Wednesday 15 July 2015

Terdampar di Jakarta

Meski penerbangan Bangkok - Jakarta hanya membutuhkan waktu 3,5 jam, plus 3-4 jam perjalanan darat ke Bandung, bisa dibilang saya jarang mudik. Terakhir saya pulang kampung bulan Agustus 2014, itupun hanya di Bandung dan sekitarnya plus Jakarta, karena suami lanjut dinas seminggu disana.

Setelah punya anak, tempat yang dituju dalam acara jalan-jalan kami sedikit berbeda, pastinya. Kalau dulu, mana pernah saya pusing memikirkan agenda mau kemana saja selama berada di Jakarta, namun setelah punya balita, hal pertama yang saya lakukan adalah mencari tahu tentang ruang-ruang terbuka yang ramah anak di Bandung dan Jakarta. Kenapa tidak dibawa saja pergi ke tempat hiburan anak yang banyak tersebar di pusat perbelanjaan? Jawabannya: malas! Selain malas beredar di mall (entah kenapa, tapi saya suka tiba-tiba pusing kalau kelamaan berada di mall, ditambah lagi lihat banyak orang lalu-lalang), saya juga lebih suka si bocah bermain di ruang terbuka, meskipun ujung-ujungnya keringatan, kotor, dan bau matahari, termasuk saya sendiri :D. 

Di Bandung, karena padat dengan acara halal bihalal, jadinya kami hanya sempat mengunjungi Bumi Sangkuriang di kawasan Ciumbuleuit. Itupun dengan penuh perjuangan karena Bandung di hari-hari setelah Lebaran macetnya parah. Meski lahir dan besar di Bandung, sependek ingatan, saya belum pernah menjejakkan kaki kesini. Menyantap makan siang sambil mengawasi David dan sepupunya berlarian di halaman luas dengan rumput hijau terpotong rapi menjadi kenikmatan tersendiri. Saya sudah meniatkan kembali lagi kesini untuk berpiknik menggelar tikar, seperti yang dilakukan serombongan keluarga muda yang kami temui siang itu. Selain itu, kami juga sempat mengunjungi kawasan wisata Tangkuban Parahu (dalam rangka mengantar teman yang belum pernah kesana), Pasar Terapung Lembang, De Ranch, tapi gagal mengunjungi Dusun Bambu yang antrian kendaraannya mengular mengerikan :(. Rencana awalnya, kami juga ingin menengok taman-taman di Bandung dan mencoba sejenis bis pariwisata keliling, tapi karena keterbatasan waktu, mungkin disimpan untuk agenda lain waktu.

Ketika berada di Jakarta, dengan niat ingin menikmati apa-apa yang tidak ada di Bangkok tapi cukup bersahabat dari sisi waktu dan energi untuk kami berdua (mengingat padatnya lalu lintas ibukota), akhirnya empat hari sukses dihabiskan untuk berkeliling di kawasan pusat naik bis biru City Tour, ke Kebun Binatang Ragunan naik Transjakarta, bermain di Taman Honda Tebet dan Taman Suropati. Taman Menteng dan Taman Langsat yang belum sempat terjelajahi disimpan untuk kesempatan lain.

Kami menumpang bis City Tour dari halte Bundaran HI, sayang tempat duduk paling strategis, yaitu bagian depan di tingkat atas sudah diisi penumpang lain. Akhirnya kami ikut bus selama dua kali putaran dan dapat tempat duduk kedua dari depan. Lumayanlah, daripada harus mutar satu kali lagi :). Ternyata,  pemandangan pusat kota Jakarta dilihat dari bis tingkat menarik juga. Senangnya Jakarta punya bus pariwisata keliling seperti ini, selain bersih, berpendingin, bebas asap rokok, gratis pula :). Mudah-mudahan bis ini berumur panjang sehingga bisa jadi alternatif kegiatan bersama anak-anak selama di Jakarta. 
 
Penampakan si bis biru
Suasana bis yang nyaman dan tidak padat
   
Eh, ada bis Transjakarta :)

Lalu lintas di Jalan Thamrin



Keesokan harinya, saya berniat mengajak David jalan-jalan ke kebun binatang Ragunan. Dari hotel,  kami naik taksi ke halte bis Transjakarta di Mampang, dilanjutkan dengan naik bis tujuan Ragunan. Di Ragunan yang lumayan teduh, kami berjalan santai melihat binatang-binatang di kiri kanan jalan sebelum menuju pusat primata Schmutzer. Pertama kali mengunjungi Schmutzer tahun 2006 dan langsung kagum karena ada fasilitas keran air siap minum :p, kondisinya sekarang masih cukup terjaga. Di tengah udara panas Jakarta, berjalan disini sambil mendengarkan suara primata-primata bersahutan sangat menyenangkan. Kami juga beruntung pagi itu bisa melihat gorila yang sedang bermalas-malasan. Kunjungan di Ragunan ini ditutup dengan naik kereta wisata keliling area kebun binatang.
 
Kok posenya sama dengan yang di belakang ya? :D
 
Si pemalu tampak dari balik pepohonan
Sebelum datang ke Jakarta, saya sempat cari-cari info di Internet dan penasaran dengan beberapa taman kota yang sedang naik daun, salah satunya taman Honda Tebet ini. Kebetulan, sahabat baik yang akan saya temui hari itu tinggal dan berkantor di sekitar Tebet. Jadilah pagi-pagi kami nongkrong disana. Dengan pepohonan yang tinggi dan jogging track meliuk-liuk diantaranya serta hijaunya rerumputan membuat saya suka tempat ini. Memang, fasilitas bermain untuk anak-anak sangat minim, tapi cukup untuk David menyalurkan energinya hari itu dengan berlarian, main pasir, perosotan, dan naik turun pagar pembatas rumput.

 



Taman Suropati menjadi tujuan kami berikutnya karena seringnya saya mendengar taman ini dijadikan tempat konser musik. Pertama dan terakhir kali saya mengunjungi taman ini pada tahun 2007 ketika janjian bertemu beberapa teman untuk menghadiri acara di kediaman duta besar Kerajaan Inggris yang tidak jauh dari situ. Seingat saya, tidak banyak yang berubah dari taman ini, asri dan terawat. Sayangnya, di taman ini tidak diperbolehkan untuk duduk-duduk di rumput :(, padahal bukannya salah satu fungsi taman untuk diduduki rumputnya kan?. Akhirnya kami hanya melewatkan waktu sebentar disini, memutari taman dan kemudian pulang.


 
 
Sampai jumpa lagi di lain waktu, Jakarta!