Tuesday 22 October 2013

Travelers Daily Today

Setelah minggu lalu mendapat kabar dari Travelers Daily bahwa artikel saya akan dimuat, tadi siang tulisan saya sudah ditampilkan di web mereka. Cerita lengkap dari acara perdana kami berkemah dengan David ada disini.

Terima kasih Travelers Daily...nantikan cerita kami selanjutnya :)

Sunday 20 October 2013

Kepada Ibu Saya Berterima Kasih


Setiap orang yang mengenal baik saya tahu pasti kedekatan hubungan saya dengan Ibu. Terlahir sebagai anak bungsu tidak membuat saya lantas tumbuh menjadi anak manja. Sedari kecil, saya dibiasakan untuk mandiri, mengurus keperluan saya sendiri, mulai dari membereskan tempat tidur, mencuci sepatu, membereskan buku atau mainan, sampai membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Ibu tidak pernah memanjakan saya secara berlebihan, namun satu hal yang saya ingat, ibu selalu menunjukkan kasih sayangnya secara eksplisit. Pernah suatu pagi, sewaktu usia SD, ketika saya membuka mata, ibulah yang pertama kali saya lihat dan beliau sedang menciumi saya. Ibu juga mempunyai banyak panggilan sayang yang selalu membuat saya senang dan merasa istimewa ketika mendengarnya. Ibu juga hampir tidak pernah memarahi saya. Jika ada hal yang membuat beliau tidak suka, ibu akan diam dan kemudian mengatakan apa yang tidak disukainya agar saya mengerti dan tidak mengulanginya lagi. Kedekatan hubungan kami sebagai ibu dan anak terus berlanjut sampai sekarang, ketika saya sudah berkeluarga. Banyak teman dekat yang penasaran bagaimana saya bisa begitu dekat dengan ibu saya? Bahkan ada satu teman bertanya hal apa yang membuat saya selalu memilih langsung pulang ke rumah setelah jam sekolah/kuliah dibanding berjalan-jalan bersama teman-teman. Jawaban saya saat itu singkat saja, ada Ibu menunggu saya di rumah.

Dari sekian banyak pelajaran hidup yang saya peroleh dari cara Ibu membesarkan saya, ada beberapa yang memberikan kesan mendalam bagi saya sebagai seorang anak.

Ibuku Guruku
Di ajaran agama yang saya anut, dikatakan bahwa Ibu adalah sekolah pertama anak dan memang benar adanya. Ibu adalah orang yang dengan pengalaman hidupnya, menunjukkan pada saya bahwa ibadah itu adalah kebutuhan dan bukan keharusan, dan ketenangan serta kebahagiaan jiwa itu bersumber dari kedekatan kita dengan Tuhan.

Dalam hal akademik, meskipun saya masuk jenjang sekolah umum dan bukan homeschooling, Ibu adalah guru saya di rumah untuk semua mata pelajaran dari saya duduk di bangku SD hingga SMP. Begitu masuk SMU, Ibu menyatakan tidak sanggup mengajari saya karena beliau tidak menguasai pelajarannya, namun ada satu yang tidak berubah, meski Ibu tidak lagi menjadi guru saya. Ibu selalu menunggui saya belajar pada hari biasa maupun pada masa-masa ujian sekolah sebagai bentuk dukungannya terhadap saya.

Ibuku Temanku
Ibu sangat supel dan pandai menempatkan diri dalam lingkungan dimanapun beliau berada, tidak terkecuali dalam posisinya sebagai Ibu. Sependek ingatan saya, Ibu selalu mendengarkan apapun cerita saya, tidak pernah melarang ini-itu, memberikan kebebasan penuh untuk beraktivitas dan melakukan apa saja, menghargai setiap pilihan saya, dan tidak pernah menghakimi. Yang ibu lakukan hanya memberitahu konsekuensi dari suatu tindakan, mengingatkan, dan member masukan, tanpa ada nada otoriter sedikitpun. Karena itu, saya tumbuh dengan menganut prinsip kebebasan yang bertanggung jawab, yang menjadi modal utama ketika saya memutuskan hidup mandiri meninggalkan zona nyaman aman di pelukan Ibu. Saya selalu dapat mengganggap Ibu sebagai teman pada saat dibutuhkan, tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada orang yang melahirkan saya ke dunia ini.

