Terik matahari di penghujung bulan Maret -yang merupakan musim terpanas- menemani perjalanan kami menuju kawasan taman nasional Khao Yai, Thailand siang itu. Berjarak kurang lebih 200 km dari Bangkok, Taman Nasional Khao Yai adalah taman nasional tertua di Thailand yang diresmikan pada 18 September 1962 dan merupakan taman nasional terbesar ketiga mencakup area 2,168 km2, berada pada ketinggian 200 sampai 1351 m diatas permukaan laut. Pada 14 Juli 2005, Khao Yai yang sebelumnya merupakan ASEAN Heritage Park, bersama-sama dengan Tab Lan, Pang Sida, Ta Praya dan Dong Yai mendapat status Situs Warisan Budaya Dunia UNESCO dengan nama Dong Phayayen-Khao Yai. Taman Nasional Khao Yai terletak di pegunungan Phanom Dong Rak yang melintasi 4 propinsi, yaitu Saraburi, Nakhon Ratchasima, Prachinburi, dan Nakon Nayok.
|
Pintu masuk Taman Nasional Khao Yai |
|
Jalan mulus dan beraspal diapit pepohonan hijau dan udara segar |
|
Hati-hati! Ada kobra... |
Jika tertarik untuk mengunjungi kawasan taman nasional ini, ada begitu banyak pilihan akomodasi mulai dari penginapan murah meriah, apartemen, sampai hotel bintang lima, tinggal pilih sesuai selera dan anggaran. Ada pula
guesthouse di dalam kawasan Taman Nasional yang baru kami ketahui ketika berada disana. Mungkin lain waktu jika berkesempatan datang kesini lagi,
guesthouse ini patut dicoba terutama bagi mereka yang tertarik untuk
night trekking atau
blusukan ke dalam hutan tanpa perlu mengkhawatirkan waktu.
Setelah tiga jam lebih perjalanan, kami disambut dengan deretan papan dan umbul-umbul iklan perumahan mewah bernuansa alam pegunungan berselang-seling dengan papan penunjuk hotel di sepanjang jalan masuk menuju kawasan Khao Yai. Ya, pembangunan perumahan mewah telah merambah kawasan taman nasional ini. Memasuki pintu gerbang taman nasional, pengunjung dewasa dikenakan tarif masuk 400 baht per orang sedangkan anak-anak 200 baht per orang. Untuk pengguna kendaraan roda empat dikenakan biaya 50 baht per kendaraan.
Sesampai di kompleks taman nasional, kami bergegas mengunjungi bangunan
Visitor Center yang masih tampak baru. Petugas di meja informasi yang fasih berbahasa Inggris dengan ramah melayani kami dan memberikan selembar kertas berisi pilihan jenis
trail yang dapat dilakukan di kawasan taman nasional. Setidaknya ada enam rute yang ditawarkan, dua diantaranya dapat dilakukan tanpa pemandu pendamping. Dengan pertimbangan membawa bayi dan matahari yang mulai bersinar terik, kami memilih rute terdekat sejauh 1,2 km dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam yang dimulai dari kawasan
Visitor Center dan berakhir di air terjun
Kong Kaew. Kami mengawali perjalanan dengan meniti jembatan gantung memasuki jalan setapak yang terlindung rimbun pepohonan. Seketika udara panas tergantikan oleh sejuknya semilir angin dan kicau burung-burung...sungguh mendamaikan! Tidak lama kemudian, kami sampai di Kong Kaew yang sayangnya sedang kering. Rute termudah ini kami tempuh dalam waktu kurang lebih 40 menit.
|
Jembatan menuju Kong Kaew |
|
Daerah sekitar Kong Kaew |
|
Kong Kaew di musim kemarau |
|
Bangunan Visitor Center |
Kembali ke
Visitor Center, kami berkeliling di dalamnya yang ternyata cukup menarik. Ada ruang pameran tentang habitat di Taman Nasional, media interaktif dan tempat bermain untuk anak-anak, sampai toko yang menjual cinderamata khas Taman Nasional. Di gedung ini terdapat pula seekor harimau hasil pengawetan yang menurut sejarahnya, pada 25 Juni 1977 pukul 8 malam, bersembunyi dibawah rumah seorang gadis kecil, dan segera menyerangnya ketika si gadis keluar dari rumah panggungnya untuk mengambil pensilnya yang jatuh ke kolong rumah. Setelah menyerang seorang penjaga hutan sampai meninggal, harimau ini berhasil ditangkap dan kemudian dibunuh sehingga tidak mengganggu penduduk sekitar lagi.
