Friday, 27 June 2014

Sukses Membuat Martabak Manis

Sudah sejak lama saya mencoba membuat salah satu cemilan kesukaan, yaitu martabak manis. Tanya mbah Google, dapat resep, mulai dari adonan yang pakai ragi, baking soda, sampai baking powder semua dipraktikkan, tapi selalu berakhir dengan kegagalan. Sampai satu hari, ada teman baik membawa martabak manis ke acara pengajian dan rasanya enak dan lembut. Setelah berbaik hati berbagi resepnya, sayapun langsung semangat melakukan uji coba. Uji coba pertama, karena salah takaran, kurang sesuai dengan harapan. Uji coba kedua, ketiga, dan seterusnya dengan masukan dari si empunya resep membuat hasil martabak manis buatan saya semakin mendekati kemiripan fisik martabak, terutama tingkat kegosongan kulit martabak yang semakin berkurang karena terus menerus belajar menyesuaikan panas kompor, senang! Terima kasih banyak Dede, temanku yang cantik dan baik hatinya :). Martabak manis ini begitu lembut dan "ringan", agak berbeda dengan umumnya martabak manis yang dijual di Indonesia, tapi lebih dari cukup untuk memenuhi keinginan makan martabak manis. Daripada hanya meneteskan air liur setiap kali melihat foto-foto makanan Indonesia, mending coba buat sendiri kan? :)

Nah, bagi yang tertarik untuk membuat sendiri martabak manis di rumah, saya tulis resepnya disini.

Bahan:
1. 250 gr terigu protein sedang/Self-raising flour
2. 1/2 sdt garam
3. 5 sdm gula
4. 1 butir telur, kocok
5. 350 ml air
6. 3-4 tetes baking powder (kira-kira 1/4 sendok teh)
7. Susu kental manis

Cara membuat:
1. Campur terigu, garam, gula, dan telur
2. Masukkan 175 ml air
3. Masukkan baking powder, aduk, sambil masukkan sisa air sedikit-sedikit.
4. Aduk adonan dengan whisker sampai berbusa
5. Diamkan adonan 1 jam di tempat yang sejuk/tidak perlu disimpan di kulkas
6. Tuang adonan di wajan (saya pakai wajan biasa untuk menggoreng) yang telah dipanaskan. Begitu muncul gelembung di adonan, gunakan api kecil (3-4 untuk kompor listrik)
7. Taburi gula dan tunggu adonan matang (wajan tidak ditutup) kemudian angkat
9. Tuangkan sedikit susu kental manis (bila suka) dan martabak siap diisi coklat, parutan keju, atau potongan pisang dan taburan keju seperti favorit saya.

Selamat bereksperimen!

Sunday, 8 June 2014

Bangkok Dalam Tiga Hari Versi Saya

Sekian kali kedatangan tamu orang Indonesia, baik teman maupun saudara, selalu ada cerita seru yang tertinggal. Beda orang beda pula selera dan minatnya. Kedatangan sepupu saya baru-baru ini memberi saya ide untuk menulis hal-hal apa saja yang "wajib" dilakukan di Bangkok dalam waktu terbatas.

Dari judulnya saja, terlihat bahwa postingan ini sangat subjektif. Sementara tamu-tamu kami beragam jenisnya. Ada yang punya prinsip "shop till you drop", ada yang "terserah mau dibawa kemana", ada juga yang datang dengan daftar tujuan yang jelas :D. Dari pengalaman menemani mereka itu tercetuslah ide menulis hal-hal yang bisa dilakukan di Bangkok versi saya.

Berada di bawah terik matahari dan sekapan udara panas Bangkok membuat tubuh cepat lelah, jadi biasanya saya hanya menyarankan maksimal empat tempat untuk dikunjungi dalam satu hari dengan acara-acara santai diantaranya.

