Thursday, 30 January 2014

Etika Tamu Menginap

Gambar pinjam dari sini

Meskipun belum punya rumah sendiri, kami lumayan sering menerima tamu. Kebetulan saya dan suami juga tipe orang yang senang-senang saja kalau kedatangan tamu. Biasanya tamu kami berkisar antara keluarga, kolega yang sekaligus adalah teman baik, dan teman. Nah, dari kesemua tamu yang pernah menginap itu tidak semuanya meninggalkan kesan baik, malah beberapa diantaranya sudah saya masukkan daftar hitam karena tidak memenuhi kriteria tamu beretika versi saya. Daripada saya menerima tamu dengan muka menekuk, lebih baik menolak tamu dengan kelakuan-kelakukan seperti ini dari awal.

"Milikmu milik saya juga, milikku milikku saja"
Ada pasangan yang punya motto hidup seperti diatas, bahkan ketika mereka sedang bertamu. Jadi, kalau misalkan mereka beli makanan, alih-alih membagi makanan sama rata dan menawarkannya pada yang punya rumah, makanan itu langsung dimakan berdua dengan santainya di depan orang lain. Kalaupun istrinya menawari, mereka menawarkan makanan yang sedang mereka santap. Bukan makanannya yang saya permasalahkan, tapi sikap mereka yang mengganggu di mata saya, kelihatannya kok tidak sopan, makan di depan orang lain tanpa benar-benar punya niat untuk berbagi. Sebagai tuan rumah, umumnya kita senang menjamu tamu, tapi kalau tamunya tidak punya etika seperti ini, lama-lama malas juga ya. Tamu itu adalah raja, tapi bukan berarti bisa seenaknya bersikap, apalagi di rumah orang lain

Anti dapur dan tidak ringan tangan
Biasanya ada semacam peraturan tak tertulis antara kami dan tamu-tamu kami. Hal ini tidak pernah kami bahas secara terbuka sebelum mengundang mereka tapi berjalan spontan begitu saja seperti sudah saling mengerti. Kalau kami yang memasak, maka tamu kami langsung mengambil giliran mencuci piring atau sebaliknya. Suatu kali, kami kedatangan tamu seusia kami yang menginap beberapa malam yang begitu selesai makan langsung kembali sibuk dengan laptopnya tanpa sedikitpun membantu membersihkan meja, membawa piring kotor ke dapur, atau mencuci piring, uuuggghhhh....memangnya disini restoran?? Kalau tamunya orang yang lebih tua, pasti saya tidak akan mengeluh seperti ini. Tapi kalau tamunya keluarga/teman dan seusia lagi, coba sedikit bantu tuan rumah apa salahnya sih?

Sok mengatur
Saya belum pernah mengalami punya tamu yang sok mengatur, tapi teman baik saya pernah mengalaminya. Sebut saja nama teman baik saya itu A dan temannya adalah X. Di rumah A yang hidup sendirian, si X ini sempat "tinggal" beberapa lama tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Awalnya A merasa senang karena ada teman dan merasa si X seperti cucunya sendiri, namun lama-kelamaan si X mulai mengatur banyak hal, termasuk menu makanan (X ini vegetarian) dan A merasa terganggu, sampai akhirnya X keluar dari rumah A karena ia mendapatkan pekerjaan di luar negeri. 

Jorok dan malas
Masih orang yang sama, suatu saat X menginap di tempat kami setelah malam sebelumnya ia mengaku ketakutan waktu menginap di tempat teman yang tidak begitu dikenalnya. Sayapun menerima dengan senang hati. Ternyata selama beberapa hari di rumah, pekerjaannya hanya duduk saja di depan laptop sepanjang hari, tidak mandi dan tidak berganti baju. Jadi baju yang ia pakai ketika datang sama persis dengan yang ia pakai ketika pergi. Handuk dan semua peralatan mandi di kamar mandi tamu kering tak tersentuh, padahal waktu itu Bangkok sedang panas-panasnya, hampir 40 derajat pada siang hari...hiiiyy...kebayang lengketnya berhari-hari tidak mandi :(

Satu hari, saya harus pergi dan saya tidak menyiapkan makan siang, toh ia bisa cari makan siang di luar atau memanaskan sisa sup semalam. Ketika saya pulang, ia masih dalam posisi ketika saya tinggalkan pagi tadi. Pas saya cek lemari es,  terlihatlah mangkuk sup bekas dimakan. Bukan main kesal saya dibuatnya. Kenapa? karena ia makan sup langsung dari mangkuk besarnya. Apa susahnya sih ambil mangkuk baru, dan ambil beberapa sendok sup yang ia mau makan? Kalau kurang kan tinggal tambah lagi? Kalau sudah "bekas" begini, siapa yang mau makan? Mengingat betapa jorok dan pemalasnya tamu saya ini, ketika dia menanyakan apakah dia bisa menginap lagi di tempat saya saat transit berikutnya, saya abaikan pesan dan teleponnya.

