Saturday, 10 August 2019

NEW HOME

As this blog will no longer be updated, please visit www.jollyrambler.wordpress.com for more recent stories, thank you. Hope to see you there!

Wednesday, 3 April 2019

Menelusuri Normandia

Terik matahari musim panas yang menyengat di Perancis selalu menjadi tantangan, meski untuk seorang manusia tropis seperti saya. Tapi Normandia terlalu istimewa untuk dilewatkan, sehingga hawa panas dan padatnya lalu-lintas yang biasa terjadi menuju daerah-daerah pantai pada liburan musim panas, kami lalui demi menginjakkan kaki di tanah yang kaya legenda ini. Normandia terkenal dengan bentang alam pedesaan dan lansekap tebing berbingkai aneka formasi batuan yang unik. Pantai berpasir putih, panorama tebing yang menakjubkan, desa nelayan yang cantik, kota pelabuhan yang rupawan, monumen bersejarah, hingga kasino kelas dunia ada disini.

Awal mulanya, wilayah Normandia ditaklukkan oleh bangsa Viking yang berasal dari Denmark dan Norwegia pada abad kesepuluh. Oleh karena itu “Northmen” yang merujuk pada bangsa Viking, menjadi akar kata nama daerah di sebelah barat laut Perancis ini.  Di abad kesebelas, tepatnya pada tahun 1066 setelah pertempuran Hastings di daratan Inggris, William sang Penakluk berhasil menaklukkan Inggris dan menjadi raja Inggris pertama yang berasal dari Normandia, berkuasa antara tahun 1066 hingga 1087. Wilayah Normandia secara bergantian dikuasai Inggris dan Perancis karena sempat berada dalam kekuasaan Inggris selama perang 100 tahun antara tahun 1345-1360 dan antara tahun 1415-1450. Saat ini, Normandia merupakan salah satu dari tigabelas wilayah administratif di Perancis.

Tujuan utama perjalanan kali ini tentunya adalah wisata alam paling terkenal di Normandia, yaitu tebing batu kapur putih berbentuk unik di Etretat. Persinggahan selanjutnya adalah kota kasino yang juga merupakan tempat diselenggarakannya pacuan kuda bergengsi Deauville dan kota pelabuhan Honfleur yang menawan. Sayang, karena udara panas yang begitu menyengat, kami hanya berkeliling kota Deauville dan cukup menikmati kecantikannya dari balik jendela mobil. 

Kisah di Balik Keindahan Tebing Etretat

Kota kecil Etretat memikat wisatawan dengan pemandangan barisan bukit batu kapur berselimut rumput hijau di sepanjang garis pantainya. Etretat merupakan tempat yang sangat terkenal di Perancis, dengan bentuk-bentuk tebingnya yang menakjubkan, berdiri kokoh di tepi Selat Inggris. Ditemani sorot matahari sore yang ramah, rasa lelah meniti ratusan anak tangga yang landai menuju puncak bukit lenyap seketika begitu menyaksikan keindahan tebing Porte D’Aval, melengkung alami menjorok ke laut. Hamparan padang Golf d’Etretat nan apik di sisi kiri dan panorama laut lepas di sisi kanan mengapit satu-satunya jalan setapak yang harus dilalui. Di dekatnya, L’Aiguille Creuse, bongkahan batu setinggi limapuluh meter dengan bentuk mengerucut berdiri menjulang. Di sisi lain, terdapat tiga bongkah batuan raksasa dengan jembatan kecil terhubung ke salah satu bongkahannya, dikenal dengan La Chambre des Demoiselles. Seolah belum cukup mencengangkan, nun di kejauhan, kontras dengan laut berwarna hijau kebiruan dan hamparan rumput hijau yang mengapitnya, tampak dinding batu kapur berwarna putih lengkap dengan bongkahan batu raksasa berbentuk huruf U terbalik, dikenal dengan nama Porte D’Amont. Sebuah bangunan gereja kuno Notre Dame de la Garde berdiri di atas bukit menambah kesan magis lukisan alam Etretat ini.
  
