Tuesday 15 September 2015

#World Heritage Sites: Jurisdiction of Saint Emilion

Desa St. Emilion yang menawan

Perjalanan saya menuju desa prasejarah St. Emilion, yang berjarak kurang lebih tiga puluh kilometer dari kota Bordeaux, Perancis ternyata bertepatan dengan masa persiapan panen anggur. Tidak heran, meskipun pagi itu matahari bersinar cukup terik, namun para pegawai sudah sibuk memulai tugas mereka di perkebunan anggur yang luas sepanjang kiri dan kanan jalan yang saya lalui.

Buah anggur siap panen

Setelah mendaftar untuk mengikuti tur mengunjungi situs-situs penting di St. Emilion, sambil menunggu waktu, sayapun menyusuri jalanan berbatu di salah satu desa tercantik di Perancis ini, mengagumi banyaknya toko-toko yang menjual botol anggur dengan kualitas nomor satu. Bagi para penggemar anggur, Bordeaux adalah jaminan kualitas anggur terbaik, yang salah satunya berasal dari perkebunan anggur di wilayah St. Emilion.

Di setiap toko, terdapat paket kunjungan untuk mencicipi anggur (wine tasting), melihat langsung proses pengolahan anggur di pabrik dan di perkebunan anggur, dan tentunya membeli botol anggur yang telah siap dikonsumsi sebagai buah tangan. Ya, di St. Emilion ini, rasanya rugi sekali apabila kita tidak mengikuti paket kunjungan yang tersedia karena situs-situs bersejarah disini merupakan milik pribadi sehingga tidak dapat didatangi secara bebas oleh pengunjung.

Macarons, kudapan khas St. Emilion

Salah satu toko anggur di St. Emilion

Ada apa di St. Emilion?

Kunjungan dimulai pukul 10.30 pagi dan berlangsung selama kurang lebih 1 jam dengan tiket seharga 6,8 Euro per orang. Setelah memperkenalkan diri, pemandu kami, membawa peserta tur memasuki kompleks bangunan gereja. Oya, peserta tur tidak diperbolehkan mengambil gambar apapun selama berada di dalam kompleks gereja, jadi pastikan otak Anda merekam semua yang dilihat dan didengar dalam ingatan sebaik-baiknya. Pada saat saya berkunjung kesana, tersedia pula tur dalam bahasa Inggris, maka bila Anda tertarik, anda tidak perlu ragu untuk mengikutinya walaupun tidak dapat berbahasa Perancis.

Bangunan gereja kuno monolitik tampak luar

Sebagai pembuka, kami dibawa menuju Grotte de L’Ermitage, sebuah gua kecil di bawah tanah tempat dimana St. Emilion kerap kali bermeditasi. Pertanyaan tentang siapakah sebenarnya St. Emilion mungkin terbersit di benak Anda. Ia adalah seorang rahib yang hidup pada abad ke 8 dan awalnya bekerja di sebuah tempat pembuatan roti di wilayah yang dahulunya bernama Ascumba. Karena kepeduliannya yang begitu tinggi terhadap sesama yang kurang beruntung, seringkali pada malam hari, secara sembunyi-sembunyi ia mengambil roti untuk diberikan kepada mereka. Suatu hari, perbuatannya ini diketahui oleh rekan kerjanya yang kemudian mengadukannya kepada sang pemilik. Pada suatu saat, sang majikan yang ingin membuktikan kebenaran cerita itu memergoki Emilion mengendap-ngendap keluar dengan sesuatu di balik jubahnya yang disangkanya adalah roti. Ternyata, apa yang ada di balik jubahnya bukanlah roti melainkan kayu bakar, dan ketika si pemilik memeriksa tempat pemanggangan roti, tidak ditemui satu rotipun yang hilang dari tempatnya. Masih ada beberapa keajaiban lain yang terjadi pada dirinya, hingga iapun menjadi terkenal. Karena sifatnya yang rendah hati dan tidak mau menonjolkan diri, ia kemudian membangun biara sebagai tempatnya, menyendiri, berdoa dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Di kapel sempit bawah tanah inilah, ia menghabiskan belasan tahun hidupnya untuk berdoa. Sampai sekarang, sekurang-kurangnya ada tiga belas hal yang dapat diminta dalam doa di kapel tersebut dan dipercaya akan terkabul, di antaranya bila ingin sembuh dari sakit dan ingin mempunyai keturunan. Bahkan, percaya atau tidak, menurut pemandu kami, kantor turis desa cantik ini seringkali menerima kartupos dari wanita-wanita yang begitu mendambakan keturunan memberitakan bahwa mereka telah mengandung selepas kunjungan mereka ke kapel khusus untuk berdoa. Di dalam kapel tersebut terdapat sebuah altar kecil, dudukan yang terbuat dari batu tempat St. Emilion beristirahat dan sebuah kolam kecil yang diyakini muncul sebagai mata air alami ketika St. Emilion memutuskan untuk menghabiskan waktunya disana.

