Beberapa hari setelah tiba di Bangkok, tujuan saya adalah mencari pasar terdekat untuk mencari serai, lengkuas, dan daun kemangi. Akibat peristiwa banjir kemarin, banyak produk sayur-mayur yang menghilang dari rak di pasar swalayan, sementara penjual makanan pinggir jalan tampaknya tidak mengalami masalah dalam memperoleh persediaan mereka. Jadi, saya membulatkan diri untuk pergi ke salah satu pasar tradisional yang tidak jauh dari tempat tinggal kami, yaitu Khlong Toey.
Suasana di pasar tradisional Khlong Toey (gambar diambil dari sini) |
Kunjungan kedua, kami pergi berbelanja bersama dan mulailah terjadi pengalaman lucu. Karena saya belum bisa berbahasa Thai, maka percakapan dilakukan dengan bahasa tubuh, saya bicara dalam bahasa Inggris, syukur-syukur kalau mengerti, kalau tidak, ketika saya menunjuk sesuatu untuk dibeli, pedagang akan menghitung dengan kalkulator dan menunjukkan harga yang harus dibayar. Lagipula, tidak perlu menawar di pasar ini karena semua harga per kilonya sudah tertulis. Suatu kali, saya mau membeli mentimun namun harganya tidak tercatat sehingga saya bertanya kepada ibu penjual dalam bahasa Inggris. Dia menjawab dalam bahasa Thai dan akhirnya percakapan itu berakhir dengan si ibu penjual memalingkan muka, hahaha...rupanya dia kesal karena saya tidak mengerti apa yang dia ucapkan. Sayapun beranjak ke pedagang lain dan transaksi berjalan mulus, walaupun kami tidak berbicara bahasa yang sama, cukup memilih barang-barang yang saya mau beli dan penjual bergegas menghitung total belanjaan saya, beres! Atau kalau beruntung, saya berjumpa dengan penjual maupun sesama pembeli yang dapat berbahasa Inggris.
Pengalaman lain adalah ketika membeli bawang merah. Rupanya dimanapun selalu ada orang yang mencoba-coba. Saya membeli bawang merah seharga 80 Baht per kilo sesuai dengan tulisan yang tertera. Begitu menyerahkan selembar uang 100 Baht, sang penjual pura-pura seolah-olah berharap saya akan memberikan sisanya. Eits, tunggu dulu...saya tidak akan begitu saja memberikan uang yang bukan haknya, kemudian saya tagih kembalian 20 Baht (dalam bahasa Inggris), dan dengan raut tanpa dosa, iapun memberi saya sejumlah kembalian seharusnya. Pengalaman yang sama pernah terjadi juga ketika saya berbelanja di pasar lain di wilayah Ratchadapisek. Berbeda dengan Khlong Toey, pasar yang diadakan setiap seminggu sekali ini berlokasi di pelataran depan sebuah hotel, bersih, teratur, dan bersahabat untuk ibu-ibu yang membawa bayi dengan kereta dorong. Pada waktu itu saya membeli penganan goreng, si penjual dengan tenangnya menyapa calon pembeli yang baru datang, tentu saja saya protes dan bilang bahwa saya mau kembalian sesuai dengan harga yang tertera di kertas. Akhirnya iapun mengembalikan uang saya, duh padahal dengan asumsi kedainya ditandai label halal, seharusnya dia tidak berpura-pura lupa memberikan saya kembalian ya?
Pengalaman lain, masih di Khlong Toey, adalah ketika ada seorang wanita bertanya pada saya dalam bahasa Thai. Saya bilang maaf dalam bahasa Inggris tapi dia terus-terusan bicara, akhirnya saya tinggalkan saja diikuti dengan pandangan orang-orang sekitar. Ternyata cacat bahasa itu cukup melelahkan.
Walaupun begitu, saya tidak pernah kapok belanja ke pasar dan Khlong Toey selalu menjadi favorit saya untuk berbelanja sayur-mayur dan buah-buahan segar. Langkah berikutnya adalah mengobati cacat bahasa saya sehingga kegiatan berbelanja di pasar tradisional menjadi lebih menyenangkan.
Selamat berhari Minggu!
No comments:
Post a Comment