Tuesday 19 November 2013

#World Heritage Sites: Historic Town of Sukhothai and Associated Historic Towns

Wat Maha That, Sukhothai Historical Park

Meneruskan seri situs warisan dunia, akhir bulan lalu kami menginjakkan kaki di Sukhothai, bekas ibukota kerajaan Siam pada abad 13-14 sebelum dipindahkan ke Ayutthaya lalu kemudian ke Bangkok. Sekadar intermezzo, entah kenapa, setiap mendengar kata Sukhothai, yang terlintas di pikiran saya malah pesawat tempur Sukhoi, mungkin karena sama-sama berawalan S dan berakhiran I :). Kembali ke Sukhothai, setelah menempuh perjalanan dengan mobil selama 7 jam, sampai juga kami di Sukhothai Heritage Resort, tempat kami menginap. Idealnya, perjalanan Bangkok-Sukhothai bisa ditempuh dalam waktu 5-6 jam, tapi berhubung membawa David, otomatis kami banyak berhenti untuk meluruskan kaki dan membebaskan si kecil jika sudah bosan duduk di carseat-nya.

Rekomendasi teman tentang hotel ini ternyata tidak salah. Bangunan hotelnya sendiri hanya bertingkat dua, namun interiornya didominasi oleh kolam-kolam dan taman hijau hampir di setiap sudut dengan arsitektur khas Sukhothai dan sofa-sofa nyaman di setiap sudut ruang yang berkonsep terbuka. Bagaimana dengan kamarnya? Kami berdua sama sekali bukan tipe wisatawan jetsetter ataupun high-end, jadi kalau tenda saja bisa jadi nyaman, apalagi kamar hotel, hehehe...Kesan-kesan kami menginap di hotel ini akan saya ceritakan dalam ulasan terpisah.

Keesokan paginya, kami berangkat menuju Sukhothai Historical Park sekitar jam 9, kurang lebih sekitar 30 menit perjalanan dengan mobil sampailah kami disana. Sukhothai Historical Park ini mendapat status Warisan Budaya Dunia dari UNESCO pada Desember 1991 karena kekayaan nilai sejarah yang pada masa jayanya menjadi pusat administrasi, agama, dan ekonomi. Arsitektur bangunan di Sukhothai juga berkontribusi dengan kekhasannya sehingga dikenal istilah "Sukhothai style" dalam arsitektur bangunan di Thailand.

Ternyata, Sukhothai jauh lebih besar dari Ayutthaya, dan menurut pendapat kami, jauh lebih bagus, lebih hijau, lebih ndeso dengan pemandangan hewan ternak yang sedang merumput di padang rumput sekeliling kompleks candi, dan udaranya jauh lebih sejuk (mungkin karena kami datang di musim hujan). Tiket masuk area kompleks adalah THB 100/orang dan THB 50/mobil. Sayang, hari itu kunjungan kami ke Sukhothai sempat disertai hujan deras sehingga banyak kawasan kompleks tergenang air cukup tinggi. Kami sempat berhenti sebentar di pusat informasi, namun sangat disayangkan, untuk tempat bersejarah seindah Sukhothai, pusat informasi ini hampir tidak menyajikan informasi apapun, selain maket kompleks dan peta lokasi. Berbeda dengan pusat informasi di Ayutthaya yang mempunyai staf berbahasa Inggris, mengadakan pemutaran film pendek tentang Ayutthaya, dan menyediakan setumpuk brosur menarik tentang Ayutthaya dan lingkungan sekitarnya. Wajar juga sih, mengingat secara jarak, Ayutthaya lebih dekat dari Bangkok, jadi lebih banyak wisatawan yang berkunjung kesana dibandingkan dengan ke Sukhothai.

