Showing posts with label life in Thailand. Show all posts
Showing posts with label life in Thailand. Show all posts

Sunday, 31 March 2019

Berburu Makanan Halal di Bangkok

Bangkok adalah destinasi wisata populer yang sudah mendunia, tidak terkecuali bagi pejalan Muslim. Meski mayoritas penduduknya adalah pemeluk Buddha, ibukota Thailand ini sangat akomodatif terhadap pejalan Muslim, terutama dalam hal memperoleh makanan halal. Menetap di Bangkok selama hampir lima tahun membuat pengetahuan saya tentang tempat-tempat makan halal disini semakin bertambah. Nah, ingin tahu dimana saja tempat makan enak sekaligus halal dan terjangkau, yang wajib disambangi di Bangkok?

Sebagai salah satu kebutuhan dasar, urusan makan sudah tentu selalu mengikuti kemanapun kita pergi. Untuk komunitas Muslim yang bepergian, biasanya tantangan akan muncul ketika harus berburu makanan halal. Di Bangkok, ibukota Thailand yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, ternyata mencari tempat makan halal tidak sesulit yang dibayangkan. Mulai dari warung kaki lima, pasar, sampai di pusat perbelanjaan, kedai makanan yang telah mendapat sertifikasi halal dari The Central Islamic Council of Thailand hampir dipastikan dapat ditemukan. Ada pula restoran-restoran besar dan restoran hotel yang bersertifikasi halal atau setidaknya menyajikan menu halal. Utamanya di sekitar kawasan tempat tinggal masyarakat muslim Thai di Charoen Krung, Ramkhamhaeng, Phetchaburi, dan Phaya Thai, aneka pilihan makanan khas Thai dan cemilan yang tersaji di kedai pinggir jalan sungguh menggoda untuk dicicipi.  

Kedai Makanan Halal sepanjang soi 7 Phetchaburi Road
Mudah dicapai dengan skytrain atau BTS, alat transportasi massal di Bangkok, Phetchaburi soi 7 terletak tidak jauh dari stasiun BTS Ratchathewi (Terletak di jalur Sukhumvit Line dengan pintu keluar No. 3). Phetchaburi soi 7 (soi berarti gang dalam bahasa Thai) yang merupakan tempat tinggal komunitas Muslim Thai dari Thailand Selatan adalah surganya makanan kaki lima halal sejak pagi  hingga malam hari. Disambut kedai kopi dan roti bakar di mulut gang yang berseberangan dengan Masjid Darul Amman, salah satu masjid historis di Bangkok, deretan penjual makanan seolah tidak ada habisnya. Aneka roti dan kudapan ringan, bubur ayam, nasi dengan aneka lauk berbumbu disajikan mirip nasi rames, bakso bakar dicocol saus, sosis, pangsit goreng, susu jagung, hingga teh susu khas Thai (cha yen) siap memanjakan lidah. Untuk urusan makanan, masyarakat Thai mempunyai tradisi yang kurang lebih sama dengan masyarakat Indonesia, yaitu gemar makan “besar” pada pagi hari, artinya menu nasi, bihun, atau mie lengkap dengan lauk pauknya lumrah disantap pada saat sarapan.

Farida Fatornee
Di tepi jalan utama Phetchaburi, mendekat ke arah stasiun BTS Ratchathewi, terdapat warung makan halal populer, yaitu Farida Fatornee. Lauk pauk dan sayur yang disajikan hari itu dapat dipesan setelah membaca buku menu yang ditawarkan atau cukup dilirik dari balik etalase kaca di depan warung, dipilih sesuai selera untuk dinikmati di tempat atau dibawa pulang. Sup ayam, salad Thai, tom yum, gulai kepala ikan, dan kambing goreng adalah beberapa menu rumahan yang menjadi andalan warung makan ini, dengan rasa yang dapat diterima oleh lidah Indonesia. Buka setiap hari mulai pukul 10.00 pagi hingga 21.00 malam, sempatkan mampir bersantap disini setelah berbelanja dari Platinum Fashion Mall atau Pasar Pratunam yang juga terletak di ruas jalan Phetchaburi.

Usman Thai Restaurant
Restoran milik pak Usman yang letaknya agak tersembunyi di salah satu sub-soi di Sukhumvit soi 22 ini adalah salah satu favorit warga Indonesia yang bermukim di Bangkok. Grilled beef salad, sup buntut, spicy seafood salad with glass noodle, ikan kukus maupun ikan goreng dengan siraman saus istimewa, dan tentunya sup tom yum dijamin akan membuat kita terkenang-kenang lezatnya. Usai bersantap, pengunjung juga dapat membeli bumbu jadi tom yum untuk dibawa pulang. Jangan kaget apabila pak Usman langsung yang turun tangan melayani sambil menyapa ramah tamu dalam bahasa Melayu karena beliau berasal dari daerah Thailand Selatan.