Panorama tebing Etretat begitu mengagumkan, sehingga pelukis Claude Monet, Auguste Renoir, dan Gustave Courbet bisa menuangkannya ke dalam puluhan kanvas. Salah satu yang terkenal dan dipamerkan di Musee d’Orsay di Paris adalah hasil karya Claude Monet berjudul Etretat, The Cliff, reflections on water, yang dilukis pada tahun 1885. Etretat menjadi inspirasi para seniman dalam menelurkan karya, termasuk diantaranya penulis Maurice Leblanc yang menciptakan tokoh pencuri legendaris Arsène Lupin. Dalam salah satu seri novelnya berjudul l’Aiguille Creuse yang terbit pada awal abad 20, diceritakan bahwa konon di dalam bongkahan batu raksasa tersebut tersimpan harta karun para raja Perancis. Boleh percaya boleh tidak dengan imajinasi Leblanc, tapi begitu berada disini, tidak dapat disangkal, Etretat memberikan kesan magis. Ditambah lagi, dalam kenyataan, pada tahun 1927, pesawat Oiseau Blanc yang mempunyai misi menyeberangi Samudera Atlantik terakhir kali terlihat terbang melintasi Etretat sebelum akhirnya menghilang tanpa jejak dan tidak pernah ditemukan. 





Ternyata, Etretat juga mempunyai legenda yang populer di kalangan penduduk setempat, yaitu tentang kisah tiga gadis muda kakak beradik putri seorang saudagar yang dikejar-kejar bangsawan licik. Karena merasa terganggu, ketiga gadis ini memutuskan untuk bersembunyi dari kejaran sang bangsawan dan keluar berjalan-jalan di bukit di sekitar tebing hanya pada malam hari di bawah cahaya bulan. Berita ini tersebar ke seantero desa hingga terdengar ke telinga sang bangsawan yang kemudian bermaksud membuntuti ketiga gadis tersebut pada suatu malam. Ketiga gadis yang kaget bukan kepalang berlari ketakutan dan berhasil bersembunyi di dalam salah satu bongkahan batu, namun kemudian mereka terjebak di dalam karena satu-satunya pintu keluar tertutup reruntuhan batuan. Konon, ketiga gadis itu menghilang secara misterius. Ketiga bongkahan batu itu kemudian dinamai La Chambre des Demoiselles untuk mengenang kisah tentang ketiga gadis muda tersebut. Ditemani semilir angin pantai sore itu, saya menanti matahari terbenam dengan potongan kisah legenda memenuhi benak.

Deauville yang Berkilau


Berjarak satu jam berkendara dari Etretat menuju ke selatan, terdapat Deauville, kota pantai mewah yang menjadi daya pikat bagi banyak orang untuk melewatkan liburan musim panas. Tidak perlu jauh-jauh ke daerah selatan untuk berburu pantai dan sinar matahari, Deauville dinobatkan menjadi Parisian riviera karena lokasinya yang hanya berjarak 2,5 jam berkendara dari ibukota Paris. Kesinilah para pesohor dunia serta orang-orang kaya Paris dan sekitarnya datang untuk menghadiri festival film internasional, menonton lomba pacuan kuda, mengadu peruntungan di meja kasino, ataupun hanya sekedar berlibur sambil berburu sinar matahari. Bukan pemandangan aneh jika mayoritas kendaraan yang berseliweran di jalanan kota Deauville mempunyai plat nomor kota Paris dan sekitarnya.