HARI 1:
Wat Pho dan Wat Arun
Jalan-jalan ke daerah ini paling enak pagi atau sore hari ketika matahari sudah berkurang sengatannya. Wat Pho dan Wat Arun selalu kami rekomendasikan pada siapapun yang berkunjung ke Bangkok. Selain tiket masuk yang murah, kedua tempat ini relatif kecil sehingga hampir setiap sudutnya yang unik dan menarik dapat dijelajahi. Di Wat Arun juga ada pasar yang menjual aneka barang khas Thailand yang kabarnya sulit ditemui di tempat lain. Saya juga baru tahu ketenaran pasar ini ketika tiga bulan lalu sepupu beserta keluarga, teman dan tetangganya datang kesini. Salah satu anggota rombongan begitu antusias pergi ke Wat Arun dan saya menyambutnya dengan semangat, mengira kalau beliau antusias melihat langsung kecantikan bangunan Wat Arun. Eehh..sesampainya di loket pembelian tiket, beliau dan beberapa orang lagi membuat saya terpana karena langsung melesat ke arah pasar dan bilang sama sekali tidak tertarik melihat Wat Arun :D. Tinggal saya dan dua orang anggota rombongan yang memang tertarik dengan tempat-tempat seperti ini saling berpandangan takjub, hahaha...ada-ada saja. Saya tidak memasukkan Grand Palace ke dalam tujuan meski letaknya berdekatan dengan Wat Pho. Kenapa? Bukannya justru inilah trademark Bangkok sekaligus tempat beradanya The Emerald Buddha yang terkenal itu? Benar sekali, tapi setelah beberapa kali datang ke Grand Palace, dengan harga tiket THB 500 per orang dan kompleks yang demikian besarnya, saya hampir tidak pernah dapat mengoptimalkan kunjungan disana karena udara yang terlalu panas untuk mengitari seluruh kompleks atau renovasi di bagian-bagian tertentu sehingga tertutup untuk umum. Karena itu, biasanya saya mengusulkan siapapun yang saya antar untuk berfoto di halaman dengan latar belakang Grand Palace tanpa perlu masuk ke dalam kompleks, kecuali kalau tamu yang saya temani itu benar-benar seorang history/culture geek. Itupun dengan perjanjian, saya tidak ikut masuk :).

Wat Arun dari Tha Thien Pier

Selepas kunjungan ke dua tempat ini, pasti perut sudah menuntut perhatian. Untuk mengganjal, coba warung Thai halal yang menjual pad thai dan nasi goreng, terletak dekat pintu keluar dermaga Tha Thien. Kalau dari arah sungai, warung makannya terletak sebelah kiri, bersebelahan dengan penjual gorengan. Jangan lupa cicipi juga buah potong dari penjual yang ada di sepanjang jalan dari arah dermaga sampai Wat Pho. Kalau beruntung, sisihkan waktu sebentar menikmati coconut ice cream yang lezat.

Berlayar di Sungai Chao Phraya
Jangan bilang pernah ke Bangkok kalau belum pernah naik perahu melayari sungai Chao Phraya yang terkenal. Sungai kebanggaan masyarakat Bangkok yang menjadi urat nadi transportasi air di Bangkok dan sekitarnya ini sangat dinamis. Diapit barisan hotel bintang lima dan bangunan kolonial di satu sisi dan perumahan penduduk yang sangat sederhana di sisi lain, Chao Phraya tampak begitu istimewa. Jangan bayangkan sungai Thames di London atau sungai Seine di Paris, di Chao Phraya kerap ditemui anak-anak kecil melompat gembira ke dalam air sungai yang tidak bisa dibilang bersih atau pria yang sedang mandi. Sekelompok pemancing juga sering terlihat sedang menunggu keberuntungan di pinggir sungai. Nah, daripada naik taksi untuk mencapai Wat Arun atau Wat Pho, lebih baik naik kapal penumpang dari dermaga Saphan Taksin dan bersiaplah mengabadikan pemandangan menarik sepanjang Chao Phraya.

Sungai Chao Phraya dari Wat Arun

Ngadem di Siam Paragon
Setelah berpanas-panas, tujuan berikutnya adalah pusat perbelanjaan Siam Paragon. Disini bisa banyak hal bisa dilakukan, mulai dari belanja untuk yang bawa pohon uang atau hanya sekedar numpang shalat dan makan siang (lagi). Di mall ini ada satu kios halal di food court dengan menu nasi dan ayam, satu restoran yang tidak bersertifikasi halal (karena menjual minuman beralkohol), namun daging dan semua bahan masakannya Insha Allah halal berlabel Billion Beef (sambal cabe bubuknya yang paling mantap yang pernah saya coba), dan satu restoran yang menjual khusus makanan pencuci mulut (dessert) bernama After You Dessert Cafe yang signature dish-nya Shibuya Honey Toast wajib dicoba. 
Steamed beef with meatballs and Beef noodle soup yang lezat (foto: Irene Dyah)
Bertamu ke The Jim Thompson House
Begitu memasuki gerbang, hijau dan rimbunnya pepohonan langsung membuat siapapun jatuh cinta. Panas udara dan terik matahari Bangkok langsung hilang begitu berada di Jim Thompson House. Cerita tentang siapa itu Jim Thompson pernah saya tulis disini.