Restoran ini bisa dicapai dengan menumpang taksi langsung menuju soi 22 dimana restoran terletak di jalan buntu sebelah kiri jalan utama setelah hotel Imperial Queen’s Park, atau naik skytrain dan turun di stasiun Phrom Phong dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju soi 22 selama kurang lebih 15 menit sampai tujuan.
Foto: www.bestofhalal.net
Pujasera Pusat Pertokoan di Bangkok
Mengakomodasi umat Muslim yang sedang berlibur maupun yang tinggal di Bangkok, hampir dipastikan selalu ada tempat makan halal di pusat perbelanjaan ternama, seperti Central Chitlom, Siam Paragon, dan MBK Center. Di Foodloft di Central Chitlom terdapat gerai makanan India yang berlabel halal, di Paragon Food Hall pusat pertokoan Siam Paragon terdapat kios nasi kuning ayam halal. The Fifth Avenue di pusat pertokoan MBK menyajikan banyak pilihan makanan dari kedai-kedai berlabel halal mulai dari menu Indonesia, India, Thai, hingga Jepang.

Home Cuisine Islamic Restaurant

Nasi Biryani yang lezat (Foto: www.bestofhalal.net)
Mutton curry Home Cuisine (Foto:www.bestofhalal.net)
Bagi pejalan yang sedang menjelajahi kawasan kota lama Bangkok, jika perut sudah menuntut diperhatikan, berbeloklah ke jalan Charoen Krung. Di Charoen Krung terdapat komunitas muslim Thai dan beberapa tempat makan halal yang wajib dicoba, salah satunya adalah Home Cuisine Islamic Restaurant. Berlokasi tepat di seberang kedutaan besar Republik Perancis, restoran bernuansa hijau yang menyajikan menu India dan Thai ini tidak sulit ditemukan. Selain halal, Home Cuisine juga mengklaim masakan rumahannya bebas MSG dan bahan kimia lainnya. Cobalah menu andalan restoran ini yaitu nasi biryani ayam. Selain itu ikan goreng saus pedas yang cocok disantap dengan nasi hangat bisa menjadi uji nyali bagi penggemar cita rasa pedas. Buka setiap hari Senin hingga Sabtu mulai pukul 11.00 – 22.00 dan Minggu mulai pukul 18.00 – 22.00, cara ternyaman mencapai restoran ini adalah dengan menumpang taksi langsung menuju Thanon Charoen Krung soi 36 dan berhenti di seberang bangunan kedutaan besar Perancis.

Sinthorn Steak House
Kawasan Ramkhamhaeng adalah salah satu kawasan dimana komunitas Muslim terbesar di Bangkok tinggal. Disanalah restoran-restoran halal, Islamic Center, dan beberapa masjid besar terletak. Salah satu restoran besar yang terkenal adalah Sinthorn Steak House. Dengan menu steak a la Amerika dan Eropa sebagai sajian utamanya, restoran ini juga menawarkan aneka hidangan Thai, Cina, Italia, dan Arab dalam daftar menunya. Setiap sorenya mulai pukul 17.00 hingga 23.00 juga tersedia buffet daging panggang ala Korea dan sari laut Sinthorn yang tidak boleh dilewatkan. Di samping gerbang kompleks restoran yang berlokasi di antara soi 85 dan soi 87 Ramkamhaeng Road, terdapat toko serba ada yang menjual beragam produk halal dan olahan daging halal seperti sosis, ham, bakso, nugget, dan lain sebagainya. Cara termudah mencapai restoran ini adalah dengan menumpang taksi dengan ongkos kurang lebih THB 120-130 dari area Sukhumvit.
Supermarket di Sinthorn yang menjual aneka olahan daging halal
Tenderloin Steak dari Sinthorn Steak House
 Yana Restaurant Thai and International Halal Food
Popularitas restoran Yana di kalangan pejalan muslim yang berwisata ke Bangkok sudah tidak diragukan lagi. Berlokasi di lantai 5 pusat perbelanjaan MBK Center yang hampir pasti menjadi tujuan wajib para pejalan ketika berada di Bangkok, aneka menu khas Thai dan Internasional yang ditawarkan juga sudah terbukti kelezatannya. Jangan lewatkan sup tom yum, ikan goreng bersaus, atau tumis bakso sambal terasinya yang cocok bersanding dengan sepiring nasi putih hangat. Kalau penasaran dengan menu lain di restoran ini, silakan intip dan nikmati penampakannya di www.yanarestaurant.com sebelum Anda datang dan mencobanya sendiri. Pusat perbelanjaan MBK sendiri langsung terhubung dengan stasiun BTS terminal National Stadium. Sungguh pilihan tempat makan yang nyaman, bukan?