Ibuku Pengasuhku
Sikap Ibu yang hangat membuat saya dengan mudah dapat merasakan kasih sayangnya yang luar biasa besar. Namun, apakah saya menjadi terlena dan kemudian membuat ibu tidak berwibawa di mata saya? Tidak sama sekali. Justru kehangatan dan kasih sayang yang diungkapkan secara visual dan verbal oleh Ibu membuat hati dan fisik saya dekat dengan beliau sehingga saya sangat menghormati Ibu dan begitu menyayanginya. Saya percaya bahwa kasih sayang Ibu yang diungkapkan melalui perbuatan turut membentuk rasa percaya diri anak di kemudian hari, seperti yang saya alami.

Ibuku Pahlawanku
Ibu bekerja keras dengan mengandalkan keahliannya mengolah makanan agar saya dapat mengenyam pendidikan tinggi. Ibu selalu mewanti-wanti agar saya sekolah setinggi mungkin, berkaca dari penyesalan beliau tidak menyelesaikan sekolah. Kondisi ini pula yang membuat saya tumbuh menjadi pribadi mandiri, tidak ingin merepotkan orang lain, persis seperti Ibu yang paling anti meminta bantuan orang lain selama beliau masih mampu melakukannya sendiri. Saya juga tertantang untuk mandiri secara finansial ketika masih duduk di bangku kuliah karena terinspirasi dengan sosok Ibu yang pekerja keras. Pencapaian saya dalam bidang akademik adalah hadiah besar untuk kami berdua, karena kami berjuang bersama mencapai mimpi itu, dengan cara masing-masing.

Kepada Ibu saya berterima kasih atas do’a-do’a tulus yang terangkai indah menyertai setiap langkah perjalanan hidup saya, atas didikan, dorongan, kesabaran, dan kasih sayangnya yang tiada batas. Sosok Ibu begitu penting dalam setiap tahap kehidupan saya sampai saya bercita-cita menjadi ibu terbaik untuk anak-anak saya kelak, seperti halnya Ibu yang menjadi ibu terbaik untuk saya. Semoga saya diberikan banyak kesempatan untuk dapat selalu membahagiakan wanita yang sangat saya cintai ini.

Tulisan ini diikutsertakan pada lomba Penulisan Artikel “Peran Ibu untuk Si Pemimpin Kecil” #LombaBlogNUB

Friday 18 October 2013

Kentang Brokoli Panggang

Sejujurnya, setelah David berusia 1 tahun, tingkat kerajinan dan kreativitas saya dalam membuat menu makanannya menurun drastis. Saya sudah terlanjur keenakan karena menu makanan kami sama. Tapi seminggu kemarin, karena saya makan makanan pedas terus, saya harus menyiapkan menu lain untuk si bocah. Setelah cek isi kulkas jadilah ini:
Bahan:
4 buah kentang kecil
1 bonggol brokoli, diambil kuntumnya
Keju parut
Garam dan merica
Cara membuat:
Kukus kentang dan brokoli secara terpisah. Setelah matang, kentang dikupas dan dipotong kecil-kecil sedangkan kuntum brokoli diiris kasar. Tambahkan keju parut, sedikit garam dan merica, bubuk pala pada adonan. Masukkan dalam pinggan tahan panas, tutup bagian atasnya dengan keju parut, panggang di oven dengan suhu 180 derajat Celcius selama kurang lebih 20 menit (api bawah dulu, baru 5 menit terakhir gunakan api atas dan bawah).