Wajah kota Deauville langsung mencuri perhatian saya pada kunjungan pertama. Kesan Deauville sebagai kota kaya segera terasa. Di setiap sudut kota, bangunan villa dan rumah-rumah pribadi yang indah dan mewah berdiri megah seolah memamerkan keistimewaannya masing-masing. Meski gaya arsitekturnya lazim ditemui di daerah Normandia, tidak ada satu bangunanpun yang memiliki kesamaan detil, semuanya unik. Hotel-hotel mewah, kasino, dan vila berserakan hampir di setiap persimpangan jalan. Stasiun kereta api Trouville – Deauville yang bergaya Art Deco, hotel legendaris Hôtel Barrière le Normandy, dan Hôtel de Ville atau Balai Kota adalah sedikit diantara bangunan ikonik kota ini.  














Jika kota seperti Deauville dirancang sedemikian rupa sebagai kota liburan kalangan kaya Perancis, sayapun bertanya-tanya dimanakah orang-orang yang menggantungkan hidup dari roda ekonomi Deauville tinggal? Nah, berjarak sekitar dua kilometer dari Deauville, kota pendukung Trouville tampak jauh lebih bersahaja dan nyata dibanding kota tetangganya yang bak negeri mimpi. Namun, ternyata di balik gemerlapnya Deauville, ia juga menyimpan kisah kelam. Puluhan tahun lampau, tepatnya tahun 1936, Deauville sempat menjadi tempat penyelenggaraan balap mobil bergengsi Grand Prix untuk pertama sekaligus terakhir kali, akibat terjadinya tragedi kecelakaan fatal selama perlombaan dan mengakibatkan pihak penyelenggara juga merugi. Meski begitu, reputasinya sebagai tuan rumah penyelenggara festival film Deauville dan lomba pacuan kuda bertaraf internasional tetap bertahan hingga saat ini.  

Petualangan di tanah Normandia ini ditutup dengan kunjungan ke Honfleur. Sebagai keluarga pejalan yang kemanapun pergi selalu membawa bocah-bocah cilik, hiburan untuk anak-anak pastinya tidak terlupakan. Berbalut udara panas di siang hari yang terik, kehadiran komidi putar di depan kantor walikota tentunya segera menarik perhatian si sulung. Sementara saya sendiri cukup puas menikmati panorama kota pelabuhan Honfleur yang ikonik. 





Sunday, 31 March 2019

Tahun Baru Tempat Baru

Namaste!

Tiga bulan sudah kami tinggal di negara atap dunia, Nepal. Ya, sejak akhir Desember 2018 lalu kami resmi meninggalkan Bangkok, Thailand yang sudah menjadi rumah selama 7 tahun. Banyak sekali kenangan di ibukota negeri gajah putih tersebut, apalagi Bangkok adalah saksi membesarnya keluarga kami, dari dua menjadi lima. Semua kenangan manis di Bangkok kami bungkus dan simpan baik-baik, dan selanjutnya mengepak koper untuk melanjutkan kehidupan di tempat baru. Keputusan pindah ke Nepal terjadi pada pertengahan tahun lalu, saat kami sedang berlibur di tengah indahnya alam Perigord. Jeda waktu yang singkat untuk membuat keputusan, ditambah minim akses internet saat itu (namanya juga lagi liburan) membuat kami hanya bisa mengucap "Bismillah" dan berharap bahwa keputusan ini adalah yang terbaik dan Insya Allah membawa berkah untuk kami sekeluarga.

Alhamdulillah, selama tiga bulan ini begitu banyak hal yang kami syukuri, dan kami sekeluarga betah tinggal di Nepal. Mulai dari keberuntungan memperoleh rumah tinggal idaman yang baru saja selesai dibangun, drama pemanas tidak jalan pada malam pertama kami tidur di rumah baru (kami datang saat musim dingin, dimana suhu malam hari bisa mencapai 4-5 derajat), debu yang kuantitasnya mencengangkan, anak-anak yang senang di sekolah barunya, hingga kemudahan mendapatkan asisten rumah tangga yang terpercaya, plus langit biru yang menaungi hampir setiap hari, berbonus pemandangan gunung es nan menakjubkan di kejauhan bila cuaca mendukung.