Phayathai Kitchen Halal Restaurant
Meski mungil, tampaknya Phayathai Kitchen tidak pernah kekurangan pengunjung. Variasi makanan yang lezat, pelayanan yang efisien, serta harga yang sangat bersahabat menjadi alasan di balik fakta tersebut. Menemukan restoran mungil ini terbilang mudah. Dari mulut soi 7 Phetchaburi Road, ambil jalan lurus sampai bertemu pertigaan, kemudian belok kiri, Phayathai Kitchen, ada di sebelah kiri jalan. Buka setiap hari mulai pukul 11.00 hingga 22.00, restoran ini menawarkan menu internasional seperti pizza, pasta, dan burger di samping menu khas Thai yang selalu berhasil menggugah selera makan. Lupakan sejenak program diet untuk mencicipi dengkul ayam gorengnya yang renyah dan gurih. Di restoran ini juga terdapat menu yang umumnya dijual di kaki lima, apalagi kalau bukan nasi ketan putih ditemani ayam panggang/goreng yang biasa dimakan dengan tangan, favorit anak-anak tentunya.
Foto: Phayathai Kitchen Facebook Page
Al-Hussain Restaurant
Mengusung menu Timur Tengah dan India, restoran Al- Hussain yang berlokasi di kawasan Nana, tepatnya di Sukhumvit soi 3/1 sangat populer dan mempunyai jam buka yang panjang, mulai dari pukul 6 pagi hingga 3 dini hari. Nana adalah kawasan populer untuk para wisatawan dari Timur Tengah, sehingga restoran-restoran disana umumnya mengusung menu Timur Tengah, mulai dari Iraq, Persia, Lebanon, hingga Mesir. Restoran Al-Hussain sendiri menawarkan menu India dan Bangladesh dengan pilihan menu Thai yang relatif terbatas, namun daya tarik restoran ini ada pada dhal, paratha, naan, mutton biryani, mutton/beef masala, dan kari kambing yang wajib dicicipi. Istimewanya lagi, setiap hari selama bulan Ramadhan, Al-Hussain menyediakan setampah besar menu untuk sahur dan berbuka puasa, lengkap dari mulai ta’jil, nasi biryani, dan buah-buahan untuk disantap bersama-sama bagi siapapun yang datang ke restorannya secara gratis.

Tips Menikmati Kuliner Thailand
Secara umum, masakan Thailand selalu dibubuhi beragam bumbu dapur dan dedaunan yang membuatnya kaya citarasa. Jika selama ini menu Thai yang populer di luar Thailand sebatas sup tom yum goong, pad Thai, som tam atau salad apaya muda, massaman curry, green curry, atau nasi goreng Thailand, kini saatnya Anda menikmati pilihan menu khas Thai yang tak kalah sedap seperti stir-fried chicken cashew nut, grilled beef salad, seafood salad with glass noodle, tom kha gai atau sup ayam, hingga ikan goreng dengan pilihan saus istimewa. Satu hal yang perlu diingat, orang Thai adalah penyuka cabai sehingga ada banyak pilihan menu bercitarasa pedas. Oleh karena itu, bagi yang tidak bisa menyantap makanan pedas, pastikan pelayan mencatat menu pesanan Anda dengan menggarisbawahi informasi tambahan mai pet yang berarti tidak pedas sama sekali.   

Selamat berlibur dan berwisata kuliner di Bangkok!

---------------------------------


Farida Fatornee
497/5 Phetchaburi Rd, Thung Phaya Thai, Ratchathewi, Bangkok 10400 (BTS Ratchathewi exit 3)

Usman Thai Restaurant

259/9 Sukhumvit Rd soi 22, Khlong Tan, Khlong Toei, Bangkok 10110 (BTS Phrom Phong exit 6)

FoodLoft
7th fl, Central Chidlom, 1027 Phloen Chit Rd, Lumphini, Pathum Wan, Bangkok 10330 (BTS Chit Lom exit 5)

Paragon Food Hall
G Floor, Siam Paragon, 991/1 Rama I Rd, Bangkok 10330 (BTS Siam exit 5)

The Fifth Avenue

5th Floor, Zone A , Tokyu Department Store, MBK Center, 444 Phayathai Rd., Bangkok (BTS National Stadium exit 4)

Home Cuisine Islamic Restaurant

186 Charoen Krung 36, Bangrak District, Bangkok 10500

Sinthorn Steak House
3331/2 Ramkhamhaeng Rd. Huamark, Bangkok

Yana Restaurant Thai and International Halal Food
5A-05, Zone A, Tokyu Department Store, MBK Center, 444 Phayathai Rd, Pathum Wan, Bangkok 10330 (BTS National Stadium exit 4)

Phayathai Kitchen Halal Restaurant

63, 68 Phetchaburi 7 Alley, Thung Phaya Thai, Ratchathewi, Bangkok 10400 (BTS Ratchathewi exit 3)

Al-Hussain Restaurant
Soi Sukhumvit 3/1, Khlong Toei Nuea, Bangkok 10110 (BTS Nana exit 2)

Friday, 2 February 2018

Homemade Easy Hazelnut Spread

Terinspirasi dari buku masak untuk anak-anak "Patisserie pour les enfants" yang ditulis oleh Philippe Urraca, pastry chef ternama Perancis, saya jadi tertarik mencoba membuat sendiri hazelnut spread. Berbeda dengan produk siap saji yang dijual di pasaran, hazelnut spread rumahan ini dibuat tanpa zat tambahan dan lebih terasa kacangnya, takaran gula juga bisa dikurangi sesuai keinginan, dan yang terutama, bisa dinikmati tanpa harus merasa berdosa. Apalagi, hazelnut juga mempunyai banyak manfaat, diantaranya baik untuk kesehatan jantung, otak, kulit dan rambut, dan mengandung antioksidan. Resep ini sudah saya modifikasi dari resep aslinya, yang menghasilkan 2 kontainer hazelnut spread dengan volume masing-masing 275 ml.

