Monday, 27 May 2013

Banana oatmeal teething cookies

Dari beberapa produk biskuit bayi yang pernah saya coba, hanya satu yang lolos seleksi, yaitu banana milk rusks-nya Rafferty's Garden. Kenapa saya suka teething biscuit ini? karena rasanya yang nyaris tawar dibandingkan dengan beberapa biskuit lain yang pernah saya cicipi dan tidak berantakan apabila dimakan bayi. Setelah kehabisan stok dan tidak juga menemukan stok baru karena ternyata produk ini tidak dijual di Bangkok, saya coba buat kue sendiri dengan resep ibu Ratih Wulansari dari grup Homemade Healthy Baby Food, yaitu banana oatmeal cookies.

Bahan:
2 buah pisang matang (Cavendish/Sunpride)
50 gr unsalted butter
70 gr oatmeal (resep asli 100 gr)
3 sdm tepung beras (karena tidak punya cukup oatmeal dan resep asli hasilnya relatif lembek, jadi saya tambahkan tepung beras).

Cara membuat:
Semua bahan dicampur dan diaduk. Cetak sesuai selera dan panggang sampai berwarna kecoklatan.
Gampang membuatnya dan yang pasti, enaakkk.

Tuesday, 7 May 2013

Bandungku sayang Bandungku malang

Duapuluh lima tahun yang lalu, saya masih ingat betapa indah dan bersihnya Bandung si kota Kembang yang langganan memperoleh penghargaan Adipura sebagai kota terbersih di Indonesia.
Tujuh belas tahun yang lalu, saya masih bisa merasakan dinginnya udara kota Bandung dan seringkali ketika pergi sekolah, kabut tipis masih nampak di perjalanan. Saya juga masih bisa menyaksikan bangunan Art Deco yang banyak terdapat di Bandung. Begitu cintanya saya dengan kota ini sampai-sampai tidak terbayangkan kalau suatu hari harus meninggalkan Bandung dan hidup di kota lain.
Sepuluh tahun yang lalu, saya tidak pernah membayangkan bisa bertahan hidup di ibukota yang terlihat keras dibandingkan dengan kehidupan di kota kelahiran saya yang begitu bersahabat di mata saya waktu itu.
Delapan tahun yang lalu, saya menyaksikan Bandung menjadi kota sampah, ditambah premanisme dimana-mana, pedagang kakilima dan lalu lintas yang semrawut.
Lima tahun yang lalu, kawasan historis Braga sudah memudar pesonanya dengan kondisi jalan yang buruk, pedagang kakilima dan anak jalanan semakin merajalela, bangunan-bangunan bersejarah sudah berganti façade dan fungsi, dan kabut di pagi hari sudah hilang entah sejak kapan.
Tiga tahun yang lalu, saat teromantis dalam hidup saya terjadi di Bandung. Berbeda dengan kebanyakan orang yang punya memori indah dan romantis dengan seseorang atau bahkan bertemu jodoh di kota ini, saya tidak sekalipun mempunyai pengalaman serupa selama menjalani masa muda di Bandung, mungkin karena saat itu saya tidak bersama orang yang tepat :p.
Bulan lalu, banyak tempat di kota ini mengalami banjir, lalu lintas yang semakin padat karena meningkatnya volume kendaraan tanpa diikuti penambahan kapasitas ruas jalan, lubang-lubang besar menganga di banyak ruas jalan (mungkin satu-satunya ruas jalan yang mulus dari ujung ke ujung hanya jl. Asia Afrika yang merupakan jalan lintas propinsi) dan sangat membahayakan terutama pada musim hujan, premanisme, anak jalanan, dan PKL yang semakin tidak terkendali, dan kotor!
Bandungku tercinta, riwayatmu kini menyedihkan :( :(
*berharap pengelola kota dari pemerintahan yang akan terpilih dalam waktu dekat dapat membenahi warisan kekacauan dan kerusakan yang dibuat oleh pemerintahan sebelumnya*

Wednesday, 1 May 2013

Koper Oh Koper...

Pernah mengalami kehilangan koper dalam perjalanan? Meskipun kejadiannya tidak sering-sering (dan mudah-mudahan jangan), urusan kehilangan koper ini pastinya sukses bikin deg-degan :(.

Minggu lalu, si suami baru saja kehilangan kopernya dalam perjalanan dari Jakarta ke Yangon. Rupanya sewaktu check-in bagasi di bandara Soekarno-Hatta, petugas salah memasukkan rute perjalanan, yang seharusnya dari Jakarta dikirim ke Yangon via Bangkok, menjadi Jakarta - Bangkok dan Yangon - Bangkok dengan selang waktu 1 minggu..bagaimana ceritanya si koper bisa dikirim dari Yangon ke Bangkok tanpa pernah sampai di Yangon sebelumnya??? Setelah dicek, rupanya koper tertahan di Bangkok dan dijanjikan akan dikirim dengan pesawat berikutnya, namun dari suami tiba di Yangon hari minggu malam, si koper tak jua muncul sampai akhirnya menampakkan diri hari selasa siang :(..