Kami tinggal di wilayah Lalitpur (dulunya dikenal juga dengan nama Patan), kota terbesar ketiga setelah Kathmandu dan Pokhara, yang terletak di lembah Kathmandu. Berada di ketinggian diatas 1,500 meter di atas permukaan laut, musim dingin di Nepal tentunya berbeda dengan musim dingin di negara-negara pada ketinggian yang lebih rendah. Tidak heran, minggu-minggu awal kulit tangan saya sampai luka berdarah saking keringnya, padahal sudah diolesi krim pelembab khusus untuk musim dingin.

Pemandangan dari jendela kamar 
Pemandangan dari loteng
Kalau di Bangkok, sejauh mata memandang, yang terlihat adalah gedung-gedung, kalau di Patan, sejauh mata memandang, rangkaian pegunungan yang terlihat. Semenjak pindah kesini, selera gambar si sulungpun bertambah menjadi rangkaian pegunungan es. Jadi jangan heran kalau hasil karya terbarunya adalah lukisan menara Eiffel dengan latar belakang Mt. Everest, yang menurut pembuatnya adalah karya kreatif, sesuai imajinasi :). Akhir kata, postingan ini ditutup sesuai dengan perasaan saya setiap kali melihat keindahan rangkaian pegunungan es yang menjulang tinggi di balik jendela kamar.

"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (QS. 17:37)

Berburu Makanan Halal di Bangkok

Bangkok adalah destinasi wisata populer yang sudah mendunia, tidak terkecuali bagi pejalan Muslim. Meski mayoritas penduduknya adalah pemeluk Buddha, ibukota Thailand ini sangat akomodatif terhadap pejalan Muslim, terutama dalam hal memperoleh makanan halal. Menetap di Bangkok selama hampir lima tahun membuat pengetahuan saya tentang tempat-tempat makan halal disini semakin bertambah. Nah, ingin tahu dimana saja tempat makan enak sekaligus halal dan terjangkau, yang wajib disambangi di Bangkok?

Sebagai salah satu kebutuhan dasar, urusan makan sudah tentu selalu mengikuti kemanapun kita pergi. Untuk komunitas Muslim yang bepergian, biasanya tantangan akan muncul ketika harus berburu makanan halal. Di Bangkok, ibukota Thailand yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, ternyata mencari tempat makan halal tidak sesulit yang dibayangkan. Mulai dari warung kaki lima, pasar, sampai di pusat perbelanjaan, kedai makanan yang telah mendapat sertifikasi halal dari The Central Islamic Council of Thailand hampir dipastikan dapat ditemukan. Ada pula restoran-restoran besar dan restoran hotel yang bersertifikasi halal atau setidaknya menyajikan menu halal. Utamanya di sekitar kawasan tempat tinggal masyarakat muslim Thai di Charoen Krung, Ramkhamhaeng, Phetchaburi, dan Phaya Thai, aneka pilihan makanan khas Thai dan cemilan yang tersaji di kedai pinggir jalan sungguh menggoda untuk dicicipi.  

Kedai Makanan Halal sepanjang soi 7 Phetchaburi Road
Mudah dicapai dengan skytrain atau BTS, alat transportasi massal di Bangkok, Phetchaburi soi 7 terletak tidak jauh dari stasiun BTS Ratchathewi (Terletak di jalur Sukhumvit Line dengan pintu keluar No. 3). Phetchaburi soi 7 (soi berarti gang dalam bahasa Thai) yang merupakan tempat tinggal komunitas Muslim Thai dari Thailand Selatan adalah surganya makanan kaki lima halal sejak pagi  hingga malam hari. Disambut kedai kopi dan roti bakar di mulut gang yang berseberangan dengan Masjid Darul Amman, salah satu masjid historis di Bangkok, deretan penjual makanan seolah tidak ada habisnya. Aneka roti dan kudapan ringan, bubur ayam, nasi dengan aneka lauk berbumbu disajikan mirip nasi rames, bakso bakar dicocol saus, sosis, pangsit goreng, susu jagung, hingga teh susu khas Thai (cha yen) siap memanjakan lidah. Untuk urusan makanan, masyarakat Thai mempunyai tradisi yang kurang lebih sama dengan masyarakat Indonesia, yaitu gemar makan “besar” pada pagi hari, artinya menu nasi, bihun, atau mie lengkap dengan lauk pauknya lumrah disantap pada saat sarapan.