Carrot and cheese cookies: perfect for teething and traveling

Hasil browsing dari halaman Homemade Healthy Baby Food, dapat resep andalan yang enak, sehat bergizi.

Resep asli dari ibu Anggie Bam (Cemilan kue kering untuk bayi usia 8m+).

Carrot and cheese cookies

Bahan:
3 sdm tepung beras (resep asli: 1 cangkir teh tepung beras)
5 sdm penuh tepung tapioka
3 sdm penuh maizena
Keju parut
1 buah wortel ukuran besar diparut
80 gr unsalted butter (resep asli: 5 sdm unsalted butter)
3 kuning telur (resep asli: 1 buah kuning telur)

Cara membuat:
Campur keju, tepung, dan wortel (di resep asli, semua bahan tersebut dihaluskan dengan chopper)
Kemudian masukkan butter dan telur, aduk sampai kalis.
Cetak adonan sesuai selera, dan panggang di oven 150 derajat selama 20-30 menit.

Hasilnya seperti ini:

Percobaan pertama

Percobaan kedua
Dari kedua percobaan yang saya lakukan, saya lebih suka hasil dari percobaan kedua karena dengan bentuk menyerupai finger foods, kue ini lebih enak dipegang David. Selain itu teksturnya keras sehingga tidak mudah hancur tetapi apabila digigit-gigit lama kelamaan kuenya akan lumer sendiri, jadi cocok dijadikan cemilan di perjalanan. Selamat mencoba!

#World Heritage Sites: Antigua, Guatemala

Menyambung cerita perjalanan seri World Heritage Site, situs berikutnya yang mendapat giliran adalah kota Antigua di Guatemala, Amerika Tengah. Kenapa saya bisa sampai kesini? Ceritanya, dalam program studi pascasarjana yang saya ambil, ada field trip. Namanya belajar tentang bencana alam, maka tujuannya pun tidak jauh dari negara-negara yang mempunyai gunung berapi. Pilihannya antara Italia (yang terdekat dari Inggris), Chili, dan Guatemala. Suara terbanyak memutuskan lokasi terpilih adalah Guatemala yang juga merupakan tujuan  field trip selama beberapa tahun terakhir, sedangkan Chili dianggap terlalu jauh dan mahal di ongkos. Untuk Italia, teman-teman seangkatan saya orang Inggris mana ada yang mau "cuma" pergi ke Italia, sementara untuk saya, bisa menginjakkan kaki di Italia saja sudah bersyukur :). Awalnya sempat mengalami dilema karena untuk perjalanan ini, selain bukan mata kuliah wajib, sponsor beasiswa saya tidak memberikan biaya tambahan. akhirnya setelah dipikir ulang, kapan lagi kesempatan seperti ini akan datang, dengan tabungan hasil menyisihkan uang saku tiap bulan, sayapun memutuskan ikut serta. Diantara jadwal mengunjungi satu gunung ke gunung lain, disisipkanlah jadwal mengunjungi kota Antigua yang konon terkenal dengan bangunan kolonialnya. Dua malam kami menginap di Antigua untuk penyegaran sebagai persiapan sebelum mendaki gunung Santa Maria. Di kota ini kami belajar tentang sejarah Antigua dan Guatemala secara umum sejak masa penjajahan Spanyol melalui kuis-kuis yang jawabannya terdapat di sekeliling kota..seru pokoknya. Satu pengalaman menarik di kota ini, waktu saya kembali ke penginapan lebih awal sementara teman-teman yang lain lanjut ke bar, ternyata ada orang mabuk yang berkelahi di penginapan...duh, saya yang sedang berada di kamar mandi deg-degan tidak berani keluar. Di penginapan ini, kamar mandinya berderet di luar. Akhirnya saya mendekam di kamar mandi sampai suara ribut tidak terdengar lagi, baru saya berani keluar dan langsung lari masuk kamar.

