Tuesday, 1 September 2015

Mendadak Hong Kong

Perjalanan ke Hong Kong ini sebenarnya terlaksana bulan Maret 2015 lalu, cuma karena virus malas menulis merajalela, jadilah ceritanya mengendap di draft bersama dengan puluhan draft lainnya, termasuk draft cerita hamil kedua, lahiran, jalan-jalan, curhat, dll.

Kenapa dibilang mendadak? Karena sebelumnya Hong Kong tidak pernah terlintas di benak kami sebagai tujuan jalan-jalan. Macau ya (tentu saja karena ada reruntuhan Katedral St.Paul's yang termasuk dalam daftar Warisan Budaya Dunia), tapi Hong Kong???

Awalnya karena saya yang nyaris selama dua bulan full di rumah dari pagi sampai malam dengan dua bocah dan suami yang juga penat otak sehabis kunjungan evaluasi tahunan donor yang dipenuhi jadwal rapat sampai malam, ditambah udara Bangkok yang ampun-ampunan panasnya di bulan Maret itu, kami sepakat untuk pergi ke tempat dingin. Buat apa? Ya, biar kepala yang berasap ini bisa didinginkan dan suasana hati kembali normal.

Kenapa kepalanya sampai berasap? Karena saya terjangkit "penyakit" bosan diam di rumah terus. Ceritanya pertengahan Januari, David tiba-tiba terkena infeksi yang mengharuskannya minum obat dengan efek samping penurunan imunitas. Oleh karena itu, ia harus dijaga agar jangan sampai sakit. Karena infeksi tersebut mempunyai kemungkinan untuk kembali, maka pemberian obatnya dikurangi secara berkala selama kurang lebih tujuh minggu. Sebetulnya sehari setelah terkena infeksi, bocahnya sudah aktif dan ceria lagi, cuma kami memutuskan kalau selama mengonsumsi obat tersebut, ia tidak dimasukkan ke daycare, untuk mencegahnya tertular dari anak-anak yang sedang batuk pilek, meski ringan sekalipun. Praktis selama beberapa minggu pertama, kami bertiga mendekam di rumah. Selama ini kan saya sangat terbantu dengan adanya daycare dekat rumah, dimana selama David dititipkan disana, saya bisa mengurus adiknya, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan juga istirahat. Awalnya sempat deg-degan, bisa gak ya melayani keperluan David dan adiknya secara bersamaan? Alhamdulillah, ternyata kenyataannya tidak sesulit yang dibayangkan :), apalagi mereka manis dan kooperatif. Hanya, diam di rumahnya itu yang bikin pusing :D

Jadiii...setelah pembukaan yang panjang lebar :D, kriteria tempat tujuan yang pertama adalah mempunyai moda transportasi bis tingkat (bisa ditebak siapa yang sedang terkena demam bis tingkat :p) dan kriteria kedua, udara di tempat tersebut tidak sepanas Bangkok. Saya nyaris mantap memilih negeri singa, biar sekalian bisa nostalgia mengenang saat-saat masih tinggal disana, tapi sayang tidak memenuhi kriteria kedua. Setelah bertapa, terpilihlah Hong Kong sebagai tujuan pelarian kami, plus ada sahabat beserta keluarganya yang juga bisa kami temui disana. Hong Kong, here we come!

Ternyata, perjalanan ini jauh lebih melelahkan dari yang saya bayangkan. Tadinya berniat slow traveling, ujung-ujungnya kaki ini gatal ingin jalan-jalan juga, hehehe... Kami beredar seputar kawasan Tsim Sha Tsui, terus menyeberang ke Hong Kong Island, menikmati cantiknya Hong Kong park, oase di tengah belantara beton, putar-putar cari Islamic Centre, namun batal mengunjungi Macau karena hari itu cuaca tidak bersahabat, sedangkan malamnya adalah malam terakhir kami di HK. Pada kunjungan pertama ini, ada beberapa hal menarik yang saya amati di Hong Kong... apa sajakah itu?

Berawan sepanjang hari
Selama empat hari disana, tidak satu haripun kami lalui tanpa langit berawan dan kelabu dari pagi sampai sore. Apakah musim dingin di HK selalu seperti ini ya? Jadi penasaran kalau foto-foto HK yang berserakan di Google dengan latar langit biru itu memang benar sesuai kondisi aslinya atau trik kamera saja?

