempurna itu? tentu saja tidak. Kami juga pernah mengalami saat dimana ia terbangun dan menangis malam-malam kemudian berakhir dengan saya/suami tertidur di kamarnya atau ia tidur di kamar kami. Biasanya itu terjadi kalau ia sedang teething atau sakit. Dalam kondisi khusus seperti itu, atau sedang berada di luar rumah, maka sleep training tidak berlaku.

Dari pengalaman kami terbukti kalau kesuksesan sleep training sangat dipengaruhi keterlibatan bapak dan konsistensi (yang biasanya menjadi hal sulit untuk saya karena alasan tidak tega). Saya bersyukur kami menerapkan sleep training untuk kedua anak kami yang hasilnya memudahkan hidup, terutama hidup saya :). Dari pengalaman juga saya belajar bahwa tidak usah terburu-buru menerapkan sleep training hanya karena melihat bayi orang lain sudah pintar tidur. Masing-masing bayi mempunyai kemampuan berbeda, termasuk dalam hal tidur, jadi pandai-pandailah melihat kapan waktu yang tepat untuk melatih si kecil supaya pintar tidur :).