Belanja Buah Tangan dan Makan Malam di MBK
Hari pertama yang pastinya cukup melelahkan ditutup dengan berbelanja sekaligus makan malam di Yana Restaurant atau Fifth Avenue food court di Mah Boon Krong (MBK) Center yang bisa dicapai dengan menyeberangi tangga di depan Bangkok Art and Cultural Center.

HARI 2:
Madame Tussauds dan Siam Ocean World
Memulai hari kedua dengan menengok patung lilin di Madame Tussauds dan melihat kehidupan bawah laut di Siam Ocean World  karena kedua tempat ini menawarkan early bird discount untuk kunjungan antara jam 10.00 - 12.00 siang, lumayan kan?

Makan Siang di Usman Thai Muslim Food
Rugi kalau ke Thailand, Bangkok khususnya tanpa memasukkan agenda wisata kuliner, karena makanan khas Thailand itu semuanya enak-enak. Agar wiskul berjalan lancar tanpa harus ragu apakah menu yang kita santap halal atau tidak, langsung saja datang ke Usman Thai Muslim Food di Sukhumvit Road soi 22 (BTS Phrom Phong). Pak Usman, sang pemilik, yang berasal dari Thailand Selatan dan pandai berbahasa Melayu/Indonesia kerap turun melayani pengunjung dan menyapa dengan ramah.

Asiatique The Riverfront
Sisa waktu sore hari bisa digunakan untuk beristirahat sejenak di hotel sebelum bersiap-siap untuk menikmati matahari terbenam di tepi sungai Chao Phraya dilanjutkan dengan mengeksplorasi pasar malam ter-hits di Bangkok saat ini yang buka dari jam 17.00 - 00.00. Toko-toko di Asiatique banyak menjual aneka kerajinan tangan yang menarik dari berbagai daerah di Thailand. Beraneka jajanan menggiurkan dan tempat makan juga tersedia disini, mengundang untuk dicicipi.

HARI 3:
Menjelajah Pasar Tradisional Klong Toey
Salah satu pasar terbesar di kota Bangkok yang buka selama 24 jam ini menawarkan banyak pemandangan menarik. Seperti umumnya pasar tradisional, tentu saja ada becek di beberapa bagian. Namun, apa yang ditemui di pasar Klong Toey terlalu sayang untuk dilewatkan. Mulai dari penjual makanan ringan sejenis crepe yang begitu cepat dan terampil membuat adonan tepung menjadi lembaran super tipis, aneka buah-buahan segar yang menggiurkan, sampai penjual serangga, kodok, kura-kura kecil, dan binatang aneh lainnya. Usahakan untuk datang pagi-pagi ke pasar tradisional ini agar bisa kembali dulu ke hotel, mandi, sarapan, sebelum pergi lagi ke tujuan berikutnya.

Ancient Siam
Mirip TMII, begitu kesan kami ketika datang ke Ancient Siam ini, miniatur bangunan khas dari seluruh daerah di Thailand bisa dilihat disana. Kompleksnya yang hijau bisa dijelajahi dengan naik sepeda atau menumpang golf cart. Banyak sudutnya yang sangat fotogenik untuk dijadikan latar belakang foto liburan.

Menikmati Panorama Bangkok dari Vertigo and Moon Bar, Banyan Tree Bangkok
Sebenarnya ada beberapa tempat lain untuk melihat pemandangan Bangkok dari ketinggian, tapi belum pernah kami sambangi, kecuali Vertigo. Pengunjung yang datang harus berpakaian sopan, tidak bersandal jepit dan bercelana pendek, itu aturan tertulis di pintu masuk bar yang terletak di lantai 61 bangunan hotel mewah Banyan Tree di daerah Sathorn ini. Dibuka sejak jam 5 sore, biasanya kami hanya memesan minuman ringan serupa mocktail atau fruit punch sambil menikmati pemandangan semburat matahari sore di langit Bangkok yang indah. Setelahnya, baru mencari makan malam di tempat lain dengan harga yang ramah di dompet :).

Menikmati matahari terbenam dari Moon Bar

Kalau kebetulan datang ke Bangkok pada saat akhir pekan, mengunjungi pasar terbesar di Asia Tenggara, Chatuchak Weekend Market juga bisa menjadi pilihan untuk didatangi dari pagi sampai sore, saking besarnya. Bagaimana? Tertarik mengunjungi Bangkok dengan agenda versi saya? :)