Maksud hati mau membuat seperti menu pencuci mulut seperti ini
eehh..ternyata ada kesalahan teknis yang cukup fatal. Demi menyelamatkan bahan-bahan yang sudah terlanjur dibeli, akhirnya malah seperti ini :)
Meskipun baru pertama kali mencoba resep ini, tapi penampakannya lumayan dan rasanya enak, menurut saya sih. Berikut resepnya:
- 2 buah alpukat matang
- 1 kaleng susu kental manis
- 1 buah (9-inci) graham crackers crust siap pakai
- 1/2 cup jus lemon (saya pakai jus dari 1 buah lemon utuh)
Cara membuat:
Campur alpukat, jus lemon, dan susu kental manis dalam mangkuk dan aduk dengan mixer. Setelah adonan lembut, tuangkan diatas graham crackers. Dinginkan di kulkas selama 3-4 jam. Bila suka, hiasi dengan whipping cream.
Sebagai penggemar alpukat, menurut saya tidak pernah ada makanan olahan dari alpukat yang tidak enak. Mulai dari guacamole, avocado salad, es kelapa alpukat, jus alpukat campur coklat, es campur, semuanya enaaakkk...hmm, apalagi kira-kira menu yang bisa diolah dari alpukat ya?
Tuesday, 19 March 2013
Friday, 15 March 2013
Patah Hati
Di suatu pagi, kurang lebih 10 tahun yang lalu, di depan kantor di daerah Kebayoran Baru, ada seorang pria tinggi besar berambut kribo abu-abu sedang membuka bagasi belakang mobilnya. Saya ada tidak jauh dari situ, dan tertarik untuk mengamatinya. Ya, dialah calon bos saya di kantor ini.
Pada awalnya saya bergabung dalam pekerjaan proyek di Jakarta sebagai intern, saya hanya berkomunikasi dengan Associate Expert-nya, seorang pria Italia yang ganteng, lembut dan baik hati. Eh, tidak lama saya bergabung, sang Associate Expert baik hati tersebut pindah negara dan otomatis saya harus berkomunikasi langsung dengan Pak Kribo tadi. Kesan pertama, Pak Kribo terlihat galak baik dari pembawaan maupun penampilan, sungguh sangat bertolak belakang dengan koleganya, meskipun sama-sama orang Italia.
Singkat cerita, setelah melalui masa penyesuaian dengan sang bos, sayapun menikmati masa-masa kerja saya di kantor ini, walaupun selalu ada suka dukanya. Sampai pada suatu hari, Pak Kribo muncul di kantor dengan gaya baru, rambut terpangkas rapi...wow, semenjak hari itu kegantengan pak Kribo yang dulu sempat tersamarkan menjadi terlihat nyata!!! Hm, namanya sekarang bukan Pak Kribo lagi karena sudah tidak kribo, tapi jadi Pak Ganteng. Sayang sekali, Pak Ganteng sudah beristri dan mempunyai dua orang anak, hehehe...
Semakin lama mengenal Pak Ganteng ini, ternyata berkebalikan dengan bayangan saya dulu waktu pertama melihatnya. Dari sisi profesional, Pak Ganteng pintar, menguasai lima bahasa, rajin, dan sangat sistematis, terlihat dari catatannya; dari sisi personal, Pak Ganteng orangnya hangat, pandai menari, sangat lucu dan banyak akal...ada saja bahan candaannya yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Sepanjang pengalaman saya bekerja dengan Pak Ganteng, beliau juga cukup perhatian dengan masalah pribadi yang pernah saya hadapi, sampai dalam beberapa kesempatan, seringkali setelah pembicaraan kami dalam hal pekerjaan selesai, dilanjutkan dengan pembicaraan ringan seperti antara bapak dan anak. Tapi gara-gara Pak Ganteng juga, saya tidak bisa berpakaian modis kalau ke kantor karena seringkali, alih-alih menggunakan mobil kantor atau taksi untuk pergi rapat di luar kantor, Pak Ganteng lebih suka membonceng saya di atas motor Vespanya :D.
