Thursday, 22 May 2014

[Little Traveler]: Mengatasi Jetlag

Tertangkap sedang tidur nyenyak oleh kameranya Oom Yusfan :)

Tantangan lain ketika bepergian jauh membawa anak kecil adalah mengatasi masalah jetlag. Menurut penjelasan sederhana disini, jetlag ialah kondisi kelelahan yang dialami ketika seseorang melakukan penerbangan jarak jauh dikarenakan tubuh mengalami kesulitan untuk menyesuaikan ritme dengan zona waktu yang baru.

Jangankan anak kecil, jetlag bagi orang dewasa pun bukan hal yang menyenangkan. Pengalaman saya sama seperti kebanyakan orang, lebih mudah menyesuaikan ritme tubuh bila terbang dari timur ke barat dibanding sebaliknya. Ketika membawa David terbang jauh untuk pertama kalinya pada usia tiga bulan, kami tidak mengalami kesulitan sesampainya di tempat tujuan, kecuali ia menangis karena kelelahan. Hari-hari berikutnya, ia dengan cepat dapat menyesuaikan jam tidurnya dengan waktu setempat. Sekembalinya ke Bangkok, jetlag mulai beraksi. Ia tidur pada jam yang sama setiap harinya namun selalu terbangun lagi dan pada malam pertama baru bisa tidur kembali jam 3-4 pagi. Malam berikutnya jam 2, lalu jam 12, jam 10, sampai akhirnya kembali ke jam tidur normal setelah seminggu lebih.

Ketika usianya menginjak tujuh bulan, kami kembali melakukan penerbangan jarak jauh lagi. Penerbangan pagi dari Bangkok membuatnya terjaga hampir sepanjang perjalanan dan ketika tiba sore hari waktu Paris, ia sukses tertidur kecapekan di mobil. Tubuhnya cepat menyesuaikan diri dengan suasana musim dingin dimana waktu siang lebih pendek dibandingkan malam. Pada saat ini, jam tidur David menjadi mundur, kurang lebih 1 jam lebih lambat dari jam tidurnya yang normal di Bangkok. Hari pertama kembali ke Bangkok, kami bertiga tidur dari pagi sampai sore! Alhasil malamnya kami semua segar bugar. Butuh waktu kurang lebih seminggu untuk mengembalikan jam tidur normalnya secara bertahap.

Di usia tiga belas bulan, David melakukan perjalanan jauhnya yang ketiga dengan tujuan yang sama. Di perjalanan kali ini, ia bisa tidur di pesawat dalam perjalanan pulang dan pergi. Sesampainya di tempat tujuan, tidak ada kesulitan untuk menyesuaikan ritme aktivitas tubuh dalam waktu setempat. Saat itu adalah awal musim panas. Selama disana, jam tidur David cenderung 1 jam lebih lambat daripada jam tidur normal di Bangkok dan karena langit masih terang walaupun sudah menjelang jam tidur, jendela kami tutup untuk memberikan suasana malam yang gelap. Pulang ke Bangkok, upaya mengatasi jetlag dimulai kembali. Hari pertama dan kedua, kami bertiga segar bugar menjelang dini hari, bahkan justru merasa lapar. Akhirnya kami bertiga menyantap mie goreng jam 2 pagi! David tidak mau tidur sampai menjelang jam 4 dan akhirnya menyerah juga, tidur non stop dari jam 4 sampai 12 siang. Meskipun jam tidurnya masih belum stabil, sebisa mungkin ia ditidurkan pada jam yang sama setiap harinya. Setelah 4-5 hari, jam tidurnyapun kembali normal.

Dari ketiga pengalaman diatas, kami jadi punya bayangan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mengatasi jetlag pada David.

1. Pada hari pertama sesampainya di Bangkok, kami ikuti ritme tubuhnya yang masih belum beradaptasi dengan waktu lokal. Makan di luar waktu biasanya sampai begadang bersama sampai dini haripun dijalani.

2. Hari kedua, rutinitas sehari-hari sebelum berangkat kembali dilakukan. Mulai dari makan pagi sampai menjelang tidur malam di waktu yang kurang lebih sama, meskipun biasanya sulit tidur terparah akan terus berlangsung selama tiga hari pertama.

3. Membawa David ke taman pada pagi dan sore hari agar ia terkena sinar matahari dan menghirup udara segar. Seperti yang disarankan di banyak artikel, berkegiatan di luar membantu mempercepat pemulihan kondisi tubuh mengatasi jetlag dan itu benar adanya. Terbukti ia hanya membutuhkan waktu 4-5 hari untuk kembali ke jam tidur normal dibanding dengan dua pengalaman sebelumnya. Saya tidak tahu pasti penjelasan ilmiahnya, hanya berdasarkan pengalaman pribadi saja.

4. Di ketiga pengalaman tersebut, David masih menyusu dan seingat saya, tidak ada perubahan signifikan dalam hal waktu ataupun frekuensi menyusu, baik ketika ia mengalami jetlag maupun tidak.

5. Jika bisa memilih, untuk mengurangi efek lelah yang ditimbulkan oleh perjalanan jarak jauh ini, kami lebih memilih penerbangan langsung dibandingkan dengan penerbangan dengan transit. Tapi kalau memang tidak memungkinkan memilih, siap-siap menabung energi ekstra untuk di perjalanan dengan banyak beristirahat sebelum hari keberangkatan.

6. Sewaktu David sulit tidur pada beberapa malam pertama, kami melakukan aktivitas yang santai seperti membaca buku cerita. Bermain lego atau puzzle bisa juga menjadi pilihan, asal bukan jenis kegiatan yang membuat anak malah semakin segar :).

7. Menurut artikel yang pernah kami baca, tapi saya lupa sumbernya, lama waktu pemulihan dari jetlag bisa diperkirakan dari jumlah perbedaan jam. Misalnya jetlag akibat perjalanan jauh dengan perbedaan waktu 6 jam dengan daerah asal akan pulih dalam waktu enam hari dengan asumsi tubuh kita menyesuaikan satu jam setiap harinya sampai jam biologis tubuh kita kembali ke normal.

Ada anak yang cepat mengatasi dampak jetlag ini, ada juga yang membutuhkan waktu sedikit lebih lama seperti David, masing-masing berbeda menanganinya. Yang pasti, jangan sampai kekhawatiran tentang jetlag membuat rencana perjalanan hanya sekedar jadi rencana :). Selamat berpetualang dengan si kecil!

No comments:

Post a Comment