Thursday 1 August 2013

Sekilas dari Seminar tentang Amazing Parenting

Setelah selama ini cuma bisa tahu ilmu parenting dari seminar-seminar yang diikuti supermom Indah dan di-share di blognya, bulan lalu gabungan ibu-ibu pengajian disini mendapat kesempatan mengundang ibu Rani Noe'man yang kebetulan sedang berada di Bangkok untuk mengadakan seminar dengan topik Amazing Parenting. Senang sekali saya akhirnya mendapat kesempatan ikut acara seperti ini dan tidak lagi iri dengan teman-teman di Indonesia yang bisa berpartisipasi dalam seminar serupa. Btw, terima kasih ya Indah untuk selalu berbagi ilmu parenting di blog, sangat-sangat berguna untuk orangtua baru seperti saya :).

Ibu Rani Noe'man awalnya bergabung sebagai trainer di Yayasan Kita dan Buah Hati dan merupakan pendiri Komunitas Cinta Keluarga. Sosok Ibu Rani yang geulis khas orang Sunda dan pembawaannya yang humoris membuat semua materi trainingnya sangat menarik, mudah dipahami dan to the point.

Bu Rani memulai sesinya dengan pertanyaan: MENGAPA PUNYA ANAK?
Jawaban yang munculpun beragam, ada yang menjawab karena ingin melanjutkan keturunan, karena selayaknya setelah menikah ya punya anak, karena permintaan mertua, dan lain-lain.

Intinya: Mempunyai anak adalah TANGGUNG JAWAB sekaligus INVESTASI
Yang artinya kita sebagai ORANGTUA berperan besar dalam menentukan KARAKTER anak.
POLA PENGASUHAN yang keliru dapat menumbuhkan karakter yang tidak diharapkan. Apa saja kekeliruan yang seringkali dibuat oleh orangtua itu adalah:
1. Tidak membaca bahasa tubuh anak
2. Tidak mendengar perasaan anak
3. Menggunakan 10 gaya tradisional (memerintah, menyalahkan, menginterogasi, membandingkan, mengancam, mencap, menceramahi, membohongi, mengalihkan, menjamin)

Gaya-gaya tradisional yang seringkali diterapkan oleh orangtua pada jaman dulu ini dalam jangka waktu tertentu dapat membuat kantung jiwa anak rusak perlahan-lahan sehingga anak merasa tidak dicintai, tidak dihargai dan akhirnya anak akan mencari pelarian yang dapat menerima dan mencintai dirinya secara apa adanya. Bagus kalau pelariannya adalah tempat/orang yang baik, namun bagaimana jika pelariannya itu berbentuk obat-obatan, pergaulan bebas, kekerasan, dan hal-hal lain yang menjadi mimpi buruk setiap orangtua?

Karakter anak dibentuk oleh faktor internal (Temperamen, Kecerdasan, Bakat) dan pendidikan agama yang kemudian menurunkan nilai-nilai yang berwujud kepercayaan dan pemahaman bawah sadar pada diri anak. Pengaruh lingkungan dan pola pengasuhan orang tua turut berperan penting membentuk nilai-nilai dalam diri anak.

Kapan saat terbaik untuk membentuk karakter anak? Pembentukan karakter anak dapat dimulai sedari dini, antara usia 0-7 tahun. Mengapa pada usia ini? Karena sampai usia 7 tahun jaringan syaraf di otak anak (lupa penjelasan ilmiahnya) belum tersambung secara sempurna, sehingga apabila dalam kurun waktu tersebut ditanamkan nilai-nilai positif, sistem bawah sadar anak akan menyerapnya dengan sangat baik seiring dengan berkembang dan menguatnya ikatan syaraf-syaraf otak tersebut. Hal yang sama berlaku juga jika anak terpapar hal-hal buruk dalam periode ini. Tinggal kita sebagai orangtua memilih mau membekali anak dengan hal yang mana?

Di sela-sela training, ibu Rani menampilkan beberapa slideshow yang berisi contoh pesan singkat/sms gaya anak jaman sekarang. Isi sms tersebut mengingatkan saya pada postingan Indah yang ini. *bergidik ngeri*
Selain itu, ada pula beberapa potongan adegan sinetron yang ditayangkan oleh stasiun TV swasta S*** yang sangat tidak pantas, yaitu adegan dimana sekelompok anak berseragam SMU menonton film dewasa bersama-sama dan tidak lama kemudian, satu persatu pasangan muda-mudi tersebut masuk ke kamar untuk mempraktekkan apa yang baru mereka lihat. Adegan lain diambil dari film remaja V*rg*n yaitu pada bagian ketika salah satu tokoh di film itu rela menyerahkan keperawanannya pada laki-laki tua demi uang 10 juta! Selain itu, ditunjukkan pula permainan dimana si pemain akan mendapat poin apabila berhasil mencuri mobil atau menabrak orang, dan apabila pemain berhasil keluar sebagai pemenang, hadiahnya membuat kami yang hadir terbelalak..sangat tidak pantas!  Slideshow ini ditutup dengan berita kasus-kasus pencabulan terhadap anak-anak perempuan kecil yang pelakunya adalah anak-anak usia sekolah dasar sampai belasan tahun di berbagai daerah di Indonesia. Sungguh fakta yang mengerikan sekaligus menyedihkan :(. Itu hanya salah satu contoh, tentunya masih banyak tayangan-tayangan tanpa mutu lain yang berseliweran setiap harinya, dikonsumsi oleh anak-anak, dan tanpa pendampingan orang tua. Bagi saya pribadi, pesan moral apapun yang ingin disampaikan oleh para pembuat film/sinetron/games tidak menjadikan tayangan tersebut lantas layak dikonsumsi. Pertanyaan demi pertanyaan muncul: Sebegitu lemahnya kan peran Lembaga Sensor Media di Indonesia??? Bagaimana pornografi tidak merajalela di negeri kita??? Sebegitu bobroknyakah pemerintahan di negara kita sampai mereka tidak peduli/sadar bahwa cikal bakal generasi muda bangsa ini sedang dirusak otak dan pikirannya dengan pornografi???

Ibu Rani berulang kali mengatakan meskipun pahit, itulah kenyataan yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, beliau mengatakan adalah penting membangun rasa percaya diri dalam diri anak sehingga kelak ia mampu berkata tidak pada pengaruh buruk yang ada di lingkungannya, termasuk juga mampu membela dirinya sendiri ketika mengalami bullying. Topik bullying tidak dibahas dalam pertemuan kali ini, namun ibu Rani menegaskan bahwa anak TIDAK BOLEH mengalah, justru bekali anak dengan teknik negosiasi dan juga kemampuan untuk berpikir yang mencakup 3P (Pikir-Pilih-Putuskan) dalam segala hal. Karena besarnya tantangan membesarkan anak di masa sekarang itulah, maka para orangtua perlu terus belajar dan belajar agar dapat menyesuaikan pola pengasuhan anak sesuai dengan masanya.


If children live with criticism, they learn to condemn.
If children live with hostility, they learn to fight.
If children live with ridicule, they learn to be shy.
If children live with shame, they learn to feel guilty.
If children live with encouragement, they learn confidence.
If children live with praise, they learn to appreciate.
If children live with fairness, they learn justice.
If children live with security, they learn to have faith.
If children live with approval, they learn to like themselves.
If children live with acceptance, they learn to find love in the world.

No comments:

Post a Comment