Bahan:
375 gr hazelnut mentah
50 gr icing sugar
15 gr tepung kakao
180 gr dark chocolate
50 gr minyak kelapa

Cara membuat:
1. Panggang hazelnut di loyang yang dialasi kertas roti selama 15 menit pada suhu 160 derajat. Proses pemanggangan ini selain untuk membersihkan kulit ari hazelnut, juga berfungsi untuk mengeluarkan minyak dari kacang.
2. Keluarkan dari oven, dinginkan, dan kupas kulitnya hingga bersih
3. Masukkan hazelnut tanpa kulit ke dalam food processor, tambahkan gula.
4. Tambahkan tepung kakao.
5. Lelehkan cokelat.
6. Masukkan cokelat leleh ke dalam adonan hazelnut.
7. Tambahkan minyak kelapa ke dalam food processor dan aduk rata.
8. Masukkan ke dalam kontainer kaca dan simpan di kulkas jika ingin tahan lama.

Kali ini, hazelnut spread-nya ditemani homemade banana waffle, karena memanfaatkan pisang yang sudah kematangan. Hmm, jadi ketagihan buat hazelnut spread sendiri, begitu gampang dan sehat.

hazelnut spread-nya terlihat padat karena baru dikeluarkan dari kulkas
Tertarik untuk mencoba?

Friday, 23 June 2017

[Buku Baru] Bangkok Rasa Lokal: Wisata Anti-Mainstream di Bangkok dan Sekitarnya

Jalan-jalan ke Bangkok, mau ke mana saja? Grand Palace? Chatuchak Weekend Market? Madame Tussauds? Ah, itu sudah biasa! Mau yang luar biasa? Cobalah travel like locals alias mencecap langsung pengalaman wisata ala penduduk setempat.

Ditulis dan dirangkum oleh penghuni kota Bangkok, Bangkok Rasa Lokal: Wisata Anti-Mainstream di Bangkok dan Sekitarnya menyajikan sudut pandang berbeda tentang destinasi wisata di Bangkok dan sekitarnya. Bukan hanya wahana baru, Anda juga akan memperoleh informasi tentang festival-festival tahunan, moda-moda transportasi, dan tempat tempat wisata keluarga yang sesuai dengan kantong Anda, termasuk makanan halal. Bersiaplah untuk liburan yang anti-mainstream!


Alhamdulillah, akhirnya proyek rame-rame ini "lahir" juga. Setelah proyek pertama menghasilkan buku yang dicetak untuk kalangan sendiri, bulan Juni 2017 ini, saya dan dua teman yang juga terlibat di proyek pertama menelurkan buku panduan jalan-jalan di Bangkok. Semoga buku ini bermanfaat bagi pembacanya. Temukan bukunya di Gramedia atau toko buku kesayangan dan jangan lupa segera diadopsi yaa...

Selamat membaca!

Monday, 6 March 2017

Kue Pukis Geulis yang Gampang dan Enak

Satu lagi cemilan favorit yang gampang membuatnya, yaitu kue pukis. Jaman kecil dulu, setiap kali dibawa jalan-jalan ke kawasan Alun-Alun Bandung, saya paling senang jajan kue pukis yang diatasnya ditaburi coklat meses. Biasanya penjual kue pukis juga membuat kue bandros, kue berbahan tepung beras, santan dan kelapa parut, yang merupakan favorit ibu saya.

Semangat membuat pukis berawal dari seorang teman yang membawa kue pukis buatan asistennya ke pengajian. Dengan seijin Dede, sang teman, saya menuliskan resep kue pukis geulis (karena yang empunya resep alias asistennya Dede bernama Lilis) di blog ini. Resep di bawah ini bisa menghasilkan 50 potong pukis.

Bahan:
- 600 gr terigu (all-purpose)
- 300 gr gula pasir (saya kurangi gulanya hingga 225 gr)
- 1/2 sdm garam
- 5 butir telur
- 800 ml santan (saya ganti penggunaan santan dengan susu)
- 150 gr margarin cair
- 1 sdm fermipan
- 1/4 kaleng susu kental manis (saya kurangi jadi 3 sdm)

Cara membuat:
1. Campur adonan kering (terigu, gula pasir, garam, fermipan) kemudian sisihkan
2. Campur telur dan margarin cair
3. Tambahkan santan sedikit-sedikit berselang-seling dengan adonan kering
4. Biarkan 2 jam, kemudian masukkan adonan dalam cetakan pukis
5. Gunakan api sedang (3-4 untuk kompor listrik) dan tutup cetakan selama 1-2 menit
6. Buka tutup cetakan, taburi dengan coklat meses atau keju, sesuai selera, tunggu sampai adonan matang

Malam ini saya mencoba membuat setengah resep, dengan beberapa modifikasi, dan ternyata sukses.
Berikut resep modifikasi versi saya:

Bahan (untuk 25 potong pukis):
- 300 gr terigu (all-purpose)
- 100 gr gula organik
- 1/4 sdm garam
- 3 butir telur
- 400 ml susu (saya sengaja mengganti santan dengan susu)
- 75 gr mentega cair
- 1/2 sdm fermipan
- 1 sdm susu kental manis

Pukis rasa coklat dan keju siap disantap
Selamat mencoba!