Di luar pembicaraan profesional sehari-hari, Pak Ganteng, tanpa maksud apapun, dengan gaya isengnya sering bertanya atau membuat komentar tentang hal pribadi orang-orang di kantor, dengan gaya yang lucu dan hampir tidak mungkin membuat orang yang ditanya merasa marah atau terganggu, malah sebaliknya, tertawa terpingkal-pingkal. Saya jadi ingat salah satunya, suatu hari di tahun 2006 ada intern baru yang datang dan diperkenalkan kepada kami. Kebetulan saya sedang berada di ruangan Pak Ganteng ketika sekretaris unit memperkenalkan intern tersebut. Setelah mereka keluar dari ruangan, Pak Ganteng dengan ekspresi jahil berkata supaya saya mendekati sang intern baru dan menjadikannya pacar. Rupanya Pak Ganteng cukup peduli dengan keadaan asistennya yang tidak punya pacar waktu itu dan setiap kali Pak Ganteng tugas ke Eropa, si asisten ini selalu minta dibawakan oleh-oleh pria single berpaspor Schengen :p. Waktu itu saya menolak dengan dalih si intern ini masih tampak seperti remaja dan Pak Ganteng hanya geleng-geleng kepala saja mendengar jawaban saya. Percaya atau tidak, empat tahun kemudian, saya dinikahi sang intern yang pernah diusulkan Pak Ganteng untuk dijadikan pacar, hmm..apakah Pak Ganteng mempunyai indera keenam? Tidak tahu juga...
Hubungan profesional kami sebagai atasan dan bawahan harus diakhiri pada tahun 2007 ketika saya mengundurkan diri untuk melanjutkan sekolah. Pak Ganteng juga sangat suportif dan memberikan dukungan penuh ketika saya bermaksud melanjutkan sekolah. Ada banyak suka duka bekerja dibawah supervisi Pak Ganteng selama kurun waktu empat tahun yang semuanya menjadi pengalaman berharga untuk saya pribadi.
Sejak saya keluar dari kantor tersebut sampai tahun lalu, apabila sedang berada di Indonesia, saya selalu menyempatkan diri untuk bertemu dan bertukar kabar dengan Pak Ganteng. Nah, beberapa hari yang lalu, saya menerima email perpisahan dari Pak Ganteng yang akan pindah setelah belasan tahun bertugas di Indonesia, dan sayapun....patah hati!
Siapa yang tidak akan patah hati kalau setiap hari bertemu dengan atasan yang seperti ini?
Saya saja yang sudah tidak bekerja lagi di kantor tersebut masih patah hati, bagaimana kabar asisten Pak Ganteng yang ditinggal pergi ya?
Teruntuk asisten Pak Ganteng: terima kasih fotonya ya, jadi punya ide untuk nulis ini deh :) *mudah-mudahan patah hatinya sudah sembuh ya neng, pelukk*
Pada awalnya saya bergabung dalam pekerjaan proyek di Jakarta sebagai intern, saya hanya berkomunikasi dengan Associate Expert-nya, seorang pria Italia yang ganteng, lembut dan baik hati. Eh, tidak lama saya bergabung, sang Associate Expert baik hati tersebut pindah negara dan otomatis saya harus berkomunikasi langsung dengan Pak Kribo tadi. Kesan pertama, Pak Kribo terlihat galak baik dari pembawaan maupun penampilan, sungguh sangat bertolak belakang dengan koleganya, meskipun sama-sama orang Italia.
Singkat cerita, setelah melalui masa penyesuaian dengan sang bos, sayapun menikmati masa-masa kerja saya di kantor ini, walaupun selalu ada suka dukanya. Sampai pada suatu hari, Pak Kribo muncul di kantor dengan gaya baru, rambut terpangkas rapi...wow, semenjak hari itu kegantengan pak Kribo yang dulu sempat tersamarkan menjadi terlihat nyata!!! Hm, namanya sekarang bukan Pak Kribo lagi karena sudah tidak kribo, tapi jadi Pak Ganteng. Sayang sekali, Pak Ganteng sudah beristri dan mempunyai dua orang anak, hehehe...