Farida Fatornee
Di tepi jalan utama Phetchaburi, mendekat ke arah stasiun BTS Ratchathewi, terdapat warung makan halal populer, yaitu Farida Fatornee. Lauk pauk dan sayur yang disajikan hari itu dapat dipesan setelah membaca buku menu yang ditawarkan atau cukup dilirik dari balik etalase kaca di depan warung, dipilih sesuai selera untuk dinikmati di tempat atau dibawa pulang. Sup ayam, salad Thai, tom yum, gulai kepala ikan, dan kambing goreng adalah beberapa menu rumahan yang menjadi andalan warung makan ini, dengan rasa yang dapat diterima oleh lidah Indonesia. Buka setiap hari mulai pukul 10.00 pagi hingga 21.00 malam, sempatkan mampir bersantap disini setelah berbelanja dari Platinum Fashion Mall atau Pasar Pratunam yang juga terletak di ruas jalan Phetchaburi.

Usman Thai Restaurant
Restoran milik pak Usman yang letaknya agak tersembunyi di salah satu sub-soi di Sukhumvit soi 22 ini adalah salah satu favorit warga Indonesia yang bermukim di Bangkok. Grilled beef salad, sup buntut, spicy seafood salad with glass noodle, ikan kukus maupun ikan goreng dengan siraman saus istimewa, dan tentunya sup tom yum dijamin akan membuat kita terkenang-kenang lezatnya. Usai bersantap, pengunjung juga dapat membeli bumbu jadi tom yum untuk dibawa pulang. Jangan kaget apabila pak Usman langsung yang turun tangan melayani sambil menyapa ramah tamu dalam bahasa Melayu karena beliau berasal dari daerah Thailand Selatan.

Restoran ini bisa dicapai dengan menumpang taksi langsung menuju soi 22 dimana restoran terletak di jalan buntu sebelah kiri jalan utama setelah hotel Imperial Queen’s Park, atau naik skytrain dan turun di stasiun Phrom Phong dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju soi 22 selama kurang lebih 15 menit sampai tujuan.
Foto: www.bestofhalal.net
Pujasera Pusat Pertokoan di Bangkok
Mengakomodasi umat Muslim yang sedang berlibur maupun yang tinggal di Bangkok, hampir dipastikan selalu ada tempat makan halal di pusat perbelanjaan ternama, seperti Central Chitlom, Siam Paragon, dan MBK Center. Di Foodloft di Central Chitlom terdapat gerai makanan India yang berlabel halal, di Paragon Food Hall pusat pertokoan Siam Paragon terdapat kios nasi kuning ayam halal. The Fifth Avenue di pusat pertokoan MBK menyajikan banyak pilihan makanan dari kedai-kedai berlabel halal mulai dari menu Indonesia, India, Thai, hingga Jepang.

Home Cuisine Islamic Restaurant

Nasi Biryani yang lezat (Foto: www.bestofhalal.net)
Mutton curry Home Cuisine (Foto:www.bestofhalal.net)
Bagi pejalan yang sedang menjelajahi kawasan kota lama Bangkok, jika perut sudah menuntut diperhatikan, berbeloklah ke jalan Charoen Krung. Di Charoen Krung terdapat komunitas muslim Thai dan beberapa tempat makan halal yang wajib dicoba, salah satunya adalah Home Cuisine Islamic Restaurant. Berlokasi tepat di seberang kedutaan besar Republik Perancis, restoran bernuansa hijau yang menyajikan menu India dan Thai ini tidak sulit ditemukan. Selain halal, Home Cuisine juga mengklaim masakan rumahannya bebas MSG dan bahan kimia lainnya. Cobalah menu andalan restoran ini yaitu nasi biryani ayam. Selain itu ikan goreng saus pedas yang cocok disantap dengan nasi hangat bisa menjadi uji nyali bagi penggemar cita rasa pedas. Buka setiap hari Senin hingga Sabtu mulai pukul 11.00 – 22.00 dan Minggu mulai pukul 18.00 – 22.00, cara ternyaman mencapai restoran ini adalah dengan menumpang taksi langsung menuju Thanon Charoen Krung soi 36 dan berhenti di seberang bangunan kedutaan besar Perancis.