Peristiwa lain terjadi ketika kami masih tinggal di Pasifik. Suatu hari, suami ikut pelatihan di Bangkok dan kemudian dilanjutkan dengan tugas ke Noumea. Dalam perjalanan pulang dari Bangkok menuju Noumea, ternyata kopernya tertinggal di Sydney. Kebetulan pada saat yang sama saya sedang berada di Noumea dalam rangka memperpanjang paspor. Meskipun sudah melapor sejak awal kedatangan, namun entah mengapa, proses pengiriman koper dari Sydney ke Noumea terus menerus ditunda meskipun staf yang kami hubungi di bandara mengatakan koper akan dikirim segera dengan pesawat berikutnya. Alhasil, sampai suami kembali lebih dulu ke Port Vila tiga hari kemudian, koper hilang tersebut belum kami terima. Setelah berulang kali menghubungi pihak berwenang di bandara, akhirnya si koperpun disepakati untuk dikirim langsung ke Port Vila, bersamaan dengan waktu kepulangan saya beberapa hari kemudian. Hampir satu minggu koper tersebut terabaikan di bandara, untung saja tidak ada keju di dalamnya..bayangkan seperti apa baunya jika dalam koper tersebut tersimpan blue cheese atau Roquefort??? :p

Kejadian berikutnya dialami oleh saya sendiri. Waktu itu saya bermaksud pergi ke Manila via Sydney dan Kuala Lumpur. Masalahnya kali ini adalah waktu transit yang hanya 1 jam 25 menit di Sydney sebelum penerbangan berikutnya. Penerbangan saya kali ini cukup rumit, dan dari semua kombinasi yang ada, hanya itu satu-satunya yang paling memungkinkan. Ternyata, pesawat dari Port Vila ke Sydney mengalami masalah teknis sehingga kami harus menunggu pesawat pengganti. Setelah menunggu kurang lebih 1 jam, akhirnya pesawat Norfolk Air datang juga dan ketika akan mendarat di Sydney, semua penumpang yang mempunyai connecting flight untuk tujuan domestik dan internasional mendapat prioritas. Kebetulan di pesawat itu, selain saya, ada satu orang wanita yang akan terbang ke Addis Ababa via Abu Dhabi. Begitu sampai di gedung bandara, kami langsung diangkut dengan shuttle tanpa melalui pemeriksaan lagi. Waktu itu sempat terpikir apakah bagasi saya berhasil dipindahkan dalam waktu singkat tersebut dan ternyata benar saja, sesampainya di Manila, bagasi saya tidak juga muncul karena masih tertinggal di Sydney. Seperti biasa, saya menghubungi pihak berwenang di bandara dan dijanjikan akan menerima koper saya maksimal dalam waktu 1 minggu!!! Jelas saja saya menolak karena dalam waktu seminggu, saya sudah kembali lagi ke Port Vila. Nyaris 2 hari berlalu tanpa ada kabar sampai akhirnya saya meminta tolong agen yang mengurus tiket kami untuk menanyakan kabar koper saya. Ketua panitia penyelenggara sampai berbaik hati menawarkan untuk meminjamkan beberapa potong pakaiannya karena khawatir pada saat saya harus presentasi, saya tidak punya pakaian yang pantas. Akhirnya, dengan bantuan agen baik hati tersebut, malam-malam, sekalian menjemput peserta lain, kami pergi ke bandara untuk mengambil koper saya. Lucunya, saya sempat berdebat dengan staf yang bertugas karena koper saya tersebut terdaftar atas nama orang lain yang sama sekali tidak saya kenal, padahal jelas-jelas nama saya tertera pada tag-nya :(.

Dari beberapa pengalaman tersebut, pelajaran yang dapat kami ambil adalah: 1) jangan percaya begitu saja pada janji pihak bandara yang mengatakan akan menghubungi kita dan mengantarkan koper secepatnya. Lebih baik kita yang proaktif menghubungi pihak berwenang secara rutin untuk memastikan status keberadaan bagasi kita; 2) SELALU membawa cadangan pakaian dan keperluan lain dalam bagasi kabin kalau-kalau hal yang tidak diinginkan terjadi; 3) sebaiknya membeli travel insurance untuk berjaga-jaga jika terjadi kehilangan koper seperti yang kami alami diatas (terus terang, kami tidak pernah melakukannya meskipun sudah kejadian beberapa kali, jadi dari ketiga pengalaman diatas, hanya pengalaman kedua dimana kerugian kehilangan koper diganti dengan sejumlah uang, sementara dua yang lain kami hanya bisa gigit jari :p)

Begitulah kira-kira kisah kehilangan koper yang pernah kami alami. Ada yang punya pengalaman serupa?