Thursday 25 April 2013

Cerita ber-MPASI di Luar Rumah

Ternyata, 6 bulan pertama adalah masa yang paling santai dan mudah untuk bepergian dengan si kecil. Di masa 6 bulan kedua ini, kami memutuskan untuk berkompromi dalam beberapa hal demi kesejahteraan bersama :)
Awalnya, saya sempat malas bepergian ketika si kecil memasuki usia 6 bulan mengingat barang2 yang harus dibawa untuk menyiapkan MPASI. Namun, karena kegiatan bepergian tidak dapat dihindarkan di keluarga kecil kami, jadi suka atau tidak suka, pemberian MPASI di luar rumah harus tetap berjalan.
Idealnya, pemberian makanan rumahan dapat tetap diberikan pada saat traveling, meskipun membutuhkan sedikit usaha ekstra. Demi anak, kerepotan apapun pasti akan dijalani. Praktiknya ternyata tidak semudah yang dibayangkan :(.
Dari pengalaman membawa bayi bepergian selama ini, ada beberapa hal tentang pemberian MPASI yang perlu dan praktis versi saya.
1. Membawa pisau dan alat makan. Kalau mau, bisa juga ditambah membawa saringan kawat dan hand blender.
2. Membawa bekal buah padat kalori nan praktis seperti alpukat, pisang, mangga sebagai pengganti menu utama.
3. Memanfaatkan bahan makanan lokal. Satu-satunya buah impor yang rutin dikonsumsi bayi kami adalah alpukat, sementara semua bahan makanan lain seperti daging-dagingan, buah dan sayur, semuanya adalah produk lokal. Jadi, setiap kali kami bepergian, si kecil selalu memperoleh kesempatan mencoba jenis makanan baru yang tentunya mudah didapat di pasar atau toko serba ada setempat.
4. Belajar fleksibel. Prinsip kami adalah tidak mau memberikan makanan instan, makanan yang mengandung gula garam, dan makanan berbahan dasar tepung putih seperti roti dan kue karena pertimbangan kandungan
glutennya. Namun karena situasi tidak memungkinkan, pada akhirnya si kecil mencicipi juga nasi soto, sop buatan restoran, roti putih, biskuit bayi instan dan makanan bayi dalam kemasan botol yang kerap diberikan di pesawat. Justifikasinya, selalu ada pengecualian ketika sedang tidak berada di rumah tapi begitu kembali dari perjalanan, pola makan diperbaiki kembali sesuai dengan prinsip awal.
5. Membawa cemilan berupa buah/sayur potong seperti wortel/kentang kukus, pepaya, jambu.
6. Khusus di Indonesia, kami memanfaatkan jasa penyedia katering makanan khusus bayi yang sudah terjamin bebas gula garam dan menggunakan bahan organik. Harganya relatif mahal namun setidaknya kami tidak perlu repot. Pada kunjungan baru-baru ini ke Jakarta, kami memakai jasa dari Mammakanin dan Baby Bar dan kami cukup puas.
Yang pasti, jika perut bayi kenyang, bayi tenang, dan orangtuapun senang :).

2 comments:

  1. Setuju dengan fleksibilitas, karena saat travelling semua hal berubah dengan cepatnya bagi si kecil dan belum tentu dia ngerasa nyaman. Jadi fleksibilitas dalam hal makan juga bisa membantunya merasa nyaman dengan semua perubahan. Dea menolak makanan yang dibuat khusus untuknya tapi mencaplok apapun yang dimakan bundanya ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tos dulu dong Ki...setelah dijalanin, niat awal untuk nyiapin MPASI rumahan udah hilang entah kemana :p

      Delete