Semakin lama mengenal Pak Ganteng ini, ternyata berkebalikan dengan bayangan saya dulu waktu pertama melihatnya. Dari sisi profesional, Pak Ganteng pintar, menguasai lima bahasa, rajin, dan sangat sistematis, terlihat dari catatannya; dari sisi personal, Pak Ganteng orangnya hangat, pandai menari, sangat lucu dan banyak akal...ada saja bahan candaannya yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Sepanjang pengalaman saya bekerja dengan Pak Ganteng, beliau juga cukup perhatian dengan masalah pribadi yang pernah saya hadapi, sampai dalam beberapa kesempatan, seringkali setelah pembicaraan kami dalam hal pekerjaan selesai, dilanjutkan dengan pembicaraan ringan seperti antara bapak dan anak. Tapi gara-gara Pak Ganteng juga, saya tidak bisa berpakaian modis kalau ke kantor karena seringkali, alih-alih menggunakan mobil kantor atau taksi untuk pergi rapat di luar kantor, Pak Ganteng lebih suka membonceng saya di atas motor Vespanya :D.
Di luar pembicaraan profesional sehari-hari, Pak Ganteng, tanpa maksud apapun, dengan gaya isengnya sering bertanya atau membuat komentar tentang hal pribadi orang-orang di kantor, dengan gaya yang lucu dan hampir tidak mungkin membuat orang yang ditanya merasa marah atau terganggu, malah sebaliknya, tertawa terpingkal-pingkal. Saya jadi ingat salah satunya, suatu hari di tahun 2006 ada intern baru yang datang dan diperkenalkan kepada kami. Kebetulan saya sedang berada di ruangan Pak Ganteng ketika sekretaris unit memperkenalkan intern tersebut. Setelah mereka keluar dari ruangan, Pak Ganteng dengan ekspresi jahil berkata supaya saya mendekati sang intern baru dan menjadikannya pacar. Rupanya Pak Ganteng cukup peduli dengan keadaan asistennya yang tidak punya pacar waktu itu dan setiap kali Pak Ganteng tugas ke Eropa, si asisten ini selalu minta dibawakan oleh-oleh pria single berpaspor Schengen :p. Waktu itu saya menolak dengan dalih si intern ini masih tampak seperti remaja dan Pak Ganteng hanya geleng-geleng kepala saja mendengar jawaban saya. Percaya atau tidak, empat tahun kemudian, saya dinikahi sang intern yang pernah diusulkan Pak Ganteng untuk dijadikan pacar, hmm..apakah Pak Ganteng mempunyai indera keenam? Tidak tahu juga...
Hubungan profesional kami sebagai atasan dan bawahan harus diakhiri pada tahun 2007 ketika saya mengundurkan diri untuk melanjutkan sekolah. Pak Ganteng juga sangat suportif dan memberikan dukungan penuh ketika saya bermaksud melanjutkan sekolah. Ada banyak suka duka bekerja dibawah supervisi Pak Ganteng selama kurun waktu empat tahun yang semuanya menjadi pengalaman berharga untuk saya pribadi.
Sejak saya keluar dari kantor tersebut sampai tahun lalu, apabila sedang berada di Indonesia, saya selalu menyempatkan diri untuk bertemu dan bertukar kabar dengan Pak Ganteng. Nah, beberapa hari yang lalu, saya menerima email perpisahan dari Pak Ganteng yang akan pindah setelah belasan tahun bertugas di Indonesia, dan sayapun....patah hati!
Siapa yang tidak akan patah hati kalau setiap hari bertemu dengan atasan yang seperti ini?
Kemiripan nyaris 100% dengan pose seperti ini (kredit foto: http://winningateverything.com/tag/george-clooney) |
Teruntuk asisten Pak Ganteng: terima kasih fotonya ya, jadi punya ide untuk nulis ini deh :) *mudah-mudahan patah hatinya sudah sembuh ya neng, pelukk*
Kelompok Bermain
Setelah 3 bulan mengikuti kegiatan playgroup yang menyenangkan, kami diberitahu bahwa sekolah tempat kegiatan berlangsung akan ditutup.Pemilik tanah memutuskan untuk membangun condominium di atas tanah dimana sekolah ini berdiri sejak 20 tahun lalu :(. Padahal, playgroup ini adalah satu-satunya dari semua lembaga yang saya kontak yang menerima anggota dibawah usia 1 tahun.