Keluar dari kapel, selanjutnya kami menuju Catacombs, sebuah gua bawah tanah yang merupakan tempat pemakaman. Bagaimana rupa kompleks makam bawah tanah ini? Usai meniti anak turunan anak tangga terakhir dari mulut gua, tampaklah lubang-lubang di dinding dengan volume seukuran tubuh manusia. Tampak pula lubang-lubang kecil yang diperuntukkan bagi jasad bayi dan anak-anak. Kami memasuki bagian dalam gua sampai tiba di ujung gua yang semakin menyempit. Konon, jasad St. Emilion terletak pada salah satu sisi dinding dekat kami berdiri pada saat itu. Menurut sang pemandu, meskipun gua ini telah diteliti oleh arkeolog yang datang dalam rangka proses pemilihan jursidiksi St. Emilion menjadi salah satu situs warisan dunia, misteri tersimpannya jasad sang orang suci tetap tersimpan dengan rapat dan tidak seorangpun yang mengetahui fakta sebenarnya.

Selanjutnya, kami dibawa menuju Chapelle de la Trinite, sebuah kapel kecil bergaya Gotik yang atapnya dihiasi lukisan tentang cerita Yesus dan tidak ketinggalan lukisan-lukisan indah di atas media kaca. Kapel ini telah mengalami restorasi namun ada beberapa bagian lukisan yang masih dalam bentuk aslinya dengan warna yang sudah memudar tentunya. Di kapel ini juga terdapat dua buah sarkofagus, yaitu peti mati yang digunakan pada jaman dahulu kala, terdapat di kedua sisi dekat pintu masuk kapel.

Tidak banyak waktu yang kami habiskan di kapel ini, dan kamipun beranjak untuk melihat peninggalan sejarah berikutnya, yaitu gereja monolitik,yang menjadi ikon St. Emilion. Gereja monolitik adalah gereja yang dibangun dari satu buah bongkahan batu kapur raksasa. Batu tersebut kemudian dipahat sedemikian rupa menjadi sebuah bangunan gereja seperti pada umumnya, hanya saja gereja ini berada di bawah sebuah bukit batu. Menurut sang pemandu, gereja ini adalah gereja monolith terbesar di Eropa. Sangat mengagumkan membayangkan apa yang telah dilakukan oleh St. Emilion demi membangunnya ketika perkakas pertukangan pada masa itu masih sangat sederhana. Untuk memperkuat tiang utama penyangga bangunan lonceng seberat 4500 ton yang dibangun pada kurun waktu abad ke-8 sampai abad ke-11, para ahli telah membuat rangka beton di sekeliling tiang. Suasana di dalam gereja terasa dingin, gelap dan sedikit lembab. Kemudian kami dibawa menuju altar gereja yang pada dindingnya tampak ukiran sekelompok pemusik sedang memainkan alat musiknya, indah sekali.

Tidak terasa, waktu empatpuluh lima menit berlalu begitu cepat dan ketika kami keluar dari kompleks gereja menuju menara tempat lonceng gereja berada, rombongan wisatawan sudah memadati jalan, kantor pusat informasi, toko-toko tempat penjualan anggur, macarons dan café sambil menikmati hangatnya matahari musim gugur. Saya sendiri melanjutkan perjalanan menapaki jalan kecil berbatu mengelilingi desa mungil nan menawan hati sambil membayangkan irama kehidupan disana pada masa kehidupan St. Emilion. Ah, rasanya seperti terlempar ke dalam mesin waktu kehidupan masa lalu. 


Jurisdiksi St. Emilion sebagai Warisan Dunia

St. Emilion mendapatkan status istimewanya yaitu hak membuat keputusan resmi yang terkait dengan semua jenis kegiatan di perkebunan anggur di wilayah tersebut, atau dikenal dengan istilah jurisdiksi pada masa kekuasaan kerajaan Inggris di abad ke-12. Karena kekayaan budaya dalam hal pembudidayaan kebun anggur dan produk olahannya ditambah dengan banyaknya monumen bersejarah di desa kecil ini, maka pada tahun 1999 wilayah St. Emilion mendapatkan status sebagai Warisan Budaya Dunia dari badan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO.

St. Emilion dibuka untuk umum sepanjang tahun dengan jam kunjungan yang berbeda-beda. Untuk sampai kesini, Anda juga dapat memesan paket tur kunjungan satu hari di hotel atau penginapan tempat Anda menginap di kota Bordeaux. Panduan lengkap mengenai St. Emilion dapat dilihat di http://www.saint-emilion-tourisme.com/. Selamat berlibur!


 





 


 




Jalan kecil berbatu menuju menara pandang

Tempat mencuci pakaian umum di masa lalu
Ladang anggur di St. Emilion
Tulisan ini pernah dimuat Majalah LIBURAN Edisi Khusus Juli 2012.

6 comments:

  1. haduh anggurnya menggoda pengen dicomot

    ReplyDelete
    Replies
    1. wow, dapet komen dari top travel bloggers, senangnya hehehe...*salahfokus*

      Delete
  2. Kotanya cakep banget ya dan bersih

    ReplyDelete
    Replies
    1. asyik untuk dikunjungi tapi kalau ditinggali bosen juga kali ya Non :p

      Delete
  3. ANggurnya ranum-ranum. Mbak kalo keliatan anakku Maccaronnya di comot tuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap panen itu mbak...dicomotnya untuk dimakan atau dimainin mbak? habis lucu-lucu banget itu macarons, hihihi..

      Delete