Sinthorn Steak House
Kawasan Ramkhamhaeng adalah salah satu kawasan dimana komunitas Muslim terbesar di Bangkok tinggal. Disanalah restoran-restoran halal, Islamic Center, dan beberapa masjid besar terletak. Salah satu restoran besar yang terkenal adalah Sinthorn Steak House. Dengan menu steak a la Amerika dan Eropa sebagai sajian utamanya, restoran ini juga menawarkan aneka hidangan Thai, Cina, Italia, dan Arab dalam daftar menunya. Setiap sorenya mulai pukul 17.00 hingga 23.00 juga tersedia buffet daging panggang ala Korea dan sari laut Sinthorn yang tidak boleh dilewatkan. Di samping gerbang kompleks restoran yang berlokasi di antara soi 85 dan soi 87 Ramkamhaeng Road, terdapat toko serba ada yang menjual beragam produk halal dan olahan daging halal seperti sosis, ham, bakso, nugget, dan lain sebagainya. Cara termudah mencapai restoran ini adalah dengan menumpang taksi dengan ongkos kurang lebih THB 120-130 dari area Sukhumvit.
Supermarket di Sinthorn yang menjual aneka olahan daging halal
Tenderloin Steak dari Sinthorn Steak House
 Yana Restaurant Thai and International Halal Food
Popularitas restoran Yana di kalangan pejalan muslim yang berwisata ke Bangkok sudah tidak diragukan lagi. Berlokasi di lantai 5 pusat perbelanjaan MBK Center yang hampir pasti menjadi tujuan wajib para pejalan ketika berada di Bangkok, aneka menu khas Thai dan Internasional yang ditawarkan juga sudah terbukti kelezatannya. Jangan lewatkan sup tom yum, ikan goreng bersaus, atau tumis bakso sambal terasinya yang cocok bersanding dengan sepiring nasi putih hangat. Kalau penasaran dengan menu lain di restoran ini, silakan intip dan nikmati penampakannya di www.yanarestaurant.com sebelum Anda datang dan mencobanya sendiri. Pusat perbelanjaan MBK sendiri langsung terhubung dengan stasiun BTS terminal National Stadium. Sungguh pilihan tempat makan yang nyaman, bukan?