Dengan hanya membayar THB 200 setiap kali datang, si kecil dapat bermain dan belajar selama dua jam dalam suasana menyenangkan dengan ibu guru yang luwes dan pintar. Sayang, kesempatan main dan belajar di tempat ini akan berakhir bulan Juni nanti.
Catatan ini saya buat untuk mengingatkan pada pengalaman pertama si kecil ikut playgroup, dimana ia menjadi anggota termuda. Ya, meskipun saya pernah mempunyai pengalaman buruk dengan perempuan yang mengaku sebagai kepala di sekolah tersebut, hal itu tidak membuat saya kapok untuk datang lagi karena gurunya dan kegiatan di playgroup-nya telah membuat saya jatuh cinta.
Dengan hanya membayar THB 200 setiap kali datang, si kecil dapat bermain dan belajar selama dua jam dalam suasana menyenangkan dengan ibu guru yang luwes dan pintar. Sayang, kesempatan main dan belajar di tempat ini akan berakhir bulan Juni nanti.
Catatan ini saya buat untuk mengingatkan pada pengalaman pertama si kecil ikut playgroup, dimana ia menjadi anggota termuda. Ya, meskipun saya pernah mempunyai pengalaman buruk dengan perempuan yang mengaku sebagai kepala di sekolah tersebut, hal itu tidak membuat saya kapok untuk datang lagi karena gurunya dan kegiatan di playgroup-nya telah membuat saya jatuh cinta.
kegiatan bermain bebas dan mendengarkan ibu guru bercerita |
kiri atas: snack time; kanan bawah: ternyata ada ya toilet dan wastafel mini seperti ini...lucu sekali penampakannya! |
Friday, 8 March 2013
Two weeks....
and I am still survived, alive, and hopefully able to keep my sanity. Yes, home alone for 24/7 with a ninth-month old over a span of three weeks is NOT EASY AT ALL! Despite the fact that he's been very sweet and cooperative as usual, there were times when he really challenged my patience by crying out loud at night time and waking up at early hours around 3-4 a.m., things that rarely happen when daddy is home and that I have difficulties to cope with, especially when my husband is away.
Our life will always be like this, but more than two weeks of business trip is just too much, I would say. So, hats off to all tough women out there who live a long distance relationship with their spouses while taking care of their children during long certain periods.
At this time, while observing him when he is sound asleep, I feel guilty for not having enough patience in taking care of this innocent human being that I love dearly :(. Dear God, please give me strength, patience, and ability to look after Your precious gift so I can be a better mother each day, aamiin. So, two weeks have passed, another week to go :)
My darling son, I love you to the moon and back. My dear husband, come back soon, we need you!
Our life will always be like this, but more than two weeks of business trip is just too much, I would say. So, hats off to all tough women out there who live a long distance relationship with their spouses while taking care of their children during long certain periods.
At this time, while observing him when he is sound asleep, I feel guilty for not having enough patience in taking care of this innocent human being that I love dearly :(. Dear God, please give me strength, patience, and ability to look after Your precious gift so I can be a better mother each day, aamiin. So, two weeks have passed, another week to go :)
My darling son, I love you to the moon and back. My dear husband, come back soon, we need you!
Tuesday, 5 March 2013
Tentang Kunci
Pernah berada dalam situasi yang tidak mengenakkan sekaligus konyol?
Saya pernah, dan hampir semuanya berhubungan dengan kunci :). *Duh, harusnya saya mengerjakan tulisan yang sudah lewat deadline, tapi apa daya, sang ide entah hilang kemana, malah teringat soal insiden-insiden konyol yang pernah saya alami*.
