Semenjak terbersit niat untuk kembali menulis artikel perjalanan dan mencoba mengirimkannya ke majalah, saya mulai mencari-cari kontak editor beberapa majalah dimana artikel saya pernah dimuat, salah satunya adalah majalah TAMASYA. Perkenalan dengan majalah TAMASYA dimulai sekitar tahun 2004-2005 ketika ada teman yang membawa beberapa edisi ke kantor. Sejak itu saya langsung suka karena majalahnya handy dan terutama mengulas banyak tempat-tempat menarik di Indonesia yang memberikan ide tujuan jalan-jalan. Rasanya 12 tahun lalu belum banyak majalah yang mengulas tentang pariwisata dan TAMASYA termasuk pelopor dalam subjek ini. Selama beberapa tahun saya hanya menjadi pembaca setia TAMASYA sampai catatan perjalanan salah satu sahabat di Wakatobi dimuat disana, membuat saya terkagum-kagum.
Keinginan menulis masih jadi sebatas wacana karena saya tidak tahu bagaimana memulainya, sampai akhirnya di suatu hari di tahun 2010 saya memberanikan diri menulis artikel perjalanan tentang kota Inverness di Skotlandia yang saya kunjungi ketika masih tinggal di Inggris. Alhamdulillah, tawaran saya mendapat tanggapan positif dari pihak TAMASYA dan muncullah tulisan pertama saya di majalah TAMASYA edisi Mei 2011. Setelah itu, tiga artikel perjalanan yang lain berhasil diterima, termasuk artikel terakhir tentang Chateau de Chambord yang muncul di edisi September 2013.
Awal tahun 2015, saya mulai aktif kembali mencari kontak editor via media sosial maupun surat elektronik tanpa hasil memuaskan, sampai beberapa hari lalu saya tidak sengaja mendapat tautan dari blog travel blogger terkenal mbak Fabiola Lawalata disini. Ternyata, majalah TAMASYA yang sudah berbaik hati memuat tulisan perjalanan pertama saya sudah tutup tahun 2014 lalu :( :( :(. Selain majalah TAMASYA, majalan JalanJalan, dimana satu artikel saya tentang tradisi Landdiving di Pentecost Island, Vanuatu pernah dimuat, juga ternyata sudah tutup :( :(. Pantas saja saya tidak berhasil menemukan kontak kedua majalah tersebut dimana-mana.
Meski terlambat, saya sangat berterima kasih banyak pada (ex) redaksi majalah TAMASYA (dan majalah JalanJalan) yang telah bersedia menerima tulisan pemula seperti saya sehingga saya mempunyai motivasi untuk terus belajar dan mencoba. Tanpa kesempatan yang diberikan para editor majalah tersebut, mungkin keinginan saya menulis catatan perjalanan hanya akan menjadi sebatas mimpi.
No comments:
Post a Comment