Monday, 12 September 2016

Cake Kukus Ketan Hitam

Dapat lagi resep super gampang dari Pipit, suhu perkuean yang selalu bermurah hati kasih resep-resep cemilan enak, terima kasih Pipit :). Kali ini yang jadi percobaaan adalah cake kukus ketan hitam karena punya stok tepung ketan hitam banyak hasil kiriman dan lungsuran. Resep yang Pipit kasih berasal dari blog ini. Bahannya sedikit, pengerjaannyapun mudah.

Bahan:
3 butir telur
100 gr gula
125 gr tepung ketan hitam
100 gr margarin dilelehkan/minyak (saya pakai unsalted butter)

Cara membuat:
1. Panaskan kukusan
2. Kocok telur dan gula sampai mengembang (high speed mixer 10 menit)
3. Tambahkan tepung ketan hitam sambil diayak dan diaduk rata
4. Masukkan margarin/mentega leleh/minyak sedikit demi sedikit sambil diaduk perlahan
5. Tuang di loyang bundar diameter 18 cm yang dioles margarin/mentega dan dialas kertas roti
6. Kukus 30-35 menit sampai matang dengan api sedang - rendah.
7. Tutup panci kukusan dibungkus kain bersih agar uap air tidak menetes ke kue.

Akhirnya bisa juga buat cake kukus ketan hitam sendiri :)

Meski penampakan di fotonya kurang menarik, percaya deh, cake kukus ketan hitam ini rasanya legit dan makannya tidak cukup satu potong. Tertarik mencoba?

Wednesday, 27 July 2016

TravelXpose edisi Juli: Terpikat Pesona Alam Loei, Thailand

Kalau selama ini Thailand identik dengan Bangkok, Pattaya, Phuket, atau Chiang Mai, kami berniat menginjakkan kaki di daerah baru yang relatif sepi turis. Loei menjadi pilihan kami. Dimanakah Loei berada dan apa yang membuat Loei begitu menarik? Simak ulasan lengkapnya di rubrik Explore majalah TravelXpose edisi Juli 2016 :)

Friday, 17 June 2016

Kesan dari Little Bandung Festival: Curahan Hati Orang Bandung

Beberapa bulan lalu diadakan Little Bandung Festival 2016 di pusat pertokoan Siam Paragon yang (kalau saya tidak salah) diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung. Mendengar ada acara tersebut, tentu saja saya bersemangat ingin tahu ada apa saja disana, utamanya sih berharap siapa tahu ada stand makanan khas Bandung :p. Sesampainya disana, ternyata apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataan. Ada beberapa stand yang menawarkan beberapa produk, tapi menurut saya pribadi "kurang" Bandung, buku-buku, dan sedikit foto. Ada juga meja yang menjual makanan ringan dan beberapa kotak kue brownies dan pisang molen yang dibagikan secara cuma-cuma. Saya tidak sempat melihat pertunjukan keseniannya karena sudah keburu putus harapan melihat stand-stand yang berpartisipasi. 

Sebagai orang Bandung yang kebetulan sedang merantau dan sering kangen kampung halaman, saya ingin menyuarakan pendapat bahwa sebaiknya pihak penyelenggara melakukan survei kecil-kecilan dulu tentang ekspektasi pengunjung yang diperkirakan tertarik datang ke acara tersebut. Jadi acara yang diselenggarakan tidak sekedarnya dan justru bisa menarik minat pengunjung untuk datang ke Bandung. Apa saja kira-kira yang menarik diangkat dari Bandung?

Pariwisata Bandung
Bandung kaya dengan keindahan alamnya. Kenapa tidak dipajang banyak foto pemandangan indahnya Kawah Putih, hijaunya perkebunan teh, megahnya Gedung Sate, apiknya Lembang Floating Market, klasiknya Museum Asia Afrika, indahnya curug-curug/air terjun di sekeliling Bandung, dan yang terbaru Dusun Bambu sebagai alat untuk menarik wisatawan?

Kuliner Bandung/Jawa Barat
Pernah mencicipi batagor atau baso tahu goreng, siomay, mie kocok, kue-kue manis, pisang molen, keripik tempe, lotek, nasi timbel, tahu gejrot, mie bakso, bandrek, bajigur, atau jajanan khas pasarnya Bandung? Bagi yang belum pernah, silakan dicari gambarnya dan dijamin akan suka serta bagi yang sudah tahu, dijamin akan selalu kangen dengan kelezatan kuliner Bandung.

Foto-foto suasana Bandung Tempo Doeloe dan sekarang
Suasana Bandung tempo dulu dan sekarang memang sangat jauh berbeda, namun entah kenapa, Bandung seperti memiliki daya tarik magis untuk dikunjungi. Jika pernah melihat foto suasana Bandung tempo dulu, mungkin baru kita percaya kenapa dulu kota ini menjadi magnet bagi pemerintah kolonial Belanda sebagai tempat peristirahatan. Pengunjung yang datang ke Bandung saat ini bisa membayangkan bagaimana situasi pada masa lalu ketika melewati ruas-ruas jalan bersejarah di kota ini.