Kejadian pertama, pada suatu malam, beberapa tahun yang lalu, pertemuan dengan masyarakat yang saya ikuti berakhir cukup larut (saya sempat bekerja di suatu proyek berbasis masyarakat yang salah satu kegiatannya adalah pertemuan di malam hari pada akhir pekan), akibatnya saya tiba di kosan saya di daerah Kebayoran Baru hampir jam 11 malam. Karena saya tidak menelepon ibu kos sebelumnya, saya dapati pagar sudah terkunci dan lampu rumah padam, yang artinya penghuni rumah sudah tidur semua. Mau loncat pagar, takut dikira maling, teman kos satu-satunya sedang pulang ke rumahnya di luar kota, duh, bagaimana ini? Akhirnya, tanpa berpikir panjang, saya kembali naik taksi yang mengantar saya pulang tadi sambil berpikir keras kemana saya harus menuju. Di taksi, berkejaran dengan ponsel yang nyaris habis baterai, terpikirlah untuk menelepon seorang teman yang tinggal di kos-kosan besar di daerah Setiabudi. Sayapun meneleponnya, menyampaikan maksud saya, dan telepon pun mati, ppfiuuhh...deg-degan tapi lega, nyaris saja saya luntang-lantung malam ini di ibukota. Setelah kejadian itu, saya selalu memastikan untuk menelepon ibu kos memberitahukan apabila saya pulang malam dan meminta agar pagar tidak dikunci.
Kejadian kedua, waktu berlibur ke Jakarta, seorang teman baik menawarkan apartemennya untuk kami tinggali. Kebetulan, sang teman sedang sibuk pulang pergi ke luar kota dan luar negeri dalam kurun waktu tiga minggu, dan hanya pulang sebentar ke apartemennya diantara jeda perjalanan satu dengan perjalanan lainnya. Satu malam, kami bermaksud pergi makan seafood di Benhil. Teman kami itu baru saja pulang dari luar kota dan tidak mau ikut makan diluar karena capek. Kami bilang paling lambat sampai apartemen jam 9.30 malam dan tidak minta kunci, mengingat ada si pemilik apartemen yang bersedia membukakan pintu. Kamipun pergi makan dan pulang dengan perut kenyang sekaligus baju bau asap. Begitu sampai di depan pintu, diketuk berkali-kali, dipanggil, ditelepon, tidak ada hasil. Akhirnya, selama hampir 30 menit mencoba, kamipun menyerah. Suami berinisiatif untuk menginap di hotel sebelah apartemen yang saya tanggapi dengan dingin. Coba bayangkan, check in di hotel hampir jam 11 malam dengan pria asing, dengan pakaian seadanya, bau asap seafood pula, dan besoknya check out dengan pakaian yang sama pula, apa kata dunia? Tapi, waktu yang terus beranjak larut membuat saya menepis semua kekhawatiran, lagipula kami sudah menikah, jadi terserah apa kata orang. Malam itu, untuk pertama kalinya, saya tidak dapat menikmati tidur di hotel bintang lima, dan keesokan paginya, rasanya saya ingin cepat-cepat menyelesaikan sarapan, sementara suami malah bersantai ria. Siangnya, kami bertemu dengan si pemilik apartemen, ternyata oh ternyata, dia tertidur pulas saking capeknya, dan ketika melihat kamar tempat kami tidur kosong, ia berpikir bahwa kami tidak pulang, padahal... :)
Kejadian ketiga, saat liburan ke Jakarta juga, kami menempati unit yang sama, karena kebetulan si teman baik sedang dinas ke luar kota. Alkisah, suatu malam kami berniat keluar mencari makan. Tepat ketika kami melewati dan menutup pintu, suami saya berseru kalau kuncinya masih tergantung di lubang kunci...yaahh..bagaimana kami masuk nanti? Enaknya tinggal di apartemen, selalu ada layanan 24 jam untuk hal-hal darurat seperti ini. Setelah meminta tolong resepsionis, 30 menit kemudian pintu berhasil dibuka oleh teknisi dan kami pun terhindar dari risiko menjadi tunawisma malam itu.
Kejadian keempat, sewaktu mengunjungi teman saya di kota Lyon, saya diajak teman saya itu menghadiri suatu pesta. Menjelang jam 12 malam, kami meninggalkan pesta tersebut dan menuju stasiun metro terdekat. Teman saya dan satu orang temannya sudah masuk duluan dan saya mengikuti dari belakang. Pertama mencoba, mesin menolak menerima kartu metro saya. Kedua kali, tidak ada reaksi; ketiga kali, sama saja. Rupanya ada masalah dengan kartu metro saya. Sayapun mulai panik karena loket penjualan tiket sudah kosong dan kedua teman saya sudah berada di dalam. Bagaimana saya mau pulang? Akhirnya, mereka berdua menyarankan saya untuk melompati gerbang otomatis tersebut. Awalnya saya ragu-ragu, takut terekam CCTV, tapi karena tidak ada pilihan lain, akhirnya saya melakukan yang disarankan. Pikir saya waktu itu, kalaupun ketahuan, saya punya alasan yang kuat dan ada dua teman saya yang bisa menjadi saksi. Syukurlah tidak ada panggilan apapun dari kantor polisi sampai beberapa minggu setelahnya..pengalaman unik di negeri orang, yang tidak ingin saya alami lagi tentunya.