Hong Kong yang kelabu

Banyak orang
Begitu meninggalkan bandara yang terletak di pulau Lantau menuju Kowloon, langsung terasa kalau daerah Kowloon ini memang sangat sangat padat. Trotoar, sarana transportasi umum, jalan raya semuanya berjubel manusia. Belum lagi deretan gedung-gedung apartemen yang tinggi menjulang menunjukkan betapa banyaknya orang yang tinggal di pulau ini. Pulau Lantau dan Pulau Hong Kong mungkin tidak sepadat wilayah Kowloon, tapi tetap saja membuat saya takjub dengan banyaknya orang yang berseliweran.


Banyak helikopter
Ternyata bukan hanya orang saja yang membuat HK padat, di daerah Kowloon khususnya, setiap beberapa menit terdengar deru mesin helikopter. Awalnya saya heran, kok sering sekali helikopter berkeliaran, ternyata belakangan baru tahu kalau disini ada paket tur pakai helikopter, ckckckck...berapa bayarnya itu ya?

(Ber)asap rokok
Awalnya saya pikir, di HK orang tidak boleh merokok sembarangan, ternyata perkiraan saya salah! Di perhentian lampu merah dan di trotoar bisa tercium bau rokok saking banyaknya orang yang merokok :(, termasuk juga di pelataran tempat menonton Symphony of Lights, merusak kenyamanan saja!

Langka saudara setanah air
Katanya HK itu salah satu tujuan wisata populer warga Indonesia, katanya banyak saudara-saudara kita sebangsa setanah air yang bekerja disana, tapi percaya atau tidak, kami tidak mendengar percakapan dalam bahasa Indonesia selama dua hari pertama sampaii...kami pergi ke Osman Ramju Sadick Islamic Centre di daerah Wanchai demi niat mencicipi dimsum halalnya, namun ternyata sudah sold out alias habis. Keramahan khas Indonesia begitu terasa ketika sekelompok besar ibu-ibu yang sedang mengikuti kegiatan disana tahu saya dari Indonesia :).

Mall dimana-mana
HK memang surganya para shopper. Terpeleset sedikit ada mall, tapi yang paling membuat takjub adalah Harbourcity (maafkan turis udik ini :p). Meski di pusat perbelanjaan terkemuka di Bangkok juga ada beberapa merek-merek desainer kenamaan untuk anak-anak, tapi di Harbourcity ini, butik desainer kenamaan berserakan saking banyaknya. Saya sampai bertanya-tanya, siapa yang rela membeli sepotong kecil pakaian seharga ratusan dolar? hmmm...pasti mereka punya kebun uang berhektar-hektar luasnya :P. Itu baru Harbourcity saja, bagaimana dengan pusat perbelanjaan lainnya yang tersebar di HK ya?

Penduduknya ramah dan ringan tangan
Kami sangat terkesan dengan keramahan dan sifat ringan tangan orang Hong Kong. Orang-orang yang kami temui di ruang menyusui Harbourcity, stasiun MTR, di taman, di bis, di ferry, dan di beberapa tempat lain meninggalkan kesan mendalam, terutama untuk saya. Hal yang terlihat sederhana, namun justru itu yang penting menurut saya. Pastinya tidak bisa digeneralisir sih, yang jelas kami beruntung dipertemukan dengan orang-orang baik tersebut.

Keriuhan weekend market di Hong Kong island
Di belantara gedung-gedung pencakar langit
Wajib dicoba di HK...ding ding tram!
Hong Kong Park yang asri
Menara kembar Lippo yang ikonik



Oase di tengah belantara beton
Kura-kura mungil dikelilingi gedung-gedung pencakar langit
Air mancur unik di Hong Kong Park
Bermimpi kapan bisa menginap disini ya?






Ternyata Hong Kong tanpa belanja, tanpa Disneyland, tanpa Ocean Park, tanpa Macau (yang menjadi tujuan utama kami) bagi kami tetap menarik untuk dijelajahi :). Sampai jumpa lagi di lain waktu, Hong Kong!

4 comments:

  1. Mau donk diulas soal makanan halalnya di sana Pungky. Kabarnya skrg banyak restoran halal di sana, tp seberapa gampang ya nyarinya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pas kemarin itu ga banyak resto halal yang kami coba Ki..cuma di Islamic Centre di HK Island-nya sama satu warung di dalam Chungking Mansion di TST, gak sengaja nemu logo halal di bagian depan gedung, ketemu deh warung nasinya. Kayaknya kalau nginep daerah Causeway Bay lebih banyak pilihan karena banyak resto Indo disana.

      Delete
  2. wah gak naik paket tour helinya mbak, aku juga penasaran bayar berapa ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. gak cukup uang sakunya mbak, hehehe...3,6 juta per orang untuk 15 menit saja :p

      Delete