Monday, 3 October 2016

Terdampar di Luxembourg

Awalnya, perjalanan kami selama dua malam di Luxembourg direncanakan berkisar di area pedesaannya dekat tempat kami akan menginap, yaitu Larochette-Medernach. Apa daya, pada malam ketibaan kami disana, Luxembourg diguyur hujan es yang memaksa kami berhenti di pinggir jalan. Ketika hujan mereda dan kami bermaksud meneruskan perjalanan, kami baru sadar kalau telah terjadi banjir besar, bahkan di mulut jalan menuju Larochette-Medernach ada sebuah mobil yang terendam sementara pemiliknya sedang menunggu bantuan datang. Beruntung, malam itu, ada akses wi-fi milik orang baik hati yang memungkinkan kami membatalkan akomodasi di Larochette-Medernach dan kemudian mencari akomodasi lain yang terletak di daerah bebas banjir. Akhirnya, setelah hampir empat jam berada dalam ketidakpastian, kami bisa melanjutkan perjalanan ke kota Luxembourg dan tiba di hotel larut malam di bawah hujan rintik-rintik.  

Keesokan harinya, dengan mempertimbangkan cuaca di Luxembourg yang kurang bersahabat, akhirnya kami memperpendek waktu kunjungan dan langsung kembali ke Perancis pada hari yang sama. Waktu yang hanya setengah hari kami gunakan untuk berkeliling pusat kota saja.

Negara seluas 2,587 kilometer persegi ini terbagi menjadi lima wilayah, yaitu Les Ardennes et leurs Parc Naturels (berbatasan dengan Belgia dan Jerman), Luxembourg, la Capitale et ses environs (berbatasan dengan Belgia), Region Mullerthal, Petite Suisse Luxembourgeoise (termasuk di dalamnya Larochette, tujuan awal kami). La Moselle (masuk kawasan Schengen yang berbatasan dengan Perancis dan Jerman), serta Les Terres Rouges (berbatasan dengan Belgia). 

Pusat kota di akhir pekan cukup ramai, mulai dari kursi di restoran/kafe yang penuh terisi, pasar akhir pekan, hingga pertunjukan kelompok musisi mempertontonkan keahlian mereka. Pusat kota umumnya dipenuhi deretan toko-toko mahal dan restoran chic dengan pengunjung yang tak kalah chic-nya. Tempat tinggal keluarga kerajaan Luxembourg juga terdapat di pusat kota, yaitu Grand Ducal Palace, istana bergaya Renaissance dari abad ke 16 yang dibuka untuk umum selama musim panas ketika keluarga kerajaan pergi berlibur. Selain itu, ada pemutaran film yang dilakukan di salah satu bagian istana. Menarik ya? tempat tinggal keluarga kerajaan juga bisa difungsikan sebagai ruang publik. Apalagi mengingat lokasinya yang terletak di jantung kota Luxembourg, dimata saya istana ini berbeda dengan istana tempat tinggal keluarga kerajaan yang umumnya berpenjagaan ketat dengan daerah steril beberapa ratus meter jauhnya.

Yang juga mengesankan untuk saya selama berada di Luxembourg adalah pasar barang bekas yang menjual koleksi barang vintage yang tentu saja harganya jauh dari kata murah. Mulai dari lemari antik, peralatan makan terbuat dari perak dan kristal, hingga piring-piring cantik yang saya bayangkan dipakai di meja makan para bangsawan jaman dahulu ada di pasar ini.
 
Tiga gadis muda yang mempertontonkan keahlian mereka bermusik
Sayur-mayur di pasar akhir pekan


Takjub dengan bawang putihnya yang berukuran raksasa

Grand Ducal Palace yang terletak di pusat kota
Pintu masuk istana Grand Ducal

 

Surganya penggemar produk Villeroy & Boch...jadi bermimpi punya rumah sendiri :)



Kelompok musisi lain yang sedang unjuk keahlian

Keramaian di pasar akhir pekan

Cantik-cantik...dan tentu saja mahal!!!

Bersepeda asyik keliling pusat kota
Jauh-jauh ke Luxembourg, ketemunya sama gajah lagi, gajah lagi :p
Ternyata ada juga kabel listrik melambai-lambai di pusat kota Luxembourg :)

No comments:

Post a Comment