Kejadian kelima, bukan saya yang mengalami sendiri, melainkan teman kos saya, sebut saja X. Si X ini, untuk sebagian besar orang yang mengenalnya, seringkali dianggap aneh, suka mencari perhatian, suka berkhayal, dst. Kamar X bersebelahan dengan kamar saya. Suatu malam, teman saya yang lain menemukan X tengah meringkuk tertidur di depan pintu kamarnya. Karena kasihan, teman saya membangunkan si X dan menyuruhnya tidur di kamar dia. Hihi, sampai sekarang tidak jelas alasannya kenapa X tidak langsung masuk ke kamarnya untuk tidur dan malah tidur di depan pintu kamar. Lupa bawa kunci? mungkin...Terlalu lelah? mungkin.. Yang pasti bukan karena hangover karena saya tahu persis meskipun X suka datang ke acara pesta teman-teman, dia tidak minum sama sekali. Yang jelas, kelakuan X ini membuat predikat aneh semakin melekat pada dirinya, ada-ada saja.
Ada yang punya pengalaman serupa?
Saya pernah, dan hampir semuanya berhubungan dengan kunci :). *Duh, harusnya saya mengerjakan tulisan yang sudah lewat deadline, tapi apa daya, sang ide entah hilang kemana, malah teringat soal insiden-insiden konyol yang pernah saya alami*.
Kejadian pertama, pada suatu malam, beberapa tahun yang lalu, pertemuan dengan masyarakat yang saya ikuti berakhir cukup larut (saya sempat bekerja di suatu proyek berbasis masyarakat yang salah satu kegiatannya adalah pertemuan di malam hari pada akhir pekan), akibatnya saya tiba di kosan saya di daerah Kebayoran Baru hampir jam 11 malam. Karena saya tidak menelepon ibu kos sebelumnya, saya dapati pagar sudah terkunci dan lampu rumah padam, yang artinya penghuni rumah sudah tidur semua. Mau loncat pagar, takut dikira maling, teman kos satu-satunya sedang pulang ke rumahnya di luar kota, duh, bagaimana ini? Akhirnya, tanpa berpikir panjang, saya kembali naik taksi yang mengantar saya pulang tadi sambil berpikir keras kemana saya harus menuju. Di taksi, berkejaran dengan ponsel yang nyaris habis baterai, terpikirlah untuk menelepon seorang teman yang tinggal di kos-kosan besar di daerah Setiabudi. Sayapun meneleponnya, menyampaikan maksud saya, dan telepon pun mati, ppfiuuhh...deg-degan tapi lega, nyaris saja saya luntang-lantung malam ini di ibukota. Setelah kejadian itu, saya selalu memastikan untuk menelepon ibu kos memberitahukan apabila saya pulang malam dan meminta agar pagar tidak dikunci.
