Thursday 13 February 2014

Live Your Passion = Bahagia dengan Pilihanmu

Gambar dari sini

Tadi pagi kebetulan baca status teman SMU, sebut saja namanya A, tentang seorang teman sekelas kami dulu yang istimewa. Teman sekelas kami itu, sebut saja T, orangnya sangat cerdas cenderung perfeksionis tapi selalu mau menolong teman lainnya yang kesusahan dalam hal pelajaran. T ini tipe murid cerdas dan pekerja keras, jadi meskipun dikaruniai otak sangat encer, di rumah dia juga rajin belajar. Kan ada ya orang cerdas, terlihat jarang belajar dan kerjanya main terus, tapi begitu ujian nilainya bagus-bagus? Nah, T ini bukan tipe seperti itu, meskipun gak pernah menolak kalau sesekali diajak main. Saya juga termasuk orang yang pernah dibantunya dalam hal pelajaran, jadi pas baca status A, saya terharu sekaligus kagum.

Minat T sejak awal masuk SMA ada di bidang studi IPS dan IPS dan IPS. Meskipun begitu, nilai-nilainya untuk mata pelajaran IPA tidak kalah cemerlang. Ya, T ini memang bikin iri banyak orang dengan kecerdasannya, termasuk saya. Di SMU, saya tidak pernah suka pelajaran Fisika dan Akuntansi dan nilai ulangan Fisika dan Akuntansi langganan dapat merah, tapi ketika dijelaskan oleh T, semua konsep dua pelajaran menakutkan yang diajarkan di kelas itu menjadi tampak mudah. T ini juga dikaruniai kelebihan mampu menjelaskan materi dengan cara yang mudah dimengerti. Pokoknya toplah! Ketika masa penjurusan tiba, T galau. Bukan karena masalah nilai, tapi karena orangtuanya menginginkan ia masuk IPA. Menurut A, T sampai nangis-nangis karena dia ingin masuk IPS sesuai minatnya namun tidak disetujui orangtua. Akhirnya T masuk IPA demi menyenangkan orangtua. Singkat cerita, entah bagaimana caranya, T berhasil pindah kelas dari IPA ke IPS. Mengingat minatnya yang begitu menggebu-gebu, bisa ditebak T menyelesaikan SMU sebagai lulusan terbaik dari jurusan IPS dan kemudian diterima di Fakultas Ekonomi sebuah universitas negeri bergengsi lewat jalur PMDK. Hebat ya?

Ternyata memang benar, kalau kita mengikuti panggilan hati untuk melakukan suatu hal, kita akan menjalaninya dengan sepenuh hati dan penuh semangat. Dari A, saya tahu bahwa T sekarang menjadi dosen di almamaternya, sudah menyandang gelar Doktor ketika usianya masih di bawah 30 tahun, dan menjadi ekonom terkemuka di Indonesia. Rasa bangga dan kagum menjalari saya ketika mendengarnya. Saya bayangkan T yang bekerja dengan penuh semangat dan rasa bahagia karena ia berhasil mencapai mimpinya.

Ah, T, kamu memang selalu inspiratif, dulu dan sekarang...

If you are passionate about it, pursue it, no matter what anyone else thinks.  That’s how dreams are achieved - unknown

10 comments:

  1. Barusan Bewe dari tempat Idah Ceris temanya sama. Udah janjian ya :p Tapi emang bener kok, kalo menuruti kata hati tu ngejalaninya lebih enteng.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti kami sehati mbak :), padahal nggak janjian loh, hehehe...Yup, senangnya kalau semua hal yang kita lakukan sesuai dengan kata hati, walaupun sayangnya, situasinya tidak selalu sesuai harapan. Terima kasih sudah mampir mbak Ika :)

      Delete
  2. selalu ikut senang denger cerita2 kaya' gini, semoga energi positifnya nular ke kita ya...T itu siapa Pung, jadi penasaran nih...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, semoga ya Dwi. Anak Balikpapan, dulu di 1-5, namanya Telisa Aulia, gak begitu beredar sih *haha, kayak sendirinya beredar aja :p*

      Delete
  3. anak2 sekarang lebih beruntung lah Pungky dalam hal following their passion. aku kemarin beberapa kali ngobrol sama anak SD, pandangannya udah nggak pengen jadi dokter, insinyur atau hal2 standard jaman kita dulu (kita? emang umur kita sama ya hahaha...anggep sama aja lah ya Pung), mereka pada bilang mau mengikuti hobby sebagai profesi. Mungkin didukung oleh keadaan ekonomi orang sekarang juga udah jauh lebih baik dari tahun 80-90 an ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Canggih ya anak-anak SD sekarang, jadi inget kalau ditanya cita-cita pas jaman SD, pasti standar jawabannya adalah dokter *gak kreatif* Yup, selain situasi ekonomi, orangtua jaman sekarang juga lebih demokratis mungkin ya, memberikan kesempatan pada anak untuk menentukan minatnya, gak semata cuma memikirkan gengsi orangtua, meskipun pasti masih ada aja tipe ortu yang seperti itu. Hahaha, kalau pernah nonton serial si Unyil di TVRI, berarti kita seangkatanlah Nov :)

      Delete
  4. dengan hati otomatis akan menikmati

    ReplyDelete
  5. aku ngeliat itu dari si Matt sih Pungky. Dia kan sempet sekolah kedokteran trus ditengah jalan ehh dia ngerasa lebih happy dengan penelitian primata trus langsung berubah haluan dan mulai lagi dari awal. coba kalau aku gak mungkin kayaknya hahaha. cuman pas aku masih kecil dulu, ada yg aku pengenin susah buat dapetinnya. pegnen belajar foto dulunya tapi mahal banget kan ya, bahkan ampe skr pun masih mahal aja les2nya haha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang-orang seperti mereka ini pantas dikagumi dan bikin salut ya Non, berkemauan keras dan dedikasinya 1000% sama apa yg jadi minat mereka, bener-bener inspiratif. Ah Noni, ngapain mau les lagi?gak pake les aja, foto-foto jepretanmu udah 'bernyawa' dan 'berbicara' gitu, mending uangnya dipake jalan-jalan *kompor* :)

      Delete