Koleksi bangunan bergaya Art Deco di Bandung
Saya pernah menyusuri satu demi satu bangunan Art Deco di Bandung, mulai dari yang masih megah berdiri sampai yang kini sudah hancur diratakan dengan tanah. Bandung merupakan salah satu kota di Asia Tenggara yang memiliki bangunan bergaya Art Deco dari tahun 1920-an terbanyak. Salah satu daya tarik lagi bukan, khususnya bagi pencinta seni dan arsitektur?

Koleksi kain batik khas Jawa Barat
Motif batik dari daerah Jawa Barat tidak kalah beragamnya dengan motif batik dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Ada motif batik yang dinamai sesuai asal daerahnya seperti batik Ciamis, batik Cirebon, batik Sumedang, batik Tasikmalaya, batik Garutan, dan batik Indramayu. Kesemua motifnya cantik-cantik dan yang pasti, khas Indonesia.  

Foto-foto kegiatan kesenian Jawa Barat
Kalau tidak memungkinkan untuk menampilkan aneka kesenian khas Jawa Barat dalam pameran ini, mengapa pihak penyelenggara tidak berinisiatif menampilkan cantik dan anggunnya para penari yang membawakan tari Merak dalam gambar atau foto, atau lenturnya para penari yang membawakan tari Jaipongan? Deretan para pemain angklung dengan pakaian berwarna-warni, gagahnya para pemain Pencak Silat juga bisa menjadi daya tarik tersendiri dibandingkan dengan memamerkan sepatu atau jam tangan yang sama sekali tidak mencerminkan "nilai Bandung" nya.

Semoga pihak penyelenggara Little Bandung Festival ke depannya bisa berusaha menampilkan wajah Bandung dengan lebih baik lagi sehingga menarik pengunjung pameran untuk mengetahui lebih jauh tentang Bandung dan tertarik mengunjunginya.

Thursday, 16 June 2016

[Little Traveler]: Pengalaman Pertama Terbang Solo bersama Dua Balita

Akhir bulan Mei lalu, kami pulang ke Indonesia. Awalnya, kami berencana pulang saat libur sekolah bulan April, namun berhubung si sulung sakit, terpaksa rencana batal dan diundur menjadi akhir Mei. Saat keberangkatan dari Bangkok, kebetulan ada seorang teman dan ibu serta kakak perempuannya yang menemani, meski kami tidak duduk berdekatan. Sementara penerbangan Jakarta - Bangkok sekitar seminggu setelahnya terpaksa harus kami lalui hanya bertiga saja. Ternyata, pengalaman pertama saya terbang membawa bocah usia 4 tahun dan 19 bulan ini sangat menantang.

Dari sisi logistik, dengan satu maupun dua anak, tidak jauh berbeda karena saya selalu berprinsip traveling light, yang berarti satu buah backpack, satu buah koper ukuran sedang, dan backpack si kakak untuk menyimpan mainannya (jika dibutuhkan), ditambah baby carrier.

Proses check in sampai sebelum boarding masih gampang. Karena pesawat terlambat 1 jam, maka kami baru terbang sekitar pukul 7 malam. Di sini, perjalanan mulai menantang. Penerbangan kali ini menjadi yang terberat sepanjang pengalaman saya, pertama, karena saya hanya sendiri menjaga anak-anak; kedua, situasi diperparah karena mereka tidak tidur siang; ketiga, jam penerbangannya mendekati jam tidur mereka. Sophie menangis terus, berhenti ketika ada penumpang di belakang yang menawarkan permen karamel, dan menangis lagi karena permen karamel yang dikunyahnya menempel di gigi dan susah dilepaskan :D. Pada waktu bersamaan, David juga menuntut perhatian yang biasanya tidak pernah dia lakukan saat di rumah ataupun di perjalanan-perjalanan kami sebelumnya. Untunglah ibu dan kakak perempuan teman menawarkan untuk bertukar tempat duduk, sehingga saya sangat terbantu dengan adanya teman saya yang ikut menghibur anak-anak. Setelah bertukar tempat duduk, drama masih berlanjut meski tidak separah sebelumnya. Ada saat dimana Sophie tenang, giliran si kakak yang membuatnya menangis kembali sampai saya harus menegurnya...duuhh..capek! Meski terlihat lelah, tapi keduanya tidak mau tidur sampaiii...beberapa saat sebelum mendarat, lampu di kabin pesawat dimatikan, dan tiga detik kemudian, keduanya tertidur! Oalah, ternyata itu yang membuat mereka susah tidur dan cranky. Persoalan baru muncul ketika kami mau turun. Beruntung ada bala bantuan, sehingga teman saya menggendong Sophie dan saya menggendong David, sementara barang-barang di kabin dibawakan oleh kakak perempuan teman saya. Masalah muncul ketika kami antri di imigrasi, David yang diminta berjalan mulai menangis karena capek. Mendengar suara tangisan David, beberapa orang berbaik hati memberikan tempat antri mereka untuk kami. Tangisan plus tantrum masih berlanjut saat kami menunggu bagasi yang berakibat membangunkan si adik di gendongan saya, jadi nangislah dua-duanya :(...