Lupa mematikan AC
Tamu yang cuek seperti ini membawa akibat buruk pada tagihan rekening listrik. Pernah terjadi, seorang tamu pergi keluar dan meninggalkan AC kamar dalam kondisi menyala, terus jendela kamar terbuka pula. Mau marah gak sih? Kok ya jadi orang tidak punya common sense, serba seenaknya? Memangnya listrik dibayar pakai daun pisang? Sejak itu, pada siapapun yang menginap, saya selalu minta mereka memastikan bahwa AC sudah dimatikan dan jendela sudah ditutup jika mereka akan pergi. Atau saya sendiri yang mengecek langsung ke kamar tamu. Duh, macam-macam saja ya kelakuan orang...

Ada yang punya pengalaman menerima tamu dengan kelakuan ajaib menginap di rumah masing-masing?

22 comments:

  1. aku pernah ada istrinya teman nginep di rumah dan make telpon serta meninggalkan tagihan telpon yang lumayan...huhuhu....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampun Nov, dikira pemakaian telepon termasuk fasilitas gratis juga kali ya di rumahmu. Pake hp sendiri kenapa? Tipe orang-orang seperti ini sebaiknya harus ditatar dulu sebelum nginep di rumah orang.

      Delete
  2. Aku kalau menginap membiasakan diri sebelum pulang merapihkan dulu kamar dan sapu-sapu gitu mbak. Kalau tidur di hotel aja aku rapikan dulu :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama kita mbak *toss* sampe sering dikomentarin suami 'memang bakalan dapat harga diskon kalau kamarnya dirapiin?' :D tp udah kebiasaan sih, aneh aja kl ninggalin kamar berantakan, di hotel sekalipun

      Delete
  3. Aku belum pernah kedatengan tamu seperti dicerita kamu Pung. Kok bisa ya mereka begitu? Aku pikir hal yang kamu sebut itu etika pergaulan umum (menawarkan makan, ikut bantu dsb) ternyata ngga. Kalo aku sih unek-uneknya ketika ada tamu Indonesia, ada yang mengharap aku entertain dia (bawa jalan-jalan, ikutan jalan-jalan atau traktir semua). Ini yang agak mengganggu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah mbak Yo, saya juga mikirnya gitu tapi ternyata ga semua orang punya etika ternyata :(. Serba salah ya mbak kalau tamunya udah berharap banyak gini, terus mbak menghadapinya gimana? Siapa tau suatu hari dapat 'rejeki' tamu seperti itu kan tipsnya mbak Yo bisa dipakai :)

      Delete
  4. Komen aku kok ngga masuk ya Pung? Anyway, aku sih sampe sekarang belum pernah ada tamu seperti yang kamu tulis diatas. Hanya yang aku bingung kok mereka ngga tau etika yang universal sih ya? Seperti bantu beres-beres, tawari makanan & kebersihan pribadi. Lebih parahnya lagi para tamu ini perilakunya seperti nginep dihotel ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Masuk kok komennya, yang diatas kan? Syukurlah, mudah-mudahan jangan sampai pernah punya tamu yang bikin kesel ya mbak, emosi jiwa deh jadinya.. Parah ya mbak kalau etika universal aja gak paham :(, dan lebih menyedihkan ketika tahu bahwa orang-orang seperti itu memang ada. Oia, tamu-tamu yang saya ceritain diatas bukan cuma orang Indo, tapi ada orang Eropa dan Asia juga.

      Delete
  5. So far sih aku gak pernah punya tamu kayak pengalaman kamu ya. Palingan yang nyebelin dari tamu yang ngabisin makanan. Bukannya aku medit tuh makanan gak boleh dimakan sih.

    Tapi aku beli stock buah buat konsumsi seminggu. Karena buat Athia kan kudu harus wajib ngemil buah tiap harinya. Aku beli banyakan maksudnya buat tamu (udah aku pisahin) sama buat konsumsi Athia. pas aku pulang buka kulkas eh habis dong, padahal baru semalem dibeliin.

    Terus aku beli Lengkeng beberapa kg maksudnya memang buat dimakan bareng tamu sih.
    Tapi kan maksudku mbok ya yang beliin (dalam artian ngeluarin duit) kan belon sempat makan secuil pun, ya disisain gitu lho. Biar kata cuma disisain 2-3 butir doang.
    Eh pas aku buka kulkas lagi, tinggal plastiknya doang di tempat sampah.
    Itu wajar gak sih kalo aku bete ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ndaahh, sorryyy udah beberapa hari gak sempat buka blog..thanks komennya ya, masuk kok. Soal tamu, wajar banget bikin bete yang suka ngabisin makanan...segitu lapernyakah sampe diabisin semua? atau jangan-jangan dibungkus dibawa pulang? :D. Perlu dikasihani sebenarnya sama orang-orang dengan kelakuan seperti ini karena gak tau etika, tapi kalau kita berurusan langsung dengan mereka, jadinya sebel, boro-boro mau ngasitau baik-baik ya?

