Wednesday 16 January 2013

Tentang Tidur Bayi

Bicara tentang anak, memang tidak akan ada habisnya, termasuk untuk kami, si orangtua baru. Menutup tahun 2012 kemarin, si kecil memberikan kejutan manis untuk kami berdua dalam hal tidur :). Sebelum mengungkap apa kejutannya, saya ingin membuat kilas balik dari awal.

Bulan pertama kelahirannya, secara umum si kecil tidak mengalami jadwal tidur terbalik walaupun beberapa kali membuat kami terjaga dini hari karena ia tidak mau tidur lagi setelah menyusu. Dalam bulan pertama ini, rata-rata ia terbangun 2-3 kali untuk menyusu.

Bulan kedua sampai bulan ketujuh, ia hanya bangun satu kali dalam semalam. Namun, ada pula saat-saat dimana ia terbangun berkali-kali dalam semalam, biasanya ketika kami sedang bepergian jauh dari rumah.

Nah, yang menjadi tantangan terbesar bagi kami adalah ketika menidurkannya pada malam hari. Si kecil kerap menangis sebelum tertidur. Berbagai cara sudah kami lakukan, mulai dari menimang, menggendong dengan kain samping, menyanyikan nina bobo, sampai memijat demi membuatnya nyaman sebelum tidur. Di bulan kedua, seringkali 1-2 jam dihabiskan untuk menidurkan si kecil. Belum lagi kalau ia sudah tampak lelap di pangkuan, begitu diletakkan di boks..eeh, menangis dan bangun lagi. Memasuki usia tiga bulan, frekuensi menangis sebelum tidurnya mulai berkurang sedikit demi sedikit dan ia bisa tertidur kembali setelah selesai menyusu. Kami juga mulai mencoba menerapkan sleep training untuk bayi kami dengan harapan ia dapat belajar tidur tanpa harus selalu digendong. Di Indonesia, bayi usia muda ditidurkan dengan digendong atau ditimang-timang adalah lazim, namun tidak demikian halnya di Perancis, negara asal suami saya. Karena perbedaan budaya inilah, maka kami berkompromi dalam menerapkan sleep training. Dimulai dari menemani si kecil di pinggir boksnya sampai ia jatuh tertidur, ditimang/digendong dengan kain samping, sampai dibiarkan menangis selama beberapa saat sebelum akhirnya kami datangi, semuanya kami coba. Terus terang, saya sendiri kesulitan dalam menerapkan metode ini karena saya khawatir dengan dampak jangka panjang yang akan terjadi bila anak dibiarkan menangis. Di sisi lain, saya juga khawatir dengan sleep training, saya tidak akan berkesempatan untuk menimangnya sebelum tidur, dan kekhawatiran-kekhawatiran lainnya yang berkaitan dengan kepribadian si anak kelak. Tapi, dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya menetapkan hati untuk menerapkan metode Ferber yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan kami sebagai berikut:

1. Setelah selesai disusui, dalam keadaan mengantuk namun masih sadar, bayi disimpan di boksnya. Sesuai saran dari dokter anak kami, pastikan popok bayi dalam kondisi kering, bayi tidak demam, dalam keadaan kenyang dan tidak kepanasan/kedinginan. Kami usahakan selalu meletakkan bayi di boks pada saat dia terlihat mengantuk, yaitu ketika ia menguap, mulai menggosok mata, tidak mau diam ketika digendong, dan menarik-narik telinganya. Ketika tanda-tanda mengantuk itu mulai terlihat, berdasarkan pengalaman, lebih mudah membuatnya tidur tanpa tangisan berarti.

2. Bila bayi menangis sesaat setelah diletakkan di boks, datangi segera dan ucapkan kata-kata untuk menenangkannya selama tidak lebih dari 1 menit, setelah itu tinggalkan. Bila masih menangis, datangi 2 menit kemudian dan biasanya saya ucapkan kalimat afirmasi bahwa ia bisa tidur sendiri dan bahwa bapak ibunya ada di dekat dia, kemudian tinggalkan lagi. Bila masih menangis terus, datangi 5 menit kemudian, kalau masih menangis juga, datangi 10 menit kemudian dan lakukan hal yang sama. Dengan cara ini, perlahan bayi kami tertidur sebelum 5 menit kedua berakhir. Jika ia tidak kunjung berhenti menangis setelah 10 menit yang ketiga, kami akan mengambilnya dari boks dan menimangnya sampai tertidur.