Di pintu keluar, petugas dari hotel tempat kami menginap malam itu sudah menunggu dan tidak lama, shuttle bus datang membawa kami. Untunglah, begitu keluar, suasana hati David sudah kembali membaik. Sesampainya di hotel, Sophie langsung tertidur sementara David tertidur beberapa saat setelahnya, dan saya menarik napas lega..alhamdulillah.

Dalam perjalanan kembali ke Bangkok, saya ditemani ibu dalam perjalanan dari Bandung ke Jakarta. Penerbangan Jakarta-Bangkok kami lalui bertiga saja. Setelah melepas ibu dan dua sahabat saya yang menyempatkan waktu datang ke hotel pagi-pagi sebelum terbang, petualangan dimulai. Tidak ada persiapan khusus apapun kecuali berdoa anak-anak akan manis selama di pesawat. Oia, beberapa hari sebelumnya, kami minta David untuk membantu saya selama perjalanan dengan bersikap manis. Jam penerbangan siang hari yang pas dengan jadwal tidur siang Sophie sangat menguntungkan. Satu-dua menit setelah pesawat mengudara, Sophie tertidur dan baru terbangun satu jam sebelum mendarat. Sophie saya masukkan dalam gendongan sehingga saya bisa bergerak lebih bebas, termasuk pergi ke toilet. Alhamdulillah, David manis sepanjang perjalanan, termasuk bersedia ditinggal sebentar di kursinya saat saya pergi ke toilet. Drama kecil dimulai ketika Sophie bangun dan mengusili kakaknya yang berakhir dengan balas membalas...namun pengalaman kedua ini relatif lebih mudah dibanding pengalaman pertama. Satu jam tidak terasa ketika pesawat mendarat di Don Mueang, berbeda rasanya ketika kami terbang ke Jakarta, perjalanan yang hanya 3,5 jam terasa lamaaaa sekali untuk saya. Setelah dua pengalaman tersebut, mungkin saya akan pikir-pikir lagi jika harus terbang bertiga saja dengan anak-anak dalam waktu dekat. Tapi kalau seandainya terpaksa harus terbang lagi, setidaknya saya akan menyetok aneka permen (yang sangat jarang saya beri pada anak-anak) dan lebih memilih penerbangan pagi/siang dibandingkan penerbangan sore/malam (untuk jarak pendek). Bukan tidak mungkin, pendekatan "carrot and stick" akan diterapkan lagi jika dibutuhkan :). Ada yang mau berbagi cerita dan pengalaman terbang sendirian (tanpa ditemani dewasa lain) bersama anak-anak balita?

Tuesday, 26 April 2016

Terpana di Mae Klong Railway Market


Dalam perjalanan menuju pasar terapung Amphawa sewaktu libur Songkran dua minggu lalu, kami mampir ke pasar satu-satunya yang mungkin hanya ada di Thailand. Pasar Mae Klong adalah pasar tradisional biasa, yang membedakan hanyalah lokasinya yang berada di pinggir rel kereta api, bersisian tanpa jarak! Melihat langsung pasarnya, aturan yang pernah saya ingat saat kuliah dulu dimana garis sempadan minimal rel kereta api adalah 11 meter (untuk vegetasi) dan 20 meter (untuk bangunan) jelas tidak berlaku disini.

Tapi jangan dibayangkan kereta yang melewati rel ini melaju cepat. Karena pasar ini berlokasi di stasiun terminus Mae Klong, maka laju keretapun terbilang sangat lambat dan masyarakat sudah diperingatkan sebelum kereta lewat. Ketika petugas stasiun mengumumkan kereta akan bergerak, serentak para penjual melipat tenda dan menata dagangannya. Ada delapan waktu keberangkatan dan kedatangan kereta yang akan melewati pasar ini, yaitu pukul 6.30, 8.30, 9.00, 11.10, 11.35, 14.40, 15.35, dan 18.00. Beberapa situs memberikan jadwal yang berbeda, sehingga ketika kami sampai disana menjelang 10.15, kami bertanya-tanya apakah keretanya sudah lewat atau belum. Ketika salah satu ibu penjual bilang keretanya akan lewat pukul 11.30, saya tenang, maka pergilah kami berempat membeli es krim sekaligus ngadem di toko kecil di seberang jalan, karena udara siang itu bukan main panasnya. Sedang asyik menjilati es krim, terdengar suara mirip klakson yang dibilang suami suara klakson truk...ehh..beberapa detik kemudian, dari tempat kami berdiri, saya lihat bagian atas gerbong kereta sedang berjalan menjauh :(...sempat kecewa juga karena sudah jauh-jauh datang, kami tidak jadi menyaksikan saat kereta melintasi rel.

Saya sudah pasrah dan berhenti memasang muka kecewa karena si sulung tiba-tiba bilang ingin pipis. Tidak sengaja, saya melihat jadwal kereta yang tertulis di dinding toilet umum yang kami hampiri dan kami masih bisa melihat kereta yang pergi jam 11.35. Hm, ternyata keberuntungan masih berpihak pada kami. Tidak lama, terdengar tiupan peluit panjang dari petugas stasiun, dan perlahan keretapun melaju membelah pasar :). Penasaran melihat langsung? Ada banyak video yang bisa disaksikan, salah satunya ini.


