Gara-gara baca postingannya Noni tentang pulang, jadi kepikiran untuk nulis tentang ini. Kebetulan bulan ini genap 10 tahun saya meninggalkan rumah untuk hidup sendiri.
Tahun 2003 saya hijrah ke Jakarta karena pekerjaan. Untuk seseorang yang lahir dan besar di Bandung dan tidak pernah membayangkan bisa hidup di ibukota yang besar dan tidak bersahabat, keputusan ini cukup berani. Alasan saya waktu itu karena ingin mengikuti jejak teman-teman kuliah yang sudah lebih dulu pindah ke Jakarta dan sekaligus berharap siapa tahu bertemu jodoh disana ;p. Saya ingat candaan di kalangan teman-teman kalau sejauh-jauhnya orang Bandung merantau, ya ke Jakarta, berbeda dengan orang-orang yang berasal dari pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan daerah lainnya.
Beberapa tahun saya di Jakarta, saya belajar mencintainya, saya kangen ketika ingat semua kenangan di kota itu dan selalu antusias apabila sedang berada disana. Jakarta malah menjadi rumah saya saat itu walaupun hanya dalam bentuk sebuah kamar kos. Makna rumah untuk Bandung mengalami pergeseran secara perlahan. Saya pulang ke Bandung hanya untuk melepas rindu pada ibu, sebatas itu.
Empat tahun kemudian, upaya mengejar mimpi membuat saya harus meninggalkan Jakarta, kali ini tidak tanggung jauhnya dan merupakan pengalaman pertama saya tinggal di luar negeri. Satu setengah tahun sebagai mahasiswi pascasarjana di Bristol, Inggris meninggalkan begitu banyak kenangan manis dan pengalaman berharga. Sepotong hati saya tertinggal disana. Sewaktu disini, definisi pulang adalah pulang ke Indonesia karena saya tahu saya tidak akan menetap lama disini, walaupun usaha ke arah itu sempat saya lakukan dengan melamar pekerjaan.
Takdir berkata lain, saya gagal memperoleh pekerjaan namun saya mendapat peluang kerja di Thailand dan Singapura. Lucunya, pada tahun 2002 saya sempat mengajukan aplikasi pada salah satu organisasi internasional yang berbasis di Bangkok namun hasilnya nihil..tujuh tahun kemudian saya malah mendapat tawaran pekerjaan dari organisasi yang sama!Karena pertimbangan satu dan lain hal, saya memutuskan perhentian saya berikutnya adalah Singapura.
Satu tahun yang begitu mengesankan hidup di negara kecil yang hebat ini, potongan lain dari hati saya tersimpan disana. Saya belajar banyak hal dari orang-orang hebat disekeliling saya dan membangun persahabatan baru. Saya meninggalkan Singapura dua minggu sebelum hari pernikahan, bersamaan dengan selesainya kontrak kerja.
Setelah menikah, selama beberapa bulan saya kembali ke rumah lama, yaitu Jakarta...cinta lama bersemi kembali..sampai tiba waktunya kami pergi ke surga Pasifik Selatan, yaitu Port Vila, Vanuatu dengan status saya sebagai trailing wife alias ikut suami. Genap satu tahun masa tinggal kami di pulau cantik ini, kesempatan lain datang dan kamipun menyambutnya...kepindahan ke Bangkok!
Hampir dua tahun berlalu, dan kami masih belum tahu sampai kapan dan kemana akan pergi setelahnya..memutuskan hidup nomaden seperti ini membuat kami kesulitan menentukan dimana rumah kami sebenarnya dan kemana tujuan pulang kami. Untuk saya saat ini, rumah adalah Bangkok, tempat kami bertiga menetap. Ah, andai saya bisa membawa Ibu tinggal bersama kami disini, tentu akan jauh lebih mudah menentukan definisi rumah, yaitu dimana orang-orang yang saya cintai berkumpul.
Sepuluh tahun yang lalu saya keluar dari rumah untuk kemudian menemukan rumah-rumah lain yang membuat saya melalui proses menjadi seperti sekarang dan itu adalah salah satu keputusan terbaik yang pernah saya buat.
So, ten down, many more nomaden years to go :)
pungky......aku sirikkkkkk, seruuu banget hidup kamu hihihihi
ReplyDeletesetelah sekian lama hidup sebagai putri katak dalam tempurung, hidup nomad adalah salah satu cita-cita terbesar, Non :D, Alhamdulillah bisa kesampaian. Tapiii, kalau udah bagian pindahannya, repatriasi, dan mulai semua lagi dari awal di tempat baru, mungkin Noni mikir-mikir dulu sebelum bilang iri, hihihi...Kebayang kalau dirimu suatu hari pindah ke kampung halaman Matt, pasti seru juga yah?
ReplyDeletetinggal dimanapun juga, semoga senantiasa dimudahkan ya :)
ReplyDeletesalam kenal :D
Aamiin aamiin, itu yang terpenting. Terima kasih untuk doanya, ibu guru Tyka.
DeleteSalam kenal kembali :)
Wuaaah enaknyaaa keliling, jd juga bisa belajar banyak dr tempat tersebut kan yah. Jadi skrg di Bangkok yah?
ReplyDeleteAda enak gak enaknya sih, Cha, tapi disyukuri dan dinikmati aja :). Iya, sekarang lagi 'parkir' di Bangkok, mampir2 ya kalau suatu hari transit/main kesini, secara kalau mampir ke Stockholm masih dalam mimpi, walaupun ada di daftar, hehehe..
Delete