Friday, 15 March 2013

Patah Hati

Di suatu pagi, kurang lebih 10 tahun yang lalu, di depan kantor di daerah Kebayoran Baru, ada seorang pria tinggi besar berambut kribo abu-abu sedang membuka bagasi belakang mobilnya. Saya ada tidak jauh dari situ, dan tertarik untuk mengamatinya. Ya, dialah calon bos saya di kantor ini.

Pada awalnya saya bergabung dalam pekerjaan proyek di Jakarta sebagai intern, saya hanya berkomunikasi dengan Associate Expert-nya, seorang pria Italia yang ganteng, lembut dan baik hati. Eh, tidak lama saya bergabung, sang Associate Expert baik hati tersebut pindah negara dan otomatis saya harus berkomunikasi langsung dengan Pak Kribo tadi. Kesan pertama, Pak Kribo terlihat galak baik dari pembawaan maupun penampilan, sungguh sangat bertolak belakang dengan koleganya, meskipun sama-sama orang Italia.

Singkat cerita, setelah melalui masa penyesuaian dengan sang bos, sayapun menikmati masa-masa kerja saya di kantor ini, walaupun selalu ada suka dukanya. Sampai pada suatu hari, Pak Kribo muncul di kantor dengan gaya baru, rambut terpangkas rapi...wow, semenjak hari itu kegantengan pak Kribo yang dulu sempat tersamarkan menjadi terlihat nyata!!! Hm, namanya sekarang bukan Pak Kribo lagi karena sudah tidak kribo, tapi jadi Pak Ganteng. Sayang sekali, Pak Ganteng sudah beristri dan mempunyai dua orang anak, hehehe...

Semakin lama mengenal Pak Ganteng ini, ternyata berkebalikan dengan bayangan saya dulu waktu pertama melihatnya. Dari sisi profesional, Pak Ganteng pintar, menguasai lima bahasa, rajin, dan sangat sistematis, terlihat dari catatannya; dari sisi personal, Pak Ganteng orangnya hangat, pandai menari, sangat lucu dan banyak akal...ada saja bahan candaannya yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Sepanjang pengalaman saya bekerja dengan Pak Ganteng, beliau juga cukup perhatian dengan masalah pribadi yang pernah saya hadapi, sampai dalam beberapa kesempatan, seringkali setelah pembicaraan kami dalam hal pekerjaan selesai, dilanjutkan dengan  pembicaraan ringan seperti antara bapak dan anak. Tapi gara-gara Pak Ganteng juga, saya tidak bisa berpakaian modis kalau ke kantor karena seringkali, alih-alih menggunakan mobil kantor atau taksi untuk pergi rapat di luar kantor, Pak Ganteng lebih suka membonceng saya di atas motor Vespanya :D.

Di luar pembicaraan profesional sehari-hari, Pak Ganteng, tanpa maksud apapun, dengan gaya isengnya sering bertanya atau membuat komentar tentang hal pribadi orang-orang di kantor, dengan gaya yang lucu dan hampir tidak mungkin membuat orang yang ditanya merasa marah atau terganggu, malah sebaliknya, tertawa terpingkal-pingkal. Saya jadi ingat salah satunya, suatu hari di tahun 2006 ada intern baru yang datang dan diperkenalkan kepada kami. Kebetulan saya sedang berada di ruangan Pak Ganteng ketika sekretaris unit memperkenalkan intern tersebut. Setelah mereka keluar dari ruangan, Pak Ganteng dengan ekspresi jahil berkata supaya saya mendekati sang intern baru dan menjadikannya pacar. Rupanya Pak Ganteng cukup peduli dengan keadaan asistennya yang tidak punya pacar waktu itu dan setiap kali Pak Ganteng tugas ke Eropa, si asisten ini selalu minta dibawakan oleh-oleh pria single berpaspor Schengen :p. Waktu itu saya menolak dengan dalih si intern ini masih tampak seperti remaja dan Pak Ganteng hanya geleng-geleng kepala saja mendengar jawaban saya. Percaya atau tidak, empat tahun kemudian, saya dinikahi sang intern yang pernah diusulkan Pak Ganteng untuk dijadikan pacar, hmm..apakah Pak Ganteng mempunyai indera keenam? Tidak tahu juga...

Hubungan profesional kami sebagai atasan dan bawahan harus diakhiri pada tahun 2007 ketika saya mengundurkan diri untuk melanjutkan sekolah. Pak Ganteng juga sangat suportif dan memberikan dukungan penuh ketika saya bermaksud melanjutkan sekolah. Ada banyak suka duka bekerja dibawah supervisi Pak Ganteng selama kurun waktu empat tahun yang semuanya menjadi pengalaman berharga untuk saya pribadi.
Sejak saya keluar dari kantor tersebut sampai tahun lalu, apabila sedang berada di Indonesia, saya selalu menyempatkan diri untuk bertemu dan bertukar kabar dengan Pak Ganteng. Nah, beberapa hari yang lalu, saya menerima email perpisahan dari Pak Ganteng yang akan pindah setelah belasan tahun bertugas di Indonesia, dan sayapun....patah hati!

Siapa yang tidak akan patah hati kalau setiap hari bertemu dengan atasan yang seperti ini?

Kemiripan nyaris 100% dengan pose seperti ini (kredit foto: http://winningateverything.com/tag/george-clooney)
Saya saja yang sudah tidak bekerja lagi di kantor tersebut masih patah hati, bagaimana kabar asisten Pak Ganteng yang ditinggal pergi ya?

Teruntuk asisten Pak Ganteng: terima kasih fotonya ya, jadi punya ide untuk nulis ini deh :) *mudah-mudahan patah hatinya sudah sembuh ya neng, pelukk*

2 comments:

  1. Membaca tulisan dari asisten terdahulu dari Pak Ganteng aka Pak G ini jadi bikin sedih lagi. Padahal minggu kemarin udah mantap gak bakalan sedih lagi. Mudah-mudahan patah hati kita segera hilang ya Pung...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maafkan, neng...tidak bermaksud membuka luka lama :(. Tampaknya tiket pp CGK - CDG bisa mengobati patah hati kita bersama *yuk ah, berpelukan dulu sebagai sesama laskar patah hati :)*

      Delete