Phayathai Kitchen Halal Restaurant
Meski mungil, tampaknya Phayathai Kitchen tidak pernah kekurangan pengunjung. Variasi makanan yang lezat, pelayanan yang efisien, serta harga yang sangat bersahabat menjadi alasan di balik fakta tersebut. Menemukan restoran mungil ini terbilang mudah. Dari mulut soi 7 Phetchaburi Road, ambil jalan lurus sampai bertemu pertigaan, kemudian belok kiri, Phayathai Kitchen, ada di sebelah kiri jalan. Buka setiap hari mulai pukul 11.00 hingga 22.00, restoran ini menawarkan menu internasional seperti pizza, pasta, dan burger di samping menu khas Thai yang selalu berhasil menggugah selera makan. Lupakan sejenak program diet untuk mencicipi dengkul ayam gorengnya yang renyah dan gurih. Di restoran ini juga terdapat menu yang umumnya dijual di kaki lima, apalagi kalau bukan nasi ketan putih ditemani ayam panggang/goreng yang biasa dimakan dengan tangan, favorit anak-anak tentunya.
Foto: Phayathai Kitchen Facebook Page
Al-Hussain Restaurant
Mengusung menu Timur Tengah dan India, restoran Al- Hussain yang berlokasi di kawasan Nana, tepatnya di Sukhumvit soi 3/1 sangat populer dan mempunyai jam buka yang panjang, mulai dari pukul 6 pagi hingga 3 dini hari. Nana adalah kawasan populer untuk para wisatawan dari Timur Tengah, sehingga restoran-restoran disana umumnya mengusung menu Timur Tengah, mulai dari Iraq, Persia, Lebanon, hingga Mesir. Restoran Al-Hussain sendiri menawarkan menu India dan Bangladesh dengan pilihan menu Thai yang relatif terbatas, namun daya tarik restoran ini ada pada dhal, paratha, naan, mutton biryani, mutton/beef masala, dan kari kambing yang wajib dicicipi. Istimewanya lagi, setiap hari selama bulan Ramadhan, Al-Hussain menyediakan setampah besar menu untuk sahur dan berbuka puasa, lengkap dari mulai ta’jil, nasi biryani, dan buah-buahan untuk disantap bersama-sama bagi siapapun yang datang ke restorannya secara gratis.

Tips Menikmati Kuliner Thailand
Secara umum, masakan Thailand selalu dibubuhi beragam bumbu dapur dan dedaunan yang membuatnya kaya citarasa. Jika selama ini menu Thai yang populer di luar Thailand sebatas sup tom yum goong, pad Thai, som tam atau salad apaya muda, massaman curry, green curry, atau nasi goreng Thailand, kini saatnya Anda menikmati pilihan menu khas Thai yang tak kalah sedap seperti stir-fried chicken cashew nut, grilled beef salad, seafood salad with glass noodle, tom kha gai atau sup ayam, hingga ikan goreng dengan pilihan saus istimewa. Satu hal yang perlu diingat, orang Thai adalah penyuka cabai sehingga ada banyak pilihan menu bercitarasa pedas. Oleh karena itu, bagi yang tidak bisa menyantap makanan pedas, pastikan pelayan mencatat menu pesanan Anda dengan menggarisbawahi informasi tambahan mai pet yang berarti tidak pedas sama sekali.   

Selamat berlibur dan berwisata kuliner di Bangkok!

---------------------------------


Farida Fatornee
497/5 Phetchaburi Rd, Thung Phaya Thai, Ratchathewi, Bangkok 10400 (BTS Ratchathewi exit 3)

Usman Thai Restaurant

259/9 Sukhumvit Rd soi 22, Khlong Tan, Khlong Toei, Bangkok 10110 (BTS Phrom Phong exit 6)

FoodLoft
7th fl, Central Chidlom, 1027 Phloen Chit Rd, Lumphini, Pathum Wan, Bangkok 10330 (BTS Chit Lom exit 5)

Paragon Food Hall
G Floor, Siam Paragon, 991/1 Rama I Rd, Bangkok 10330 (BTS Siam exit 5)

The Fifth Avenue

5th Floor, Zone A , Tokyu Department Store, MBK Center, 444 Phayathai Rd., Bangkok (BTS National Stadium exit 4)

Home Cuisine Islamic Restaurant

186 Charoen Krung 36, Bangrak District, Bangkok 10500

Sinthorn Steak House
3331/2 Ramkhamhaeng Rd. Huamark, Bangkok

Yana Restaurant Thai and International Halal Food
5A-05, Zone A, Tokyu Department Store, MBK Center, 444 Phayathai Rd, Pathum Wan, Bangkok 10330 (BTS National Stadium exit 4)

Phayathai Kitchen Halal Restaurant

63, 68 Phetchaburi 7 Alley, Thung Phaya Thai, Ratchathewi, Bangkok 10400 (BTS Ratchathewi exit 3)

Al-Hussain Restaurant
Soi Sukhumvit 3/1, Khlong Toei Nuea, Bangkok 10110 (BTS Nana exit 2)