|
Ruang baca dan bermain khusus untuk anak-anak |
|
Belajar banyak hal dari display yang menarik |
|
Toko souvenir |
Beranjak keluar dari
Visitor Center, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke air terjun
Haew Suwat dengan mengendarai mobil. Haew Suwat adalah air terjun dengan ketinggian 20 meter yang dapat dicapai dengan mengendarai mobil. Dalam perjalanan menembus jalan taman nasional, kami berpapasan dengan sejumlah
trekkers,
birdwatchers yang diantaranya disertai oleh personal jagawana Taman Nasional.
|
Haew Suwat |
|
Untunglah tidak bertemu buaya siang itu :) |
Menuju Haew Suwat, kami melalui
Saisorn Reservoir, yang terletak di km 39, semula merupakan desa dimana para petani menanam cabai. Tempat penampungan air ini dinamai sesuai dengan pendiri dan direktur pertama taman nasional. Karena musim kemarau, air terjun di Haew Suwat pun turut surut, tidak sederas pada musim hujan. Namun, udara hutan yang sejuk ditingkahi suara air terjun sudah cukup menghibur kami di siang yang terik itu.
|
Saisorn Reservoir |
|
Tempat makan di dalam kawasan Taman Nasional |
Sepulang dari Haew Suwat, makan siang menjadi agenda selanjutnya. Makan siang sederhana a la Thai ditutup dengan kopi dan es krim memberikan energi cukup untuk menuntaskan kunjungan di Khao Yai siang itu. Beranjak pulang, kami berhenti di
Nong Pak Chi Wildlife Observation Tower. Awalnya saya ragu-ragu, mengingat untuk mencapai menara pandang ini, kami harus berjalan kurang lebih 30 menit, dibawah sengatan matahari melintasi padang yang nampak gersang dan miskin pohon rindang. Tapi dengan prinsip sakti "sayang sudah jauh-jauh kesini" akhirnya kami nekat juga menyambangi menara pandang yang konon bila beruntung, kita dapat melihat rusa, babi hutan, dan gajah mencari makan dan minum. Dengan berbekal payung dan
nursing apron untuk melindungi David, kami mulai menyusuri jalan setapak diapit padang rumput di sisi kiri dan kanannya. Panasnya bukan main! Kurang dari 30 menit, kami sudah sampai dan asyiknya, hanya kami bertiga yang ada disana. Beberapa saat menunggu, binatang-binatang yang kami harapkan kedatangannya tidak juga muncul. Mungkin juga karena kami datang setelah lewat jam makan siang, jadi kemungkinan besar hewan-hewan tersebut sedang
siesta setelah kenyang makan. Akhirnya kami hanya duduk disana menikmati pemandangan dan kesunyian alam terbuka, hanya suara angin dan gemerisik rumput yang terdengar, benar-benar menenangkan.
|
Padang rumput menuju Nong Pak Chi | | | | | | | | | | |
|
Lubang-lubang (saltlick) yang digemari oleh kawanan gajah |
|
Nong Pak Chi Observation Tower |
|
Papan tanda larangan di Taman Nasional Khao Yai |
Perjalanan ke Khao Yai hari ini ditutup dengan berhenti sejenak di
viewpoint yang memamerkan hijaunya Khao Yai, sedangkan di seberang kami, monyet-monyet kecil sibuk berlompatan kesana kemari mengharap makanan dari pengunjung. Ternyata dimana-mana sama saja. Walaupun larangan memberi makanan pada binatang sudah dipasang dimana-mana, masih saja ada pengunjung yang nakal dengan harapan bisa berfoto dengan si hewan :(.
|
Khao Yai National Park |
|
Ibu dan anak sedang berjalan-jalan |
Keberadaan Taman Nasional Khao Yai memberikan kesempatan pada warga kota besar seperti Bangkok untuk kembali menghirup udara segar dan memanjakan mata dengan panorama hijau di sekeliling. Sampai jumpa lagi Khao Yai!
gambar keranya lucu mbak, sedang menggendong anaknya
ReplyDeletengegemesin banget mbak, tapi ada kera jantan galak gak jauh dari situ, jadi gak berani terlalu dekat, takut digigit!
DeleteBagus buangettt!! ah jadi pengen guling guling di padang rumput *india sekali* hehehe...
ReplyDeleteHai Oppie, maaf baru bales komennya nih, baru OL lagi. Pilih mana guling-guling di hamparan rumput atau tulip? kayaknya asyikan di hamparan tulip deh, hihihi..tapi emang nyejukin mata banget pemandangan seperti ini ya, penyegaran buat yang kebiasaan liat hutan beton dan kemacetan :)
DeletePungkyyyyy bagus nian.....pengen ksanaaa
ReplyDeleteEh, Anon ini siapa yaaa? kenalan lagi dong :). Yah, daripada mimpi terus pengen keliling taman-taman nasional di Indo yang pemandangannya spektakuler tapi belum kesampaian juga :(, lebih baik manfaatkan kesempatan liat taman nasional lain mumpung masih disini.
Delete