      Delete
  6. Wah, saya belum pernah nerima tamu menginap di rumah sendiri, klo kerabat ga dihitung tamu kan ya :D. Tapi dulu di rumah orangtua kita sering sekali nerima tamu menginap, sebenarnya masih kerabat dan teman-teman, hanya saja mereka ini sudah tinggal di perantauan. Tentunya para tamu akan dijamu dengan makanan istimewa dan ditemani ke tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi jika jadwal memungkinkan. Mungkin juga karena kami terbiasa dengan sistem full service yg seperti itu, para tamu jadi merasa itu hal yang memang harus mereka terima saat bertamu. Namun keadaan tidak lagi sama seperti beberapa tahun yll, sekarang hanya orangtua yang tinggal di rumah itu dan tidak selalu berada dalam kondisi yang sehat untuk menjamu dan menemani jalan-jalan. Terkadang para tamu kurang sensitif dengan hal ini sehingga seringkali membuat orangtua menjadi kerepotan. Jadi sekarang adakalanya saat kondisi sedang tidak memungkinkan, orangtua menolak dengan halus jika ada yang ingin menginap di rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kerabat diitung tamu dong, selain yang biasa ada di rumah kalau saya masuk kategori tamu, bisa tamu biasa, tamu istimewa, atau tamu agung, hahaha...Gak masalah sih sebenarnya dengan full service, kita juga seneng banget kalau bisa melayani tamu dan tamu puas, tapi kadang ada aja tamu yang kurang tahu diri..nah itu yang bikin ilfil Ki :(, salah satunya kalau si tamu menganggap semua pelayanan kita itu memang selayaknya mereka terima..duuh...jadi cara aman, adalah hindari menerima tamu yang tidak sensitif atau tidak tahu etika biar hati tenang :)

      Delete
  7. Duuh sebel banget kalo ada tamu nginep pake acara minjem baju, alasannya karena males bawa baju banyak. Hal lain nya, males nerima tamu yang bawa anak kecil nakal, ngga bisa diem brantakin rumah

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Anon: kalau alasannya karena nginep mendadak, lain soal ya? tapi kalau karena malas bawa baju banyak, duuhh, ngerepotin tuan rumah aja :(. Hihi, iya itu juga sering jadi masalah, gak usah nginep, punya tamu bawa anak kecil terus pas mau pulang ortunya gak ada niat beresin mainan yg diberantakin anaknya kadang bikin jengkel, apalagi kalau tuan rumah lagi PMS :)

      Delete
  8. Hihihi..salam kenal mbak, aku sdg blogwalking utk baca2 etika bertamu dan menerima tamu. Bagi dikit pengalaman aja, rumah kami pernah kedatangan keluarga sepupu suami (2 dewasa 3 anak) yg pengen singgah utk transit dlm perjalanan balik dr mudik. Pas datang, suami iya2 aja tnp nanya2 rencana detil mau dtg jam brp, brp lama, mau pergi jam brp. Saya siapin kamar jg utk mereka istirahat. Kirain cm sebentar, taunya sampai lewat tengah hari baru minta pamit (datangnya sekitar jam 8 pagi), jd rencana jalan2 saya dan suami ter-pending. Walopun udh ngerepotin gitu, kami gak dibawain buah tangan apapun (ini ajaran dr orangtua saya sih, bawalah buah tangan kalau mau bertamu). Trus yg paling ngenes, pas saya bersihin kamar mandi, didapatilah sebuah p*mbalut bekas tanpa pembungkus. Ih, tamu ini langsung masuk blacklist!

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Kartika: salam kenal kembali, maaf telat balas komennya. Ikut prihatin dengan pengalamannya..meski etika bertamu itu sederhana, tidak semua orang paham..semoga lain waktu dapat tamu yang paham tatakrama ya, kedatangan tamu kan harusnya menyenangkan, bukannya menyusahkan :). Selamat berakhir pekan!