Ternyata, benar apa yang dikatakan buku-buku panduan. Kota Antigua cantiiikkk sekali. Dibangun pada awal abad keenambelas sebagai ibukota Guatemala, kota ini sempat hancur diguncang gempa bumi pada tahun 1773. Sampai sekarang reruntuhan bangunan-bangunan kolonial tersebut tetap berdiri megah bertebaran dimana-mana seolah tak mau membiarkan mata kita lengah sedikitpun memelototi keindahannya. Namun tidak semua bangunan kolonial itu dapat dimasuki umum dan umumnya adalah bangunan-bangunan kolonial yang dipagari. Kota ini mendapat status sebagai Warisan Budaya Dunia dari UNESCO pada tahun 1979.

Dengan kekhasan kota kolonial Spanyol, bangunan di kota ini didominasi warna beraneka ragam yang menyegarkan mata. Sewaktu disana, saya membuat daftar bangunan kolonial yang wajib dikunjungi, tapi sekarang hampir semuanya sudah lupa, ya, namanya juga perjalanan lima tahun yang lalu. Semua foto-foto ini membuat kenangan akan kota Antigua mengusik pikiran...saya ingin kembali lagi kesana suatu hari.

Patung air mancur di Plaza Central

Gadis-gadis muda Antigua dalam pakaian tradisional mereka

Foto diri mengenang masa muda :)

Saya dan Tom, teman seangkatan dengan latar belakang ikon Antigua

Pintu masuk salah satu katedral yang saya lupa namanya


Another WH site? checked!


Salah satu reruntuhan cantik di pusat kota

Suasana jalan di Antigua

Palacio de los Capitanes, Plaza Central

La Catedral de San José Antigua






Iglesia de la Merced







Tempat mencuci baju komunal

Salah satu taman kota


Palacio de los Capitanes dari sisi lain

Penjual buah

Bis unik khas Antigua

Aneka produksi buatan tangan khas Guatemala yang menarik mata

Till we meet again, la Antigua...

Catatan: Foto-foto di halaman ini adalah milik saya pribadi kecuali disebutkan sumbernya.

Thursday 17 October 2013

#World Heritage Sites: Ayutthaya Historical Park

Sebagai UNESCO World Heritage Sites traveler, tentunya tidak mungkin kami melewatkan kota Ayutthaya dalam daftar panjang destinasi jalan-jalan kami. Bersama suami dan mertua, saya berkunjung kesana bulan Maret tahun lalu.

Didirikan dengan nama Phra Nakhon Si Ayutthaya pada tahun 1350 oleh Raja King U-Thong, Ayutthaya merupakan ibukota kerajaan Siam (pada masa itu) sampai dengan tahun 1767. Pada masanya, Ayutthaya adalah salah satu kota termakmur di Asia dengan kuil-kuil dan istana-istana nan megah. UNESCO menetapkan Ayutthaya sebagai situs Warisan Dunia pada 13 Desember 1991. Dari sekian banyak reruntuhan/bangunan kuil yang tersebar di seluruh pelosok kota, berikut beberapa situs (Wat) yang kami kunjungi karena paling populer berdasarkan buku panduan National Geographic.

Wat Mahathat
Pernah melihat patung kepala Buddha yang dililit oleh akar pohon? Nah, disinilah tempatnya. Tiket masuk: THB 50.







Wat Phra Si Sanphet
Yang khas dari kompleks ini adalah tiga buah stupa berwarna putih abu-abu yang menjulang, ciri kediaman tradisional kerajaan Ayutthaya. Tiket masuk: THB 50

 


Wat Yai Chaya Mongkol (The Great Temple of Auspicious Victory)
Kompleks ini dikenal sebagai tempat meditasi dan pencerahan para rohaniwan Buddhis. Nama kuil ini diambil dari Chedi (stupa dalam agama Buddha) yang dibangun untuk memperingati kemenangan Raja Naresuan Agung terhadap invasi Burma pada tahun 1593. Disini bisa ditemui patung Buddha tidur berwarna putih berselimutkan kain kuning. Tiket masuk: THB 20.