Kejadian kedua, waktu berlibur ke Jakarta, seorang teman baik menawarkan apartemennya untuk kami tinggali. Kebetulan, sang teman sedang sibuk pulang pergi ke luar kota dan luar negeri dalam kurun waktu tiga minggu, dan hanya pulang sebentar ke apartemennya diantara jeda perjalanan satu dengan perjalanan lainnya. Satu malam, kami bermaksud pergi makan seafood di Benhil. Teman kami itu baru saja pulang dari luar kota dan tidak mau ikut makan diluar karena capek. Kami bilang paling lambat sampai apartemen jam 9.30 malam dan tidak minta kunci, mengingat ada si pemilik apartemen yang bersedia membukakan pintu. Kamipun pergi makan dan pulang dengan perut kenyang sekaligus baju bau asap. Begitu sampai di depan pintu, diketuk berkali-kali, dipanggil, ditelepon, tidak ada hasil. Akhirnya, selama hampir 30 menit mencoba, kamipun menyerah. Suami berinisiatif untuk menginap di hotel sebelah apartemen yang saya tanggapi dengan dingin. Coba bayangkan, check in di hotel hampir jam 11 malam dengan pria asing, dengan pakaian seadanya, bau asap seafood pula, dan besoknya check out dengan pakaian yang sama pula, apa kata dunia? Tapi, waktu yang terus beranjak larut membuat saya menepis semua kekhawatiran, lagipula kami sudah menikah, jadi terserah apa kata orang. Malam itu, untuk pertama kalinya, saya tidak dapat menikmati tidur di hotel bintang lima, dan keesokan paginya, rasanya saya ingin cepat-cepat menyelesaikan sarapan, sementara suami malah bersantai ria. Siangnya, kami bertemu dengan si pemilik apartemen, ternyata oh ternyata, dia tertidur pulas saking capeknya, dan ketika melihat kamar tempat kami tidur kosong, ia berpikir bahwa kami tidak pulang, padahal... :)
Kejadian ketiga, saat liburan ke Jakarta juga, kami menempati unit yang sama, karena kebetulan si teman baik sedang dinas ke luar kota. Alkisah, suatu malam kami berniat keluar mencari makan. Tepat ketika kami melewati dan menutup pintu, suami saya berseru kalau kuncinya masih tergantung di lubang kunci...yaahh..bagaimana kami masuk nanti? Enaknya tinggal di apartemen, selalu ada layanan 24 jam untuk hal-hal darurat seperti ini. Setelah meminta tolong resepsionis, 30 menit kemudian pintu berhasil dibuka oleh teknisi dan kami pun terhindar dari risiko menjadi tunawisma malam itu.
Kejadian keempat, sewaktu mengunjungi teman saya di kota Lyon, saya diajak teman saya itu menghadiri suatu pesta. Menjelang jam 12 malam, kami meninggalkan pesta tersebut dan menuju stasiun metro terdekat. Teman saya dan satu orang temannya sudah masuk duluan dan saya mengikuti dari belakang. Pertama mencoba, mesin menolak menerima kartu metro saya. Kedua kali, tidak ada reaksi; ketiga kali, sama saja. Rupanya ada masalah dengan kartu metro saya. Sayapun mulai panik karena loket penjualan tiket sudah kosong dan kedua teman saya sudah berada di dalam. Bagaimana saya mau pulang? Akhirnya, mereka berdua menyarankan saya untuk melompati gerbang otomatis tersebut. Awalnya saya ragu-ragu, takut terekam CCTV, tapi karena tidak ada pilihan lain, akhirnya saya melakukan yang disarankan. Pikir saya waktu itu, kalaupun ketahuan, saya punya alasan yang kuat dan ada dua teman saya yang bisa menjadi saksi. Syukurlah tidak ada panggilan apapun dari kantor polisi sampai beberapa minggu setelahnya..pengalaman unik di negeri orang, yang tidak ingin saya alami lagi tentunya.
Kejadian kelima, bukan saya yang mengalami sendiri, melainkan teman kos saya, sebut saja X. Si X ini, untuk sebagian besar orang yang mengenalnya, seringkali dianggap aneh, suka mencari perhatian, suka berkhayal, dst. Kamar X bersebelahan dengan kamar saya. Suatu malam, teman saya yang lain menemukan X tengah meringkuk tertidur di depan pintu kamarnya. Karena kasihan, teman saya membangunkan si X dan menyuruhnya tidur di kamar dia. Hihi, sampai sekarang tidak jelas alasannya kenapa X tidak langsung masuk ke kamarnya untuk tidur dan malah tidur di depan pintu kamar. Lupa bawa kunci? mungkin...Terlalu lelah? mungkin.. Yang pasti bukan karena hangover karena saya tahu persis meskipun X suka datang ke acara pesta teman-teman, dia tidak minum sama sekali. Yang jelas, kelakuan X ini membuat predikat aneh semakin melekat pada dirinya, ada-ada saja.
Ada yang punya pengalaman serupa?
Subscribe to:
Posts (Atom)