      Delete
  9. Salam kenal mbak utamo..
    Mau curhat aja, baca tulisan mbak, bikin tgn gatal pgn nulis.
    Sudah bbrp bulan ini tinggal sepupu2 suami. Awalnya happy, ta' pikir bakal jd tmn ngobrol dna bantu2 bebenah.
    Oalaaaah.. boro2 deh.
    Saya ngebabu tiap hari. Smpe mau gila rasanya. Pengen ta' pecahin gelas dan piring, lalu lari ke hutan belok ke pantai aja. Pd males2 bgt.
    Bangun jam 12. Keluar kamar hny untuk makan dan buang hajat. Kdg2 mandi aja cm 1x. Saya masakin, saya yg hidangkan, saya yg nyuci piringnya. Kdg mereka bntu nyuci, nyuci piring mereka sendiri. Pdhl di wastafel ada panci dan pnggorengan bekas saya pakai utk memasak makanan yg mereka santap. Apa salahnya sih bantu cuci ?
    Mana saya gk ada ART. Suami tau.. tp sptnya sungkan utk menegur, pdhl usia mereka min.10thn dbawah kami,dan 2 perempuan 1 lelaki. Gak tau diri ya !!! Apa pada ndak diajarin etiket numpang di rmh org ya sama ortunya ?
    Suami blg ada adiknya mau merantau jg, dan mau tinggal di sini. Langsung saya ngom "yg 3 aja nyusahin dan ndak berguna, nambah2in beban aja".
    Mslh AC jg sama, 24jam ON terus. Smpe akal trkhir spy tagihan gk bengkak, saya minta tukang AC langganan utk cabut pipanya.
    Tp saya ini diajarkan alm.ibu saya, biar gmn tamu ttp hrs dkasih makan, jdlah tiap hr ttp saya masakin, kdg saya bikinin cemilan. Kalau saya ndak masak, saya traktir makan, mskpn cm nasgor pinggir jalan atau ngebakso.
    Tp kalau mereka ngemall, boro2 bawain cemilan. Kalau ngemallnya bareng saya.. tpaksa ntraktir mereka juga.
    Aagggrrrr... gemes.
    Salam,
    -kanjeng-

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Anonymous, mohon maaf baru buka blog lagi. Daripada mbak yang makan hati, minta suami bersikap tegas mbak. Terbayang gak enaknya ada yang numpang dirumah dan tidak punya sopan santun pula. Soalnya, mau sampai kapan hal tersebut akan berlangsung? Semoga mbak dan suami segera menemukan jalan keluar yang terbaik untuk masalah "saudara menumpang tinggal" ini ya. Salam saya...

      Delete
  10. Aku ada pengalaman, kedatangan sepupu yang pemalas banget. Waktu itu aku masih tinggal sendirian. Jadi it's ok lah kelakuan kakak sepupu aku yang malas bgt. Jadi dia numpang nginap di apartemenku, kalau aku gak beliin dia makan, ya gak makan.Ga disuruh mandi, ya gak mandi.Gadiajak pergi,ya gak pergi. Aku cuek orangnya jadi bodo amat deh sm dia asal ga ngeribetin gue kan. Terus abis makan gitu ya ga mau cuci piring sendiri.Makan aja ga mau beli, selalu numpang masak mie instan persediaan aku yang dia ga keluar uang. Akhirnya setiap dia nginep aku cuekin deh. Masa bodo mau ngapain dia gue ga peduliin.Ngerasa deh akhirnya. Gak berani minta nginep ke gue lagi hehehehe.. itu kalau tinggal sendiri yah. Ribet kalo misal di rumah ada suami, anak, atau orangtua. Kalo misal aku bawa temen nginep kan ga enak juga sama orang rumah. Belum tentu suami/orangtua setuju. Malah ada temen aku yg nantang cerai ke istrinya karena adik istrinya tuh gak tau diri banget bawa keluarga besarnya nginep di rumah mulu. Padahal di rumah gak ada PRT. Si suami yang ngelayanin tuh keluarga istrinya. Dan ternyata, ada keluarga si istri ada yang klepto alias suka nyuriin barang sang suami. Makanya kalau mau numpangin orang juga hati-hati. aku sih lebih baik daripada numpang-numpang gt mending nginep di hotel aja or homestay. Kalau gak, bayar lah ke tuan rumah bilang aja uang terimakasih. Kecuali tuan rumahnya ngundang yah, itu lain cerita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. @Anonymous, memang nyebelin ya kalau punya "tamu" gak tahu diri :(. Ikut prihatin dengan kisahnya, semoga gak terulang lagi.

      Delete
  11. Bagi saya siapapun yang datang kerumah orang lain ya disebut tamu. Mau itu adik ipar Kaka ipar, sepupu, Om, & Tante kec. Orang tua& mertua yaaaa...
    Saya paling risih ketika tamu berkunjuang buka2 kulkas, buka tudung saji celingak-celinguk kanan kiri ... Tapi kok bagi saya kelakuan kayak gitu gk sopan yaa😭

    ReplyDelete
  12. Baruaan mengalami😭
    Plek sama

    ReplyDelete