Bagian dari Wat Maha That

Turis dan guide-nya
Wat Maha That yang tergenang air hujan

Setelah hujan reda, kami melanjutkan perjalanan mengelilingi Wat-Wat yang lain. Ternyata, kalau musim hujan, Sukhothai "kebanjiran". Danau-danau bermunculan dimana-mana dan banyak bagian dari candi yang sulit diakses. Memanfaatkan waktu disana, akhirnya kami berkeliling kompleks naik mobil dan baru turun untuk mengunjungi Wat Maha That, candi yang terbesar dan Wat Si Sawai yang cantik. Menjelang waktu makan siang, kami berhenti di deretan kedai makan dan souvenir di seberang Wat Maha That untuk menikmati pad thai goong. Selesai makan, niatnya langsung menuju Wat Saphan Hin dan Wat Si Chum yang berada di luar kompleks. Hujan deras kembali turun tapi kami tetap menuju Wat Saphan Hin. Tidak begitu jauh dari loket pembelian tiket, tampaklah Wat Saphan Hin di atas bukit di sebelah kanan. Tunggu punya tunggu, hujan tidak menunjukkan niatnya untuk berhenti, akhirnya THB 200 pun hangus karena kami memutuskan untuk pergi dari Wat Saphan Hin :(. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke Wat Si Chum. Kalau dari arah Sukhothai Historical Park, Wat Saphan Hin dan Wat Si Chum dapat dicapai dengan mengambil arah menuju Tak, namun jalan masuk Wat Si Chum terletak di sisi kanan jalan, sedangkan jalan masuk Wat Saphan Hin masih lebih jauh lagi dan terletak di sisi kiri jalan. Sesampainya di Wat Si Chum, langit masih mendung dan rintik-rintik hujan belum juga mau berhenti. Karena sudah sore, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Dalam perjalanan pulang, kami sempat mengitari kompleks bandara dekat hotel dan ternyata ada kebun binatang disana yang otomatis menjadi tujuan dalam agenda jalan-jalan besok.

Wat Si Sawai yang fotogenik
Jalan mendaki menuju Wat Saphan Hin yang akhirnya batal didatangi
Terpesona dengan saudaranya Sophie si jerapah
Berbeda dengan hari sebelumnya, matahari tampak bersahabat di hari Jum'at itu. Pagi ini kami mau berkeliling desa naik sepeda yang dipinjamkan gratis untuk tamu hotel. Dengan David di punggung saya, kami bertiga mengayuh sepeda dengan semangat. Rasanya sudah lama sekali saya tidak bersepeda. Tujuan pertama adalah kompleks bandara yang berlokasi 1,5 km dari hotel kami. Di kompleks ini ada miniatur Angkor Wat, cafe-cafe kecil, kebun binatang, kandang kerbau, rumah kaca tempat budidaya anggrek dan beberapa bangunan tertutup yang tampak seperti museum. Perjalanan pagi itu benar-benar menjadi momen bagus untuk mengenalkan beragam hewan pada David, yang selama ini hanya ia tahu dari buku cerita. Mulai dari sapi, kerbau, zebra, jerapah, angsa putih dan angsa hitam, bebek, kijang, sampai burung merak. Setelah melewati rumah kaca, kandang sapi, dan kompleks rumah pegawai setempat, eksplorasi diakhiri dengan minum segelas jus rumput padi (aneh ya namanya?)di kedai yang menjual makanan dan minuman organik.

Sebelum perjalanan dimulai
Tidak pernah bosan melihat antrian bebek yang tertib
Tertidur di tengah perjalanan
Menyusuri jalan setapak desa

Setelah beristirahat sebentar di hotel, kami kembali lagi ke arah kota menuju Wat Si Chum dan Sukhothai Historical Park memanfaatkan cuaca yang cerah. Puas berkeliling, mobil diarahkan ke Si Satchanalai Historical Park yang juga merupakan situs Warisan Budaya, tapi terletak sekitar 70 km dari Sukhothai. Sampai sana menjelang senja, tentu saja kompleksnya sudah tutup. Tidak ada pilihan selain kembali ke hotel dan melewatkan malam terakhir kami di Sukhothai sebelum kembali ke Bangkok besok pagi.

Patung Buddha raksasa di Wat Si Chum


Salah satu candi unik berhiaskan patung gajah di setiap sisinya

 
Wat Maha That tampak belakang

Pantulan candi di genangan air hujan

Rawa yang memberikan kesan damai sekaligus misterius

Liburan 4 hari 3 malam kami kali ini benar-benar menyenangkan seperti biasanya dan selalu ada hal menarik yang kami temui, diantaranya kompleks bandara Sukhothai yang begitu unik dan jus rumput padi yang sulit dijelaskan rasanya :). Penduduk sekitar dan pekerja-pekerja nan ramah yang kami temui pada saat berjalan-jalan keliling desa turut menyempurnakan suasana liburan kali ini.

phóp kan mài, Sukhothai!

2 comments:

  1. Keren ya tempatnya ....
    Genangan air itu karena abis ujan toh, kirain karena emang menggenang gitu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Cha...kl kesananya musim kemarau, ya kering..tapi efeknya jadi keren emang, cuma jadi basah dan belepotan tanah deh kaki :D

      Delete