Wat Panan Choeng
Kuil ini adalah sebuah biara tua dimana terdapat patung Buddha terbesar di seluruh Thailand yang dikenal dengan nama "Luang Po To", dibuat pada tahun 1324, dua puluh enam tahun sebelum Ayutthaya dijadikan ibukota Kerajaan Siam. Alkisah, kuil ini dibangun konon berawal dari kisah cinta antara seorang pangeran Siam dan seorang putri Cina di masa lalu. Saya tidak tahu kebenarannya karena tidak ada penjelasan lanjut tentang mitos ini. Tiket masuk: THB 20.


Di dinding kuil ini konon terdapat kurang lebih enam ribu patung Buddha
 Waktu kami kesana, kebetulan kami mengendarai mobil jadi bisa mengitari hampir seluruh kuil terkenal di Ayutthaya. Tapi seandainya tidak pakai mobilpun, ada penyewaan sepeda dan tuktuk yang siap mengantar pengunjung untuk temple-hopping. Selain itu, begitu datang, kami langsung berkeliling sendiri, hasilnya beberapa kali berputar-putar di daerah yang sama. Ketika sudah mau pulang, secara tidak sengaja melewati kantor pusat informasi di sebelah gedung Galeri Nasional dan di sana kami mendapat brosur serta penjelasan cukup lengkap dari staf mereka yang bisa berbahasa Inggris. Kalau saja tahu tempat ini dari awal kedatangan, mungkin kunjungan kuil akan lebih efektif dan terarah, tidak tersesat kemana-mana :(. Sayangnya, gedung Ayutthaya Tourism Centre yang juga menyatu dengan Galeri Nasional dan The Historical Hall of Ayutthaya ini tutup setiap hari Senin, yaitu ketika kami datang berkunjung, dan Selasa. Tidak banyak foto-foto yang saya ambil karena udara di bulan Maret yang sangat panas menusuk kulit membuat ibu hamil tujuh bulan ketika itu lebih memilih berteduh di bawah pohon.

Selain berkeliling dengan sepeda atau tuk-tuk pilihan lain adalah dengan menunggang gajah. Sebenarnya saya penasaran ingin naik, tapi takut jatuh dari ketinggian kalau gajahnya akan keberatan membawa beban gajah kecil, jadi niat itu dibatalkan.
Berkeliling Ayutthaya dengan menunggang gajah
Dari Benhil sampai Ayutthaya, bemo memang tidak ada matinya
Pemandangan yang menyejukkan di siang hari yang terik menyengat
Wat Phra Ram tampak dari luar yang dikelilingi kolam
 Idealnya, berkeliling di Ayutthaya memang paling pas kalau menyewa sepeda, tapi apa daya kondisi yang tidak memungkinkan, daripada bumil dehidrasi di bawah terik matahari 40 derajat, lebih baik duduk manis di dalam mobil dengan pendingin :).

Menurut orang-orang yang sudah pernah mengunjungi Ayutthaya dan Sukhothai, bekas ibukota kerajaan Siam yang terakhir jauh lebih bagus. Sampai saat ini saya masih puas dengan Ayutthaya, mungkin kalau suatu hari nanti berkesempatan mengunjungi Sukhothai, baru saya bisa membandingkan. Dari sisi jarak, Ayutthaya hanya berjarak dua jam perjalanan mobil dari Bangkok sementara ke Sukhothai membutuhkan waktu kurang lebih 5-6 jam. Jika berminat untuk mengunjungi Ayutthaya namun malas mengurus perjalanan sendiri, banyak biro perjalanan di Bangkok yang menawarkan paket ke Ayutthaya, tinggal pilih yang sesuai dengan keinginan.