3. Kami mulai sleep training secara bertahap pada saat usia si kecil 3 bulan setelah berhasil menepis perasaan ragu-ragu dan maju mundur mengingat banyaknya kontroversi tentang usia yang tepat untuk memulai sleep training. Belum lagi dengan adanya no-cry sleep solution methods membuat saya sendiri semakin gamang. Tapi setelah membaca beberapa sumber, bayi menangis ketika akan tidur adalah hal yang tidak dapat dihindarkan. Dokter anak kamipun menegaskan bahwa itu adalah hal yang wajar *maklum orangtua baru yang belum berpengalaman ini paling tidak tahan mendengar si kecil menangis keras sebelum tidur*

4. Metode ini hanya kami terapkan ketika sedang berada di rumah dan hanya pada saat tidur malam hari. Ketika sedang bepergian, semuanya menjadi fleksibel. Ketika ia bangun dan menangis karena lapar saat dini hari, saya tidak pernah menerapkan metode ini. Yang saya lakukan adalah langsung mengambilnya dan menyusuinya.

5. Keberhasilan sleep training pada setiap bayi berbeda-beda. Dalam kasus kami, kurang lebih setelah dicoba selama dua bulan secara konsisten, baru menampakkan hasil yang signifikan.

6. Sebagaimana umumnya bayi yang kerap bersuara bahkan pada saat tidur sekalipun, kami berusaha untuk tidak langsung mengambilnya begitu mendengar suaranya. Dari awal, kami pastikan bahwa memang si kecil terbangun karena haus/basah, bukan karena dia ber'bicara' dalam tidurnya. Justru apabila ia ber'bicara' dalam tidurnya dan kita kemudian menggendongnya, maka ia akan terbangun dan jadinya malah cranky karena tidurnya terganggu. Memasuki usia 6 bulan dan mulai MPASI, ketika si kecil bangun di malam/dini hari, kami coba menunggu beberapa saat sebelum mengambilnya. Apabila ia haus, ia akan terus menangis, tapi seringkali ia terbangun, berceloteh/menangis beberapa saat, dan jatuh tertidur kembali.

Selain itu, berdasarkan apa yang kami dengar dan kami baca, kami juga berusaha menerapkan rutinitas sehari-hari pada si kecil. Karena kami tinggal di apartemen dimana akses terhadap sinar matahari dan udara segar terbatas, dari sejak ia lahir, setiap pagi, kami membawanya berjemur di taman dekat apartemen atau di pinggir kolam renang apartemen. Dari pengalaman kami, sangat terasa bedanya ketika ia dibawa keluar pada pagi hari, tidur malamnya menjadi lebih mudah dibandingkan jika ia berada sepanjang hari di dalam rumah. Saya juga selalu membawa si kecil kemanapun saya pergi. Jadi, dalam kamus kami tidak ada istilah "tidak keluar rumah sampai bayi berusia 40 hari". Tentunya saya keluar rumah karena memang ada keperluan, bukan semata hanya untuk window shopping. Sekarang, frekuensi mengunjungi tamanpun bertambah menjadi dua kali sehari, pagi dan sore hari. Alhamdulillah, banyaknya aktivitas si kecil di luar rumah sangat membantu mengatasi tantangan menidurkan si kecil.

Bagaimana dengan tidur siang? Nah, untuk tidur siang masih menjadi PR besar, karena si kecil hanya bisa tidur siang sebentar, kalaupun bisa sampai 1 jam, itu karena ada saya di sampingnya. Paling tidak, saya memakai kesempatan ini juga untuk beristirahat. Pada awalnya, saya sempat khawatir karena si kecil termasuk ke dalam golongan bayi yang tidurnya sedikit namun setelah berkonsultasi dengan dokternya, saya bisa lebih lega mendapat penjelasan bahwa tidak semua bayi mempunyai jumlah jam tidur yang sama.

Lalu, apa kejutannya? Terhitung sejak tanggal 25 Desember 2012 pada usia 7,5 bulan, si kecil sudah bisa tidur sepanjang malam, dari jam 19.30-20.00 sampai jam 05.00 keesokan harinya...horeeee! Setelah sempat makan hati menerima komentar kenapa bayi kami belum juga bisa tidur sepanjang malam, Alhamdulillah akhirnya si kecil menunjukkan kemampuannya. Sekarang tangisan menjelang tidurpun sudah jaraaaang sekali, seringnya ketika ia mulai mengantuk, kami bawa ke kamar, ditimang-timang sambil dibacakan do'a tidur dan diciumi, terus diletakkan deh di boks. Biasanya ia akan menangis beberapa detik sambil mencari posisi yang enak sebelum benar-benar tidur atau malah begitu disimpan, langsung memejamkan mata. Jadi, meskipun menerapkan metode ini, kami masih tetap dapat menimangnya sebelum tidur, mendendangkan lagu pengantar tidur dan kami berdua dapat bergiliran menidurkannya. Ya, suami saya berkeras ingin bisa menidurkan anak kami karena berkaca dari pengalaman seorang teman yang merasa tidak berdaya sebab putri semata wayang mereka hanya bisa tidur jika ditemani ibunya. Dalam hal ini, saya diuntungkan, karena jika suami sedang tidak bertugas ke luar kota, maka setiap malam dialah yang dengan senang hati akan menidurkan si kecil :).