 




 

Monday, 25 April 2016

Mampir ke Chocolateville



Sudah lama saya mendengar tentang Chocolateville yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan coklat, dan sudah beberapa kali pula merencanakan pergi ke sana yang berakhir dengan batal. Alasan paling sering adalah karena kesorean atau sulit dapat taksi dari stasiun BTS Mo Chit. Liburan panjang dua minggu lalu akhirnya terwujud juga niat untuk menyambangi Chocolateville. Seperti banyak tempat di Thailand, Chocolateville adalah restoran yang dirancang menyerupai bangunan a la Eropa/Amerika. Semua sudutnya nyaris instagrammable :). Tidak ada tiket masuk, jadi kalau cuma sekedar mau jalan-jalan tanpa makan atau minum disinipun tidak akan ada petugas yang mengusir. Kebetulan tidak jauh dari pintu keluar Chocolateville ada restoran sari laut halal Viyacrab yang juga bisa menjadi pilihan. Untuk mencapai Chocolateville, karena berada di luar Bangkok, cara paling mudah adalah naik taksi seharga kurang lebih THB 300 - 350 dan jangan lupa menunjukkan alamatnya yang tertulis dalam bahasa Thai, plus kita juga pastikan taksi mengambil arah yang benar dengan mengandalkan GPS, karena belum tentu supir taksi tahu alamat yang dimaksud. Dibuka sejak pukul 3 sore sampai tengah malam, waktu terbaik datang kesini adalah menjelang matahari terbenam dimana udara tidak terlalu panas. Tempat ini untuk saya masuk kategori "cukup dikunjungi sekali saja" karena lokasinya yang jauh, tapi harus diakui kalau Chocolateville memang cantik. Coba saja lihat foto-fotonya disini.









Monday, 18 April 2016

Berkunjung ke Taladnam Khlong Lad Mayom

Berniat melewatkan salah satu hari di akhir pekan untuk keluar rumah, pilihan kami di suatu hari Minggu siang di penghujung bulan Maret yang panas adalah pasar terapung Khlong Lad Mayom. Beroperasi pada akhir pekan dan hari libur nasional antara pukul 08.00 – 17.00, Khlong Lad Mayom dapat dicapai dengan menumpang skytrain Sukhumvit Line arah ke Bang Wa, turun di stasiun terakhir Bang Wa, kemudian dilanjutkan dengan taksi seharga kurang lebih THB 80. Pergi dari rumah sekitar pukul 10 pagi, kami sampai di tempat tujuan sekitar pukul 11 siang. Meski namanya pasar terapung, sebagian besar kedai di Khlong Lad Mayom ada di "daratan" dan hanya beberapa kapal yang terlihat di kanal siang itu, yang sama sekali tidak membuat kami kecewa, karena pasarnya besar, menarik, lokal, dan banyak yang bisa dilihat. Menjelang makan siang, pasar semakin ramai pengunjung yang mayoritas adalah masyarakat Thai. Menu istimewa yang wajib dicoba di pasar ini salah satunya adalah "pla pao" atau ikan bakar yang dilumuri garam, disajikan dalam kotak karton dilengkapi lalapan dan dua jenis sambal seharga THB 240/porsi. Kami juga sukses memborong cendol untuk persediaan di salah satu kios, yeayy...Aneka manisan khas Thai berjejer tampak menggoda untuk dibawa pulang. Area pasar yang relatif besar dipenuhi tempat makan dan kedai-kedai disekelilingnya, sehingga tidak perlu khawatir kelaparan selama berada disini.

Siang itu, selain menjelajahi daerah pasar, kami juga mengambil paket tur keliling kanal naik perahu. Dari tiga program yang ditawarkan, kami memilih program yang paling ideal dari segi waktu maupun tempat yang akan dikunjungi, yaitu tur menyaksikan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat dengan lama waktu 40 menit non stop menggunakan kapal sewaan privat seharga THB 700.

Jika berkunjung ke Bangkok dan ingin melihat pasar terapung secara langsung, Khlong Lad Mayom bisa menjadi pilihan karena pasarnya tidak kalah menarik dan jaraknya tidak sejauh pasar terapung lain yang lebih populer seperti Damnoen Saduak atau Amphawa.

Sungai penuh ikan ini membuat anak-anak histeris kesenangan :)

Salah satu perahu penjual yang terlihat hari itu

Ada bagian hiburan anak-anak juga di pasar ini


Hidangan khas ikan bakar bergaram yang enak

Aneka manisan khas Thai

Manisan berbahan dasar kelapa, yuummm....

Fish spa

Pekarangan penduduk yang cantik








Bagian belakang rumah penduduk yang hijau


Petugas pos melaksanakan tugasnya dengan naik perahu








Namanya pasar, isinya pun makanan semua :)

Makan bukan hanya kebutuhan, melainkan hobi orang Thai




Tunggu cerita saya berikutnya dari pasar terapung yang lain :)