Foto diambil dari sini |
Sewaktu masih menetap di Jakarta, tidak jauh dari tempat kami tinggal terdapat kompleks pemakaman Belanda Ereveld Menteng Pulo. Karena unit yang kami tempati tidak menghadap langsung ke kompleks makam, maka saya tidak pernah tahu persis bagaimana rupa kompleks pemakaman tersebut, kecuali puncak bangunan utamanya yang tampak dari common area dan sepintas terlihat seperti kubah mesjid.
Akhirnya, pada satu kesempatan liburan ke Indonesia, kami menyempatkan diri untuk berkunjung. Didampingi oleh bapak penjaga makam, kamipun diajak berkeliling area pemakaman yang hijau dan asri. Bayangkan saja, dikelilingi oleh gedung-gedung tinggi, area pemakaman ini tampak bagaikan oase di tengah gurun, dengan rumput hijau yang terpotong rapi dihiasi nisan-nisan yang terbuat dari kayu dengan lambang beragam agama, dan sebuah bangunan gereja bergaya arsitektur Timur Tengah. Ternyata bangunan yang dulu saya sangka mesjid itu adalah sebuah gereja yang disebut Simultaan.
Menurut bapak penjaga makam, tempat ini diperuntukkan bagi korban perang pada masa Perang Dunia II sewaktu Jepang menduduki Hindia Belanda dan masa revolusi 1945-1949. Kompleks pemakaman dibangun oleh Lieutenant General Spoor, Komandan Tentara Belanda, pada tahun 1947, dan disini pulalah jasad beliau dimakamkan ketika meninggal pada tahun 1949. Di tempat ini, jenazah yang dimakamkan terdiri dari beragam agama, suku bangsa, dan warna kulit. Oleh karena itu, nisan-nisan putih yang tertanam ada yang melambangkan agama Islam, Kristen, Taoism, dan Yahudi. Bahkan, di bangunan utama juga terdapat empat menara yang puncaknya melambangkan keempat agama tersebut. Alangkah indahnya!
Selanjutnya, kami memasuki kompleks bangunan yang sangat asri. Ada dua bangunan, yang pertama adalah gereja, dan yang kedua disebut Columbarium, dimana sebuah kolam dihiasi bunga teratai terletak di tengah bangunan, sementara di ketiga sisi bangunan dengan pilar-pilar indah yang melambangkan siklus kehidupan serta keempat agama, terdapat botol-botol berisi abu lebih dari 700 orang jenazah tentara Belanda yang ditawan oleh Jepang.
Kamipun diajak naik ke puncak menara dan menyaksikan kompleks makam dari atas. Sungguh damai rasanya berada di tempat hijau nan asri ditengah-tengah belantara gedung tinggi Jakarta, dan terutama apabila mengingat begitu beragamnya suku bangsa, agama, dan ras jenazah yang dimakamkan disini. Tempat ini sepertinya dapat menjadi contoh yang sangat baik untuk pihak yang sering sekali memicu kericuhan dengan dalih agama ataupun kesukuan dimanapun, agar mereka dapat menumbuhkan toleransi beragama serta sadar akan buruknya pengaruh fanatisme yang picik. Kapan ya pihak-pihak yang dimaksud akan tersadarkan????
Di seluruh Indonesia, terdapat tujuh buah pemakaman Belanda, tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya yang kesemuanya dikelola langsung oleh Ooorlogsgraven Stichting atau Netherlands War Graves Foundation di The Hague, Belanda. Jadi, tidaklah heran apabila kondisi kompleks makam sangat terjaga dan terpelihara rapi. Makam ini tertutup untuk umum, kecuali orang-orang yang berkepentingan dan kerabat dari pihak yang dimakamkan disana. Izin mengunjungi Ereveld Menteng Pulo ini dapat diminta ke kantor perwakilan OGS di Indonesia yaitu:
Netherlands War Graves Foundation in Indonesia
Jl. Panglima Polim Raya 23
Kebayoran Baru - Jakarta 12160
Tel: +62 21 720 7983
Fax: +62 21 725 2986
Email: ogsindo@cbn.net.id
Terima kasih untuk bapak penjaga makam yang telah berbaik hati mengizinkan masuk sehingga kami dapat menikmati keindahan tempat ini dan sekaligus juga menambah pengetahuan. Informasi lanjut dapat dibaca disini.
No comments:
Post a Comment