Kami sadar bahwa akan ada banyak perubahan dalam siklus pertumbuhkembangan bayi, termasuk pola tidurnya. Namun, kami optimis, apapun perubahannya nanti dapat dipelajari dan dipahami, tentunya dengan penuh kasih sayang. Yang jelas, saya bersyukur dapat menikmati tidur malam selama 6-8 jam kembali seperti dulu, terima kasih anakku sayang :).

8 comments:

  1. wah selamat ya lama jg 2 bulan baru berhasil. saya jg lg sleep training si baby. wish me luck bun ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tiap bayi pasti berbeda-beda mbak..kebetulan saat itu kami sering bepergian jadi otomatis si bayi perlu waktu lebih lama untuk mendapatkan ritme dan rutinitas dalam pola tidurnya. Semoga sukses ya mbak sleep trainingnya dan terima kasih sudah mampir sini :)

      Delete
  2. thanks mba pungky untuk share sleep training for ur baby, ak sdg melakukan sleep training skrg pada saat baby usia 7 bulan, dan keknya mau mencopy cara mu d mba, krn semalem menggunakan metode cold turkey , ga tega meskipun sdh di tega tega in tpi bakalan ga konsisten d..salam kenal y.

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam kenal mbak Hikmah, semoga berhasil yah dan adek bayi semakin pintar tidurnya. Sayapun orangnya gak tegaan, makanya sleep training-nya modifikasi sana-sini, hehehe... Terima kasih sudah mampir :)

      Delete
  3. Halo Mbak Punky,
    Terima kasih untuk artikelnya yang sangat membantu. Baby saya sekaranf memasuki usia 2 bulan dan hanya tertidur setelah menyusui atau digendong. Hal ini membuat kami berdua lelah dan saya berpikir pasti ada cara yang lebih efektif. Pertanyaan saya, untuk sleep training ini apakah sudah boleh dimulai diusia sekarang (1 bulan,1mngu)?
    Tolong dijawab ya Mbak. Thank you

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mbak Lynne, mohon maaf baru lihat pesannya. Kalau boleh memberi saran, bayi baru 2 bulan jangan dulu dilatih untuk belajar tidur karena masih terlalu muda dan sangat wajar bayi baru tidur setelah disusui atau digendong. Yang bisa kita lakukan adalah menciptakan suasana kondusif untuk si bayi jatuh tertidur, seperti membuat suasana pencahayaan redup di kamar(di malam hari), memasang musik pengantar tidur, dan tidak segera menggendong bayi ketika ia bersuara sewaktu tidur, karena belum tentu dia terbangun...ini yang kami lakukan dengan kedua anak kami sewaktu mereka masih bayi. Semoga membantu dan selamat atas kelahiran buah hatinya.

      Delete
  4. Mbak anak saya umur 1.5 bulan & cuma mau tidur kalau digendong. Kalau setelah tertidur, dia diletakkan di box / kasur, dia pasti terbangun dan menangis. Kalau pas dia benar2 terlelap, diletakkan kira-kira 15 -30 menit & terbangun lalu menangis lagi. Kalau malam jadinya ia tidur sambil saya peluk / gendong di tempat tidur saya, karena saya nggak tega kalau dia kehilangan waktu tidurnya di malam harindan mengganggu tumbuh kembangnya. Ini wajar atau tidak ya mbak? Padahal dulu selama umur 2 minggu pertama dia selalu berhasil saya tidurkan di box Haruskah saya mulai sleep training dari sekarang?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mbak Sera, kalau boleh memberi saran, bayi 1,5 bulan jangan dulu menjalani sleep training karena masih terlalu muda...mungkin anaknya hanya ingin tidur di pelukan ibu yang hangat. Yang penting, pada saat ia tidur di pelukan mbak, mbak dan bayinya bisa tidur nyenyak :). Sleep training bisa dicoba lagi saat bayi berusia lebih besar atau sudah mulai berat kalau digendong beberapa lama. Semoga membantu ya :)

      Delete